Wednesday, June 27, 2012

Jepang Membangun dan Indonesia

Memulai memecahkan problem Indonesia itu bagaikan alur antar telur dan
ayam..mana yang duluan (harus) ada?
Kekayaan sumber alam melimpah luar biasa.... orangnya pun cerdas2...terbukti
banyak yang sudah bisa berkreasi di Luar Negeri... Lalu yang kurang apanya?

Kalau saya kok lebih menyoroti tentang sikap 'mental' penyelenggara negara
ini...orang kita dengan Jepang juga sama...ada yang pandai dan ada yang bodoh
(manusiawi). tapi di Jepang sistem dan pemimpinnya mampu mengorganisir dengan
baik sedikit orang pandai tsb dengan perangkat yang minim. Kebetulan saya
beristri dengan orang Jepang. Suatu saat ibu mertua saya (waktu datang ke
Indonesia) pernah bilang: "Wah Jakarta itu sama dengan 20 tahun lalunya Jepang.
Dahulu di Jepang juga semrawut (walau tidak keterlaluan), namun sedikit demi
sedikit sistemnya diperbaiki dan pemerintahnya komit sekali dengan peraturan
yang dibuatnya tsb. Masak di Indonesia tidak ada seoprangpun yang mampu menata
negara ini, padahal penduduknya dua kali lipat Jepang? Kok rakyatnya nurut
saja...?".

Di Jepang peraturan dibuat sampai sedetil2nya dan sepakat ditaati bersama..tidak
ada pilih kasih (jadi ingat SOP dan Working Instruction di perusahaan2 Jepang
yang njlimet dan ditaati bersama). Kebetulan budaya di Jepang juga unik, bila
salah mereka merasa malu sekali...jadi otomatis mundur sebelum diteriaki yang
lainnya.

Menurut saya, kita sekarang ini harus ada pemimpin yang "represif" sekalian tapi
yang benar2 membuat kebaikan...ya kebaikan yang dipaksakan, seperti mendidik
anak kecil (yang belum tahu apa2). Kata Pak Quraish-Shihab:"Biarkan si kecil
nangis sementara dengan didikan 'keras' kita untuk kebaikannya kelak sebelum
kita nanti yang dibuatnya menangis terus menerus". Toch nantinya setelah dewasa
mereka akan tahu, oh begini baiknya toch maksud orang tua kita dahulu.

Menurut beberapa sumber (sejarah), Australia dan Singapore itu dulunya sangat
kejam sekali dalam menghukum warganya sehingga bisa kita lihat hasilnya setelah
satu-dua generasi berikutnya. Awalnya orang2 yang melanggar peraturan itu hanya
karena takut dihukum yang berat dan menakutkan, tapi bagi generasi sesudahnya
sudah menjadi kebiasaan untuk patuh peraturan (bukan terpaksa lagi) dan akan
merasa malu bila melanggarnya sehingga merasa butuh sekali dengan peraturan tsb.

Kalau bicara akhlaq, kok saya malah heran ya dengan negara2 lain yang nota bene
tidak beragama? Mereka malah patuh sekali dengan aturan yang mereka buat
sendiri...
Lah kita yang mayoritas muslim? Ulamanya seabreg2...dimana salahnya? Apa
ajarannya kurang membumi atau metodologinya? Tugas siapa ini?

Contoh semrawutnya Indonesia,
1). kita lihat sampah bertebaran dimana2..bahkan sebuah mobil mewah dengan
santainya membuang sampah di jalan umum...ironis bukan. Mereka berpikir, toh
tidak ada hukumannya? Kalau mau buang sampah, di mana ada tempat sampahnya?
walau ditulis dimana2 "dilarang membuang sampah sembarangan"...lalu mau dibuang
dimana?
2). Jalan berlubang dimana2 hingga memakan korban yang tidak sedikit..tapi tidak
ada sedikitpun niatan pemda/pemerintah untuk segera memperbaiki. Kita lihat
sabda Nabi Muhammad SAW bahwa menyingkirkan duri dari jalanan saja berpahala
besar (intinya seorang Muslim harus membuat orang banyak merasa nyaman dan
aman), lha ini sampai memakan korban berkali-kali tapi tetap
didiamkan...bukankah kita ini mayoritas Muslim yang katanya senantiasa
meneladani sang Nabi SAW? Di Jepang yang tidak ada agama saja begitu care sekali
dengan nasib jiwa warganya. Ada korban seorang saja disiarkan berkali di
seantero Jepang... Saya ingat waktu di Jepang ada berita bahwa salah satu jalan
kereta api di Jerman (jalan atas) ambruk atau runtuh, besoknya langsung seluruh
jembatan kereta di Jepang diinspeksi total (belajar dari kejadian Jerman tsb).
Nah kita? Kejadian sudah berkali2 mencolok di depan mata tapi masih tidak
bergeming...akankah menunggu korban terlebih dahulu?

3). Semrawutnya kendaraan bermotor (terutama motor) dan tidak tertibnya antrian
di tempat2 umum juga mencerminkan keadaan kita secara keseluruhan. Di jalan
sudah seperti tidak ada aturan, saling serobot..padahal sangat membahayakan jiwa
orang lain juga selain dirinya sendiri.

4). Dan lain-lain seabreg2 kekacauan

Jadi kesimpulan saya, saat ini kita butuh pimpinan yang "represif" dalam
menerapkan kebaikan tsb...tegakkan hukum dengan konsekwen tanpa pandang
bulu...gantung koruptor2 (sebelum ditayangkan di publik) seperti di China
dahulu...

Semoga saja kita segera mendapatkan pemimpin yang kita cita-citakan, amin3x.

Salam,

koko


Sumber : milis IPOMS

No comments:

Post a Comment

Related Posts