Saturday, March 10, 2012
Sertifikasi Profesi
Bagaimana sebenarnya kebutuhan dan apresiasi masyarakat dan industri terhadap pelaku yang telah bersertifikasi global? Apakah ada perbedaan? atau justru tidak memberikan efek sama sekali?
Tahun 2008, warta ekonomi pernah mengulas dalam sebuah artikel singkat perihal sertifikasi profesi. Dijelaskan disana, bahwa sertifikasi global terbukti mampu menunjang karir dan sekaligus mendongkrak nilai tawar si pelaku.
Beberapa sertifikasi profesi standar global antara lain:
1. Chartered Financial Analyst (CFA)
2. Certified Financial Planner (CFP)
3. Financial Risk Manager (FRM)
4. Chartered Financial Consultant (ChFC)
5. Project Management Professional (PMP)
6. Certified Information Systems Auditor (CISA)
7. Certified in Production and Inventory Management (CPIM)
8. Certified in Integrated Resource Management (CIRM)
9. Certified Professional Marketing (CPM)
10. Senior Certified Valuers (SCV)
11. Certified Public Accountant (CPA)
12. Certified Internal Auditor (CIA)
13. Certified Information Systems Security Professional (CISSP)
14. Certified Professional Environmental Auditor (CPEA)
Ada contoh menarik yang diungkap dalam artikel tersebut, bahwa tren dunia keprofesian akan makin spesifik dan ilmu yang dimiliki menjadi sangat spesial, bukan umum atau generik. Ini artinya, yang benar-benar expert dalam bidang tersebut hanya beberapa orang saja. Dan, merekapun harus menghadapi sejumlah test standard yang cukup sulit.
Misalnya, sertifikasi CPA atau Chartered Financial Analyst, dimana tingkat kelulusannya di seluruh dunia hanya 32% dari total peserta dan bahkan di Indonesia hanya 10-15% saja. Sehingga, mereka yang lolos adalah orang-orang yang benar-benar kompeten dan qualified di bidangnya.
Di Indonesia sendiri bagaimana? Saya belum baca (belum sempat googling juga), apakah ada data berapa jumlah professional dalam negeri yang telah bersertifikasi. Jika jumlahnya cukup banyak, alhamdulillah. Berarti, kualifikasi dan kemampuan kita tidak kalah dengan orang luar. Tinggal, ini juga penting, apakah mereka bekerja di bidang yang tepat. Maksud saya, katankalah si Mr "X" telah mendaptkan sertifikasi CPIM, tetapi ternyata sertifikasi tidak dapat digunakan secara maksimal karena lingkungan kerjanya yang kurang mendukung. Saya pikir, si Mr "X" bisa melakukan alternatif:
- Melakukan improvement besar-besaran di perusahaan dia. Bukankah dia sudah certified? Saya yakin, ide-idenya harus lebih banyak
- Pindah bekerja
- Menjadi konsultant independent
Bagaimana halnya dengan biaya? Saya kira relatif. Apalagi untuk ukuran orang yang sudah bekerja. Misalnya, untuk satu modul CPIM, sekitar 200 dollar US.
Nah, bagaimana dengan Anda? Jika Anda ada kesempatan, tantangan masih terbuka lebar dan modal juga ada, kenapa tidak mengambil sertifikasi?
Salam,
Nurhadi
http://nurhadiscm. blogspot. com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Cerita di Balik Penutupan Pabrik Panasonic dan Toshiba Penutupan tiga pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia membawa dampak pemutusa...
-
Sebaiknya PPIC dibagi menjadi: PPIC Planner, bertugas untuk membuat perencanaan atau MPP (Master Production Plan) dan MRP (Material Req...
-
Di beberapa perusahaan, divisi penyimpanan (store) untuk mengelola persediaan (inventory) sering mempunyai beberapa nama, seperti divisi...
-
What exactly is 5S? Simply stated, a 5S is the structured method to organize the work place. As evidenced by its name, there are 5 steps ...
No comments:
Post a Comment