Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
“Dalam abad global ini dibutuhkan industri yang tangguh dan
kompetitif. Hanya industri demikianlah yang dapat menjadi pendorong
tumbuhnya perekonomian, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan akhirnya mengurangi kemiskinan.” – Airlangga
Hartarto, 2004.
***
Paling tidak ada tiga fenomena bisnis global yang terjadi
baru-baru ini dan menarik untuk dicermati. Dikabarkan (The Jakarta
Post, 20 Nov 2010) bahwa LG group bakal meningkatkan investasinya di
Indonesia demi memperkuat dominasinya di pasar elektronik lokal.
Presdir LG Electronic Indonesia, Kim Weon Dae, menegaskan komitmennya,
“We’ll focus on creating a longterm portfolio and financial policies
to become the number one electronic brand in this country.” Dan
menurut GFK (Growth for Knowledge) sebuah lembaga riset independen
berbasis di Jerman, di tahun 2009 LG telah mendominasi pasar
elektronik Indonesia di 9 kategori: AC, mesin cuci, monitor LCD, TV
LCD, TV Plasma, Audio home-system, home-theaters, DVD players, dan
Blue-ray DVD players. Untuk kesembilan kategori produk itu (dengan
mempekerjakan 4500 karyawan, 22 kantor cabang yang disertai 174 pusat
layanan purna jual yang tersebar di seantero Indonesia) LG telah
meraup lebih dari 30 persen dari total pasar elektronik di Indonesia.
Kedua pabriknya di Indonesia selain berperan sebagai basis produksi
untuk pasar lokal juga melayani pasar global (diekspor). Bahkan
kontribusi ekspornya adalah yang terbesar dalam porsi keseluruhan
ekspor barang elektronik Indonesia yang tahun 2010 ini bakal berkisar
sekitar USD$10 milyar, dimana porsi LG adalah sekitar USD$1,3 milyar
atau 13 persennya.
Fenomena kedua adalah Garuda Indonesia (flag carrier kita) bakal
beraliansi dengan SkyTeam, sebuah aliansi perusahaan penerbangan
internasional. Dengan bergabung dalam aliansi ini Garuda bisa
menerbangkan penumpang dari para mitra yang tergabung dalam SkyTeam,
dan sebaliknya para penumpang Garuda pun bisa diterbangkan oleh
airlines lainnya. Dengan demikian frekuensi penerbangan Garuda bisa
lebih optimal.
Perusahaan penerbangan yang tergabung dalam SkyTeam ada 13,
yaitu: Aerosoft, Aeromexico, AirEuropa, Air France, Alitalia, China
Southern, Czeh Airlines, Delta Airlines, Kenya Airways, KLM, Korean
Air, TAROM, dan Vietnam Airlines. Tentunya untuk bergabung dalam
aliansi ini Garuda perlu meningkatkan kualifikasinya dulu, misalnya:
punya terminal yang dedicated, serta masih ada 29 kriteria lainnya
yang mencakup jumlah pesawat, ketepatan waktu dan akses bagi para
penumpang menuju bandara. Dan untuk itu, tim Garuda yang dipimpin sang
CEO Emirsyah Satar, telah menjalin kesepakatan dengan PT Angkasa Pura
II yang mengelola bandara antarbangsa SoeTa untuk meningkatkan segala
fasilitasnya di terminal 2E dan 2F.
Fenomena ketiga, adalah terobosan grup Bakrie yang melakukan
tukar guling sahamnya (di BUMI dan BRAU) dengan Vallar Plc, sebuah
perusaaan investasi yang baru saja mencatatkan sahamnya di bursa
London. Di belakang Vallar Plc ternyata ada nama besar dalam dunia
bisnis yaitu Rothschild (Nathaniel Rothschild – yang jadi Co-Chairman
Vallar Plc pasca tukarguling bakal mendampingi Indra Bakrie yang
didapuk jadi Chairman – adalah anak bungsu Jacob Rothschild generasi
keempat keluarga Rothschild). Yang menarik, Nathaniel Rothschild lewat
Vallar Plc yang baru saja (bulan Juli lalu) menjual sahamnya ke public
(IPO) di bursa efek London, berhasil meraup dana US$ 1,07 miliar
(laporan Tabloid Kontan, edisi 22-28 Nov 2010). Bahkan, dalam laporan
keuangan periode enam bulan yang berakhir Sept 2010, Vallar hanya
memperoleh revenue sebesar 772ribu poundsterling, dan lantaran mesti
mengeluarkan biaya sebesar 20,75 juta pound maka perusahaan ini
menanggung rugi bersih sebesar 21,54 juta poundsterling. Luar biasa
sekali, hanya dengan nama besar Rothschild, ia mampu meraup dana
sedemikian besar walau secara relatif perusahaannya belum punya
aktivitas bisnisnya! Sebuah model bisnis yang semata-mata menjual
citra-merek (brand image) Rothschild. Namun bagi grup Bakrie,
kepemilikan di Vallar Plc (yang bakal diubah namanya jadi Bumi Plc)
adalah sekaligus membuka akses – lewat teknik back-door listing ini –
ke sumber-sumber pendanaan di London yang sangat kaya raya.
***
Memang, segala daya upaya akan dilakukan oleh korporasi
(misalnya LG, Garuda & Bakrie/Vallar) – dari mana pun mereka berasal –
untuk senantiasa menjaga business model-nya. Namun yang juga perlu
diingat bagi kita di Indonesia saat ini adalah adanya masalah besar
pengangguran yang sangat urgent untuk dicari solusinya. Pengangguran
adalah soal ekonomi (produktivitas dan daya beli) serta sekaligus
masalah sosial (kriminalitas).
Penyediaan lapangan kerja – pada fase ini – adalah dengan jalan
perindustrian. Karena itulah, investasi sektor perindustrian perlu
segera – secara menyeluruh dan koheren – dikerjakan oleh Indonesia
Incorporated. Namun sayangnya kita juga mendengar tentang cukup banyak
korporasi yang merelokasi pabriknya ke luar Indonesia (lantaran
hambatan-gangguan di pelbagai aspek, termasuk ekonomi biaya tinggi).
Terjadi semacam gerak deindustrialisasi! Untuk itu kita mungkin perlu
merenungkan kembali apa yang pernah dilansir oleh Airlangga Hartarto
(bukunya: ‘Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia’,
2004), “Agaknya deindustrialisasi di Indonesia bukanlah proses alami
dari majunya perekonomian. Ini lebih merupakan gejala memburuknya
dunia industri, hancurnya daya saing serta pengelolaan kebijakan
industri yang buruk dan tanpa arah.” Quo Vadis?
Selamat natal dan tahun baru 2011.
(dari Majalah MARKETING edisi Januari 2011)
Saturday, January 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Salah satu senjata ampuh para eksekutif untuk meningkatkan kariernya kini adalah dengan menempuh jalur pendidikan keprofesian bersertifi...
-
Cerita di Balik Penutupan Pabrik Panasonic dan Toshiba Penutupan tiga pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia membawa dampak pemutusa...
-
Sebaiknya PPIC dibagi menjadi: PPIC Planner, bertugas untuk membuat perencanaan atau MPP (Master Production Plan) dan MRP (Material Req...
-
What exactly is 5S? Simply stated, a 5S is the structured method to organize the work place. As evidenced by its name, there are 5 steps ...
No comments:
Post a Comment