Wednesday, June 27, 2012

Hutang Budi

Si Bejo mendapatkan amanah menjadi pimpro. Amanah yang harus
dikelola hampir 300 Milyar Rupiah. Proyek dibagi menjadi beberapa
paket pekerjaan. Paket-paket ditenderkan melalui pelelangan umum
dengan prakualifikasi. Ada civil work, furniture, peralatan dan lain-
lain. Setelah melalui seleksi, baik teknis dan administratif maka
ditentukanlah pemenang tender paket-paket pekerjaan tersebut.
Sebagai aparat pengadaan barang jasa pemerintah, tugas si Bejo
adalah melaksanakan proses pengadaan barang/jasa secara efisien,
efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif
dan akuntabel. Untuk tugas mengelola pengadaan barang/jasa tersebut
maka si Bejo diberikan tunjangan fungsional sebesar Rp. 500.000,-
per bulan.

Si Bejo adalah kepala keluarga dengan 3 anak dan seorang istri yang
setia. Untuk menambah kebutuhan sehari-hari dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki, istrinya menjadi dosen tidak tetap di
sebuah universitas swasta. Anak-anaknya sudah mulai besar-besar dan
sangat membutuhkan perhatian dan terlebih-lebih biaya untuk sekolah.
Bejo tinggal di sebuah rumah tipe 45 dipinggiran kota, cicilannya
belum lunas masih 10 tahun lagi. Mobil kesayangannya sedan butut
keluaran tahun 70-an yang sangat setia untuk mengantar anak dan
istri kemana-mana. Selama ini Si Bejo dikenal jujur, tidak neko-neko
dan selalu menjaga amanah yang diberikan.

=== H u t a n g B u d i ===

Setelah melaksanakan proses tender, maka terpilihnya Si Abu
kontraktor yang memenangkan salah satu paket pengadaan. Begitu
menang, Si Abu mengganti mobilnya menjadi Honda CRV baru. Kalau ke
kantor si Bejo yang sederhana, si Abu tampak sangat flamboyan. Kalau
ngajak makan pasti di hotel terkenal. Mulut manis dan layanan prima
khas kontraktor-kontrakt or proyek pemerintah. Sementara Si Bejo
terpaksa ke kantor dengan tangan berlepotan oli, karena mobil
bututnya mogok di tengah jalan dan setiap harinya masih bolak-balik
mengantarkan istrinya untuk mencari tambahan sebagai dosen tidak
tetap, untuk menutup cicilan rumah Rp. 750.000,- per bulan di BTN.

Melalui informasi 'intelejen', si Abu mendapatkan gambaran latar
belakang keadaan dari si Bejo.

Setiap bulannya, Bejo memiliki kewenangan untuk mengevaluasi
jalannya proyek dan menyetujui pencairan dana rata-rata 7 s/d 9
Milyar setiap bulannya, selama durasi proyek selama 36 bulan. Dan
Bejo sang aparat telah menandatangan pakta integritas serta selalu
membaca peraturan kepegawaian yang tidak boleh menerima apapun dari
Sang Kontraktor.
- - -
Sebagian kontraktor menganggap kemenangan dalam proyek bukan sebagai
amanah melainkan tumpukan rezeki. Bagi orang yang beriman, ketika
mendapatkan rezeki, maka dia akan menyisihkan sebagian rezeki yang
didapatnya untuk orang yang berhak. Tetapi jangan lupa ada pula si
preman, yang terkadang memberikan 'pinjaman' rezeki agar mereka
mendapatkan kemudahan di kemudian hari. Abu, Sang Kontraktor meminta
KTP Si Bejo, untuk dibuatkan paspor. Umroh tinggal berangkat saja
bersama istri. Bila perlu ibu yang masih dikampung bisa dibantu
untuk pergi ke tanah suci. Atau jalan-jalan shoping ke Singapura
saat liburan. "Sayang Pak Bejo kalau tidak dimanfaatkan untuk
keluarga", begitu bujuk manis Abu Si Kontraktor.

Budi yang ditanam oleh Sang Kontraktor sebenarnya untuk keuntungan
dirinya sendiri. Mereka menyiapkan segala sesuatu agar Si Bejo
merasa berhutang budi, yang tentu harus dibayarnya suatu saat nanti.
Dengan pandai Abu Si Kontraktor menarik perhatian dan melakukan
berbagai kebaikan dengan penuh semangat.
- - -
Si Bejo berresiko tinggi diobrak-abrik KPK, belum lagi mengakomodasi
kunjungan untuk meninjau proyek mulai dari pejabat pusat,
inspektorat, Bapenas, Departemen Keuangan, BPK, KPK apalagi kalau
berurusan dengan Kejakasaan. Untuk setiap kunjungan tentu perlu
disediakan akomodasi hotel berbintang juga sangu yang cukup, kalau
ingin segalanya berjalan lancar. Model-model kunjungan yang tiada
henti ini, tentu sulit dicarikan dari mana pos anggarannya. Dengan
tunjuangan fungsional Rp. 500.000,- sebulan, apakah layak ditanggung
resiko dan kekurangan anggaran itu ?

Si Bejo perlu hati yang luas, agar tidak ngenes melihat para
kontraktor ganti mobil baru. Sementara si Bejo lembur setiap hari,
stress menghadapi galaknya pemeriksa, tekanan para pendengki dari
internal organisasi, sedangkan honor kecil, ganti mobilpun terasa
sulit sekali. Saat itulah Sang Kontraktor dengan cerdik (ataukah
licik?) menanamkan budi baik untuk membantu Si Bejo, yang apabila
tergoda akan bisa celaka.

---

Disinilah politik hutang budi dimainkan. Budi ditanam secara manis
dan halus, dan disertai dengan strategi tersembunyi bagaimana
menuai 'hasil pasti' dikemudian hari. Strategi untuk mengekang gerak
kendali dari Sang Pimpro untuk sulit mengadakan pengawasan. Jika
pimpro sudah terkurung, Sang Kontraktor akan makin ganas untuk
mendorong Si Bejo kejurang permasalahan yang dalam di kemudian hari.

Hutang budi beserta bunganya yang telah diinvest oleh si licik,
biasanya harus dibayar dengan kompromi terhadap menurunnya kualitas
atau volume pekerjaan, molornya waktu penyelesaian dan bengkaknya
anggaran.
---
Hati-hati dengan politik hutang budi. Lebih baik gunakan 'ilmu' agar
anda tak terpenjara oleh taktik kuno tersebut. Ilmu manajemen proyek
yang tercantum di A Guide to Project Managemeng Body Of Knowledge
dari Project Management Institute adalah panduan yang cukup baik
untuk memahami manajemen proyek. Tentu harus disesuaikan dengan
pemahaman terhadap peraturan perundangan yang berlaku, keadaan
sosial, budaya dan keyakinan spiritual masyarakat Indonesia.

Dengan `ilmu' gabungan itu, saya yakin anda dapat membuat `pagar'
agar proyek anda aman, sehingga bisa selamat sampai selesai dengan
tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu. Karena itu, kumpulkanlah
ilmu karena ilmu yang akan menjagamu, tapi jika harta yang engkau
kumpulkan maka akhirnya engkaulah yang sibuk menjaga tumpukan harta
itu.

Masih banyak tip dan trik untuk melepaskan diri dari jerat sistem
anggaran dan keadaan, tanpa harus mengikuti genderang irama politik
hutang budi para oknum kontraktor, yang akhirnya hanya membuat kita
menjadi tukang stempel kepentingan mereka.

Kelapa Gading, Mei 2006
Salam hangat,

Jaya Martha

No comments:

Post a Comment

Related Posts