Tuesday, March 26, 2013

Gegar Masa Depan Lagi?

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)


“Forecasting the future can be dangerous because you are often forced to face realities that can only be dealt with via painful change. You may need to change your ideas about what is possible.”– James Canton, Ph.D., The Extreme Future, 2007.

***

     Baru-baru ini perusahaan raksasa consumer-goods Unilever dikabarkan telah setuju untuk mengakuisisi OAO Concern Kalina (sebuah perusahaan pembuat produk perawatan kulit asal Rusia) senilai 21,5 miliar rubel, atau setara US$694 juta. Corporate-action ini dimaksudkan demi menggenjot pertumbuhan pasar negara berkembang. Menurut CEO Unilever, Paul Polman, akuisisi ini akan membuat Unilever berada di posisi terkemuka dalam bisnis perawatan kulit, rambut, serta perawatan mulut. Di samping itu, masih ada 2 perusahaan Rusia yang diincar Unilever, yakni Black Pearl (produk perawatan wajah) dan Silky Hands (krim) dengan total transaksi sebesar 16,7 miliar rubel. Disinyalir aksi global korporasi ini demi memperluas pasar di negara berkembang menyusul meningkatkan persaingan dan lesunya penjualan di Eropa Barat dan Amerika Utara.

     Di arena bisnis alat telekomunikasi (yang telah melebur dengan bidang entertainment, office-tools, library, dll) ditandai dengan maraknya penjualan iPhone 4S, produk terbaru Apple yang sekaligus merupakan warisan terakhir  Steve Jobs, yang telah mencapai angka 4 juta unit sampai pertengahan Oktober 2011 di pasar: Amerika Serikat, Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang dan Inggris. Selain memang ada peningkatan kinerja produknya, dikabarkan iPhone 4S ini memiliki kelebihan kecepatan prosesor, teknologi pengenal suara dan kualitas kamera yang lebih baik dibanding tipe pendahulunya iPhone 4, larisnya produk anyar dari Apple ini juga mengandung aspek emosional para pelanggan sepeninggal pendiri Apple, sang pemimpin kharismatik Steve Jobs, yang barusan wafat setelah beberapa tahun berjuang melawan kanker pankreas yang dideritanya.

***

     Dalam penerawangannya ke tahun 2025, salah satu indeks masa depan ekstrim menurut James Canton (The Extreme Future: The Top Trends That Will Reshape The World In The Next 20 Years, 2007) disebutkan, “Ratio of women to men in the workforce: 2:1” dan, “Percentage of Americans living past the age of 100: 25” lalu, “Percentage of Americans living past the age of 100 who are women: 80” dan yang menarik soal penampilan, “Rank of plastic surgery as a household expense after food: 2” serta perilaku harian  dalam menghabiskan waktu, “Average number of hours daily each American watches TV on the internet: 10”. Ini fenomena yang luar biasa dampaknya.

     Dan, beberapa gejala tadi ditengarai bakal muncul di dalam suatu konstelasi pemasaran global yang dicirikan oleh 5 faktor yang – menurut James Canton – kuat mempengaruhi bentuk masa depan secara ekstrim, yaitu: 1) Kecepatan (Speed). Tingkat percepatan perubahan bakal membutakan, mencakup hampir segala hal, dan menyentuh setiap aspek kehidupan kita. 2) Kompleksitas (complexity). Lompatan besar dalam hal jumlah kekuatan-kekuatan yang sekilas nampaknya tak berhubungan satu sama lain, padahal dampaknya bisa langsung kepada gaya hidup kita, pekerjaan dan keamanan pribadi maupun nasional. 3) Resiko (risk). Banyak resiko baru, juga resiko lebih besar serta ancaman mulai dari terorisme, kriminalitas sampai perekonomian global yang  terus bertegangan tinggi yang bakal membayangi setiap aspek kehidupan manusia. 4) Perubahan (change). Penyesuaian-penyesuaian drastis di dalam pekerjaan, komunitas, dan relasi-relasi bakal memaksa kita untuk senantiasa cepat dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan radikal. 5) Kejutan (surprise). Terkadang kejutan yang baik, tapi kerap juga sulit dibayangkan bakal seperti apa kejutannya. Pendeknya, surprises akan menjadi daily-features kita, dan kejutan-kejutan itu akan senantiasa menantang daya indera dan logika kita.

***

     Berkat kemajuan di dunia kesehatan, manusia bakal memperpanjang usia, dalam di dalam umur panjang itu manusia digerakan oleh hasrat untuk bisa menikmati dan memaknai hidupnya seoptimal mungkin. Maka gerak pemasaran global bakal dipicu dan sekaligus diarahkan terhadap upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan menggoda (teasing-questions) seperti misalnya: What does it mean for the future of entertainment if 80% of consumers are on the internet downloading games, video, music, and information? What does it mean for the future of health care if 90% of consumers want tests or reveal their genetic destiny? What does it mean for industry and society if 100 million consumers control $20 trillion of assets and want to live to age 100 as healthy and active as they can be? What does it mean to global peace and security if terrorists, drug dealers, and organized crime link up to attack the world’s institutions?  What does it mean to global growth and productivity if we do not discover new energy sources as oil supplies are dwindling? What is the future of society if global warming and climate change are not resolved by 2050, when there will be close to 9 billion people on the planet?

     Pertanyaan-pertanyaan yang imperatif bagi para global-marketers. Gegar masa depan (future shock) akan berakibat gegar budaya (culture shock) jika kita tidak mengantisipasi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis-kreatif (dan menggoda) seperti itu. Sudah pada galibnya memang, kebudayaan manusia bergerak dan berkembang dipicu oleh rasa penasarannya sendiri. Menjawab tuntutan hasrat hatinya, “there is no reason not to follow your heart..” kata Steve Jobs. Dan jeritan pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah ditujukan kepada rumput yang bergoyang.




(twitter@andrewenas)
-----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING edisi November 2011




STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts