Tuesday, March 13, 2012

Sampah Mencetak Uang ala Jerman

Orin Basuki

Kesadaran penduduk Jerman untuk mengelola sampah dimulai sejak 1972
ketika aturan umum pertama tentang pengelolaan sampah dibuat.
Hasilnya luar biasa. Kini ada 250.000 orang yang digaji dari pabrik
pengolahan sampah. Nilai perputaran uang dari bisnis itu mencapai 50
miliar euro, setara dengan Rp 600 triliun setahun.

Itu menunjukkan perlindungan lingkungan sudah merupakan salah satu
kunci pengembangan ekonomi dan menyumbangkan penambahan rantai nilai
perekonomian secara signifikan, kata Menteri Lingkungan Hidup,
Konservasi Alam, dan Pengamanan Energi Nuklir Pemerintah Federal
Jerman Sigmar Gabriel.

Tahun 1991, Pemerintah Federal Jerman mengeluarkan Peraturan
Pengemasan (untuk sampah), yang merupakan peraturan pemerintah
pertama yang diterbitkan berdasarkan perbedaan material. Peraturan
ini sangat efektif karena mampu menurunkan produksi sampah rumah
tangga dan usaha kecil di perkotaan dari 15,6 juta ton pada tahun
1991 ke 13,7 juta ton pada tahun 1997.

Setiap orang wajib memisahkan jenis sampah secara langsung dari
dekat rumahnya. Mereka harus memisahkan sampah gelas, kertas,
pakaian tua, kompos, atau sampah biologis, lalu membuangnya ke
tempat sampah berdasarkan warna kontainer yang ada di setiap
lingkungannya.

Setelah itu, ada banyak peraturan pemerintah lainnya yang
diterbitkan berdasarkan jenis sampah. Misalnya, aturan tentang
sampah minyak, polychlorinated biphenyl (PCB), polychlorinated
terphenyl (PCT), sampah baterai, kayu, bekas bangunan, dan aturan
tentang sampah elektronik. Semua peraturan itu dipayungi undang-
undang, yakni UU Pengembangan Manajemen Pengelolaan Sampah dengan
Siklus Tertutup.

Salah satu yang menarik adalah penerapan aturan tentang pengembalian
sampah botol kemasan air mineral, bir, dan minuman ringan
berkarbonat, yang dimulai sejak 1 Januari 2003. Setiap penduduk
Jerman dapat membawa kemasan minuman bekas ke supermarket terdekat,
kemudian memasukkannya ke mesin khusus satu per satu. Hasilnya,
setiap botol kemasan air minum bervolume 0,1 hingga 3 liter akan
mendapatkan 25 sen euro atau setara dengan Rp 3.000 per botol.

Padahal, harga minuman mineral berisi 1,5 liter hanya 19 sen euro
atau sekitar Rp 2.280 per botol. Itu adalah harga minuman mineral
yang dibeli dari supermarket paling murah di Jerman saat ini, yakni
Aldi Markt.

Harga air mineral di luar Aldi bisa jauh lebih mahal lagi, mulai
dari 29 sen euro atau Rp 3.480 per botol hingga 1 euro atau Rp
12.000 per botol di warung kecil. Itu artinya setiap botol air
mineral bekas yang dimasukkan ke mesin pengumpul akan memberikan
keuntungan minimal 6 sen euro atau Rp 720 per botol.

Syaratnya, harus membeli air mineral dari Aldi biar lebih murah.
Bayangkan, kalau Anda memasukkan botol kemasan yang lebih kecil dan
membelinya di Aldi, keuntungannya lebih besar.

Semua aturan tersebut secara masif mengikat seluruh warga negara
Jerman dan para pendatangnya. Hasilnya sangat menguntungkan secara
ekonomi dan lingkungan. Tidak hanya secara mikro di lingkungan
perumahan, tetapi hingga ke perindustrian.

Industri penghasil teknologi pengelolaan lingkungan dan sampah telah
memberikan sumbangan yang luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja di Eropa. "Nilai pasar global untuk
teknologi ini akan berlipat ganda, dari 1 triliun euro pada tahun
2005 meningkat mendekati angka 2,2 triliun euro pada tahun 2020,"
ujar Gabriel.

Manfaat lingkungan

Saat ini separuh dari sampah perkotaan dan industri yang diproduksi
di seluruh Jerman telah dapat didaur ulang menggunakan teknologi
buatan sendiri. Total sampah perkotaan yang dapat didaur ulang
mencapai 28 juta ton. Sampah industri mencapai 30 ton serta sampah
konstruksi dan material bangunan 163 ton. Di setiap perkampungan,
sampah yang dapat didaur ulang mencapai 3 ton per tahun, atau setara
dengan berat tiga mobil berukuran kecil di Jerman.

Orang Jerman sangat bergantung pada kemasan gelas, terutama untuk
makanan dan minuman. Pada tahun 2004, sampah berbahan dasar gelas
yang dikumpulkan mencapai 2,73 juta ton, dan 91,21 persennya dapat
didaur ulang menjadi produk gelas baru. Total daur ulang yang
dilakukan mencapai 40 kali sehingga menghemat banyak sekali bahan
baku pembuat gelas setiap tahun.

Saat ini terdapat 46 juta mobil di jalan Jerman, dan setiap tahun
ada penambahan sebanyak 3,3 juta mobil. Akibatnya, Jerman harus
mendaur ulang sedikitnya 800.000 mobil setiap tahun.

Sampah mobil, gelas, dan kertas merupakan bagian dari sampah
perkotaan yang diproduksi sebanyak 48,5 juta ton, dan 58 persen di
antaranya didaur ulang setiap tahun di Jerman. Hasilnya, terjadi
penghematan energi listrik dan panas yang digunakan untuk
memproduksi barang baru dengan bahan mentah yang baru sebesar 64.000
gigajoule, atau setara dengan energi yang digunakan oleh 400.000
penduduk selama setahun.

Penyandang gelar doktor untuk pengelolaan energi di Jerman, Dirk
Asendorpf, mengatakan, hal itulah yang mendorong Jerman serius
mengelola sampah.

"Masalah sampah sudah menjadi masalah global, apalagi telah
dikeluarkan Protokol Kyoto yang mengikat semua negara untuk
mengelola limbahnya dengan lebih serius," katanya.

Sumber :
Kompas.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts