Saturday, January 28, 2012

Poorly Made in China (Abal-Abal Produk China)


oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Siapapun tahu bahwa dalam hal teknologi dan industri, dunia barat lah pionernya. Mereka yang pertama. Akan tetapi, tidak berarti bangsa-bangsa yang kebetulan bertengger dalam peringkat : ketiga, ketujuh, kedelapan tidak mampu mengejar ketertinggalan mereka. Seperti kata pepatah : mereka yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
 
Kita ambil Jepang sebagai contoh. Bangsa Jepang juga dikenal sebagai bangsa peniru. Bahkan konon, kesungguhan bangsa ini tampak, pada pencurian ilmu yang mereka lakukan, –sekali lagi- konon sampai sedemikian, sehingga para relawan rela menyimpan buku-buku didalam perut mereka sendiri !! Ilmu itu kemudian mereka pelajari, dan terapkan. Maka terciptalah Toyota, Honda dan begitu banyak produk lainnya. Yang walaupun pada awal kemunculannya sempat dipandang sebelah mata. Namun, falsafah ‘Kaizen’ sanggup membuat mereka selalu belajar dan memperbaiki diri. Hasilnya : lihat sendiri bagaimana produk-produk mobil Jepang tidak hanya merambah keseluruh dunia. Tapi juga menguasai.

Contoh yang kedua, adik tiri kita yang kualat : Malaysia ! Konon -untuk yang ketiga kalinya- mereka belajar dari Indonesia. “Petronas itu dulu belajar dari Indonesia lho !”, kata salah seorang pejabat senior Pertamina, entah bangga entah minder. Hasilnya ? Petronas berlari demikian kencang meninggalkan gurunya, yang ngesot jauh dibelakang. Terlalu lemah, terlalu gemuk, terlalu banyak korupsi.

Kini contoh yang ketiga, yang paling dahsyat dari semuanya : China. Produk buatan China merambah tidak hanya Indonesia, juga keseluruh dunia. Dengan nama-nama produk ‘plesetan’ yang kadang lucu terdengar ditelinga, produk China laris manis, terutama karena satu hal : super murah ! Saking murahnya, sampai-sampai membuat frustasi para pengusaha dari berbagai negara didunia. Malah banyak dari antara mereka banting stir, beralih fungsi jadi pedagang. Importir produk China. Tetapi walaupun digemari, merupakan rahasia umum –yang ini bukan konon- produk China dikenal rendah mutunya.

Lalu tersebutlah sebuah buku: Poorly Made in China, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi : Abal-Abal Produk Cina. Buku yang sangat provokatif mencaci-maki, kadang lewat berbagai lelucon produk China. Paul Midler, Sang Penulis, mengaku sebagai ‘orang dalam’ yang mengetahui seluk beluk produk China. Entah apa yang melatarbelakangi penulisan buku yang dipastikan membuat geram pemerintah China ini. Paul Midler sendiri dalam berbagai interview, mengungkapkan keinginannya untuk ‘memberitahu’ para pembeli dunia, khususnya rakyat Amerika, ‘kebenaran’ yang diketahuinya.

Sebagian pengamat menyambut baik apa yang dilakukan Midler, sebagian lagi memandang bahwa semua ini ada hubungannya dengan upaya Negeri Paman Sam, memperbaiki perekonomian mereka.

Apapun itu. Entah abal-abal atau asli, ada satu hal penting yang harus dipelajari Indonesia dari Bangsa China. Tentunya bukan cara memalsu atau trik penurunan kualitas yang disebut Paul Midler sebagai ‘quality fade’. Tetapi, sesuatu dibalik itu semua. Sesuatu yang tentu memainkan peran luar biasa dibalik layar. Kesuksesan serbuan produk China, tentu tidak dapat dipisahkan dari kesungguhan peran pemerintahan China yang membina dan memfasilitasi UKM dan seluruh pengusaha di sana. Mereka, pemerintah China, tidak menfokuskan diri pada gedung bertingkat dan pusat belanja. Namun ‘sungguh-sungguh’ pada peningkatan ekonomi rakyat. Dengan kata lain : berkembangnya produk rumahan sebuah UKM jauh lebih penting daripada segala indikator perekonomian –yang kadang menyesatkan- yang dibanggakan itu, padahal dalam kenyataan : rakyat berada dalam kondisi lapar, kebanjiran dan kemiskinan.

Semoga para pemimpin bangsa ini mulai ‘bersungguh-sungguh’ dan bukan sekedar bermain kata, tebar pesona, sebar citra, dengan berfoto ria –narsis ala ABG- supaya ‘dianggap’ sungguh-sungguh kerja, padahal abal-abal ! (*)


-- 
What a wonderfull world ! What an exciting journey !!

No comments:

Post a Comment

Related Posts