Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter: @andrewenas)
...setelah mulai menggaet pelanggan yang lumayan banyak, biasanya juga
diikuti komplain atau keluhan pelanggan yang mulai sering berdatangan ke
kantor. Bagaimana kita mengatasi dilema ini?
Seiring dengan perkembangan bisnis, maka perkembangan organisasi (orang dan
sistem/struktur) memang perlu segera mengimbanginya. Ini adalah hal yang wajar
sekali, karena kekuatan seorang pemimpin bisnis (a business leader) pada titik
tertentu akan mentok. “Sang Pemimpin Besar” alih-alih berkontribusi menciptakan
nilai ia malah destruktif atau minimal menghambat pertumbuhan.
Kepekaan terhadap model-bisnis yakni dari mana aliran revenue diperoleh,
lalu bagaimana struktur dan sistem organisasi bekerja menciptakan nilai tambah,
serta akibat keterbatasan spektrum kepemimpinannya, maka perlu dipertajam dan
dibantu bahkan disinergikan dengan kekuatan tim.
Bagaimana memastikan kepuasan pelanggan (dengan memenuhi kebutuhannya)
adalah imperatif model bisnis yang krusial. Sepuluh patokan yang selidiki Greg
Vance (Delivering The Goods: Developing Sales & Service Excellence, 1995) baik
sekali untuk dicermati dengan seksama demi memastikan bahwa organisasi
digerakkan oleh suatu pola pikir (mind-set) yang kongruen dengan model
bisnisnya.
1. Hasil (result); waspadalah selalu bahwa – pada akhirnya – yang
dibutuhkan pelanggan adalah hasil akhir di mana produk atau jasa kita
menunjukkan efektivitas kinerjanya. Rumusan sederhana adalah QCD (Quality, Cost,
Delivery). Kualitas mesti match (pas) dengan permintaan pelanggan. Biaya (di
mata pelanggan adalah harga) mesti dirasa win-win oleh kedua pihak. Waktu
penerimaan/pengiriman yang tepat, atau saat pembeli mencari maka barang atau
jasa itu tersedia.
2. Dapat diandalkan (reliability); sistem pendukung mesti dipastikan
befungsi pada waktu dibutuhkan. Apalagi untuk bisnis yang memerlukan pelayanan
purna jual dalam bentuk perawatan, suku cadang, sampai konsultasi tentang
penggunaan produk.
3. Hidup (semangat), hangat, bersahabat serta ramah dalam melayani
pelanggan. Ini berlaku untuk aspek orang dan juga sistemnya. Sistem mesti
didesain dan di-update (diperbaharui) sedemikian rupa, sehingga – di mata
pelanggan – jadi bersahabat (user friendly), tidak ribet dan bertele-tele.
4. Empati; ini adalah semangat memahami secara tulus akan kebutuhan setiap
individu pelanggan.
5. Pemasok yang juga handal; jangan lupa bahwa sistem bisnis Anda
sesungguhnya adalah rangkaian proses penciptaan nilai dari berbagai pihak,
internal maupun eksternal. Pastikan bahwa para pemasok adalah mitra bisnis
handal yang mengerti proses bisnis Anda. Sehingga mereka bisa menjalankan fungsi
pasokan (inbound) yang bermutu. Jika perlu, mereka perlu diikutsertakan dalam
program-program pelatihan Anda.
6. Kekuatan komunikasi (strong communication); pastikan semua pihak yang
terlibat proses pelaksanaan strategi dibekali dengan kadar informasi yang cukup.
Ini adalah salah satu faktor pembangun tim dan motivasi kelompok yang penting.
Anggota tim akan merasa terlibat, karena dilibatkan dan dipercaya sebagai
peserta aliran informasi strategis.
7. Integritas; keterbukaan, kejujuran dan perlakuan adil. Integritas juga
berkaitan dengan kata integrasi, yang maksudnya adalah bersatunya (integrasi)
perkataan dengan tindakan. Orang sering mengistilahkannya dengan: walk the talk.
Artinya, konsisten antara apa yang diucapkannya dengan tindakannya.
8. Adanya perasaan kemitraan (a feeling of partnership) dengan para
pelanggan Anda; untuk melanggengkan relasi dengan pelanggan, sudah pada
tempatnya untuk membagikan (to share) sistem nilai bahkan aspirasi Anda kepada
para pelanggan.
9. Solusi kreatif dalam pemecahan masalah; ingat bahwa setiap pelanggan,
di samping kesamaannya juga punya keunikan masing-masing. Kerap kali Anda mesti
melakukan pendekatan kreatif sesuai dengan konteks permasalahan setiap pelanggan
(atau sesuai segmennya), di samping pendekatan generik bagi seluruh pelanggan.
10. Value (nilai); suatu patokan harga yang mesti dibayar saat ekspektasi
terpenuhi. Dalam mencari titik kesetimbangan (equilibrium) harga ini memang
pekat dipengaruhi pelbagai aspek nilai-tambah lainnya, aspek emosional serta
persepsi pasar, dan lain-lain, di samping faktor biaya-biaya langsung
(direct-costs). Yang penting, harga yang dipatok bisa dipersepsi adil (fair)
oleh pelanggan yang ada dalam pangsa (segmen) pasar yang disasar.
Nah, bersiaplah untuk sukses!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Performa Industri: Quality, Productivity, Safety, Cost. Manakah yang perlu diprioritaskan? Banyak sekali metode-metode yang dapat dipakai un...
-
Di beberapa perusahaan, divisi penyimpanan (store) untuk mengelola persediaan (inventory) sering mempunyai beberapa nama, seperti divisi...
-
Salah satu senjata ampuh para eksekutif untuk meningkatkan kariernya kini adalah dengan menempuh jalur pendidikan keprofesian bersertifi...
-
3Q6S yaitu aktivitas 6S untuk menjadikan perusahaan yang 3Q Adapun 6 S terdiri dari Seiri, Seiton, Seiso, Sheiketsu, Shitsuke, dan SAHOO. ...
No comments:
Post a Comment