Sunday, July 15, 2012

Orang Jepang Memacu Produksi Mobil China

Pabrikan mobil China Daratan mempekerjakan makin
banyak insinyurJepang guna meningkatkan efisiensi dan
memperbaiki rancangan

Oleh Kiyori Ueno, Yuki Hagiwara'
dan lan Rowley
Btoomberg BusinessWeek

Di usianya yang mencaPai angka 72
tahun, Kiyoshi Kondo merasa seperti
menemukan gairah masa muda. Setelah
empat dekade bekerja sebagai insinyur
di pabrik truk Isuzu, tempatnya
fokus membuat kendaraan yang lebih
baik dalam menjajal jalan sulit, kini ia
mengambil tantangan baru : membantu
pabrikan mobil China meniru kebangkitan
Jepang. " Sangat menyenangkan
untuk mengajar," kata Kondo. "China
seperti Jepang 30-40 tahun lalu."

Setahun terakhir, secara berkala Kondo
mengunjungi Chongqing, metropolis
besar di China barat, untuk membantu
Chongqing Changan Automobile. Ia
n'rengajar para insiny'ur perusahaan unruk
mengalkulasi berapa banr-ak staf yang
dibutuhkan pada berbagai tahap pengembangan
model, bagaimana memperkuat
desain mereka, dan banyak lagi' Salah
satu contohnya, ia membantu Changan
memahami cara kerja mesin canggih
penguji kekuatan rangka kendaraan yang
selama ini terbengkalai karena tidak ada
yang tahu cara menggunakannya. Dengan
kontrak $550 per harinya yang kini
sudah berakhir, ia berkata: "Saya ingin
kembali lagi."

Jika Kondo tidak pergi, yang lain pasti
akan melakukannya. Ketika di China,
Kondo bekerja bersama rekan satu kampung
dari Toyota, Mazda, dan Mitsubishi
yang melakukan pekerjaan serupa. Paling
tidak 100 insinyrr Jepang berpengalaman
baru-baru ini telah bekerja dengan
pabrikan mobil China, menurut Hiromi
Shioji, profesor ekonomi Kyoto University.
"Iika [perusahaan China] ingin memperbaiki
eksterior mobil, mereka belajar dari
orang Italia. Tapi untuk teknik, mereka
I b.lai"t dari orang Jepang," kata Akira
Ami, Presiden Global Business Support &
Marketing, perusahaan konsultan yang
telah mengirimkan insinyur Jepang ke
China sejak 2002.

Beberapa perusahaan China bahkan
telah membuka kantor diJepang untuk
mendapatkan insinyur cerdas negara itu'
JAC Motors, yang berkantor pusat di barat
Shanghai di Provinsi Anhui, membuka
pusat riset di Tokyo pada 2006. Pabrikan
truk ini telah mempekerjakan lusinan
karyawan lokal untuk membantunYa
mengembangkan mobil penumpang.
"Para insinyrr Jepang memiliki kekuatan
mental untuk memecahkan masalah sampai
selesai," ujar Wenjun Wang, ketua
pusat Tokyo. "Insiny'ur muda China tak
punya daya tahan yang sama."

Ada banyak yang harus dikerjakan.
Beijing sudah lama mensyaratkan
pabrikan otomotif asing di China untuk
menjalin kerja sama dengan mitra
j oint-venture domestik. Namun orang
asing pelit dengan teknologi mereka,
sehingga pabrikan China belum belajar
sebanyak yang diharapkan pemimpin
China. Banyak analis mengatakan
perusahaan China perlu satu dekade atau
lebih lama untuk membuat mobil yang
memenuhi standar Barat, meski Kondo
dan orang Jepang lain seperti dirinya bisa
membantu mempercepat proses.

Meski disambut dengan ramah oleh
orang China, insinl'ur Jepang menghadapi
banyak kendala kultural. Walaupun
kebanyakan insinyur mengatakan
mereka disambut dengan tangan terbuka
oleh orang China, beberapa mengeluhkan
pendekatan China dalam memproduksi
mobil terlalu berbeda dari Jepang. Ini
membuat mereka sulit mendapatkan hasil
yang maksimal. Orang China, menurut
konsultan Ami, cenderung menjadi
perakit, kebanyakan mengalihdayakan
pengembangan kendaraan' Ami menambahkan,
lumrah jika karyawan andalan
diminta membongkar mobil JePangagar
memudahkan dalam mencontoh
desain-dan beberapa di antara mereka
diminta memberikan rahasia teknologi
dari bekas perusahaannya.

Namun Kondo merasa telah melakukan
hal yang benar. Pekerjaannya di China
mengingatkannya akan masa 1960-an,
ketika ia belajar teknik-teknik terbaru dalam
pengujian kendaraan dari Ford pada
kunjungan-kunjungan nya ke AS. Saat itu,
menurutnya, ia terkesan betapa orangorang
asing meluangkan waktunya untuk
mengajari para insinyrr muda Jepang
tentang dasar-dasar pembuatan mobil,
"Begitulah cara kami belajar," katanya.
"Saya tidak pernah bermimpi bahwa
kemudian saya dapat menjadi seperti
mereka." 

Sumber
Indonesia BusinessWeek

No comments:

Post a Comment

Related Posts