Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
Untuk memeriksa dengan cepat dan sederhana apakah bisnis Anda berjalan baik, jawablah tiga pertanyaan mendasar ini:
Apakah operasi bisnis Anda menghasilkan uang kontan (generating cash)? Apakah asset yang ada digunakan optimal untuk dapat untung (Return On Asset)? Apakah bisnis Anda
bertumbuh (growth)?
Kemampuan memahami bangunan konsep bisnis ini disebut ’business accumen’ yaitu kemampuan memahami bagaimana bisnis beroperasi menghasilkan duit. Ram Charan (bukunya: What The CEO Wants You To Know, 2001) mengatakan, pada dasarnya setiap bisnis (besar atau kecil) bersandar pada ketiga inti logika bisnis: 1) cash generation, 2) return on assets yang merupakan kombinasi margin dan velocity, dan 3) pertumbuhan. Inilah formula universal dalam bisnis.
Pebisnis yang baik mengerti betul tiap komponen, serta bagaimana keterkaitan di antara ketiganya.
1. Cash generation. Ini adalah indikasi penting apakah operasi bisnis Anda mampu menghasilkan duit kontan yang cukup? Dari mana sumber-sumbernya? Lalu bagaimana uang kontan itu dipakai? Pengertian cash generation adalah adanya selisih positif antara aliran uang masuk dengan aliran uang keluar dalam periode tertentu.
Seorang pedagang buah yang membeli buahnya di pasar induk dengan kontan dan menjualnya dengan kontan pula, maka ia tidak punya hutang dan piutang. Namun, jika ia menjual dengan kredit, maka aliran uang-kasnya akan terganggu. Di sini ia akan punya tagihan (piutang).
Dan kalau ia sendiri beli dengan kredit, maka ia pun punya kewajiban (hutang), yang mesti dihitung cermat agar saat jatuh tempo ia punya uang kontan. Jika tidak, maka hilang kredibilitas (artinya tidak pantas lagi diberi kredit), akibatnya tidak dapat barang dan bisnisnya bisa mati.
Maka cash memampukan Anda tetap berada dalam bisnis.
2. Return on Assets(kombinasi margin dan velocity). Apa pun yang Anda investasikan dalam bisnis adalah asset. Termasuk uang mertua yang Anda pinjam (cash), barang-barang yang sudah dibeli untuk dijual (diproses) adalah asset (inventory).
Sebagai profesional maka Anda segera berpikir, berapa banyak uang yang bisa saya peroleh dari pemanfaatan asset tersebut? Dengan investasi asset sedemikian besar, apakah keuntungan yang didapat mencukupi? Ini namanya ROA (return on assets).
Beberapa orang mungkin lebih senang bicara soal ROI (return on investment) atau ROE (return on equity). Equity/modal adalah uang yang diinvestasikan oleh pemegang-saham ke dalam bisnis. Perbedaannya hanyalah soal teknikal. Konsep dasarnya tetap sama, yakni berapa banyak uang yang dihasilkan dari investasinya?
Margin adalah selisih dari penjualan setelah dikurangi biaya.
Untuk menjelaskan konsep velocity, ilustrasinya: pedagang tadi pinjam uang berbunga 2,5% sebulan, maka setahun bunganya 30%, jika dihitung secara compounded, maka total bunganya 34%. Dan jika ia menjual buahnya dengan margin keuntungan cuma 5%, maka bagaimana ia bisa melunasinya?
Jawabnya sederhana saja. Artinya ia mesti menjual dengan 5% keuntungan sebanyak mungkin dalam waktu secepat mungkin. Semakin sering dan banyak ia menjual dengan marjin 5%, maka semakin besar kemampuannya bayar hutang dan bahkan menyisakan keuntungan untuknya. Kecepatan pergerakan barang (putarannya) inilah yang disebut Velocity.
Jadi rumusan sederhananya: Return = Margin x Velocity Ini bukanlah jargon keuangan. R = M x V adalah business-tool yang ampuh dan gampang diingat. Return = Margin x (Sales/Asset). Velocity dari assets adalah kecepatan menjual, dengan memanfaatkan asset yang ada. Misalnya: margin 5%, sales Rp.300 Milyar, dan asset Rp.60 Milyar, maka R = 5% x (300 Milyar/60 Milyar), ROA = 25%.
3. Growth. Pertumbuhan adalah ukuran vital kemajuan perusahaan. Pertanyaannya, apakah Anda tumbuh secara menguntungkan? Bagaimana jika akselerasi tumbuhnya jauh di bawah kompetitor? Pertumbuhan mengandaikan kemampuan perusahaan melayani segmen pasar dan konsumen yang pas (dan menguntungkan). Bersiaplah untuk sukses!
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------------
Artikel dari Tabloid Bisnis KONTAN, Minggu IV, September 2007
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Tuesday, March 26, 2013
Gegar Masa Depan Lagi?
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
“Forecasting the future can be dangerous because you are often forced to face realities that can only be dealt with via painful change. You may need to change your ideas about what is possible.”– James Canton, Ph.D., The Extreme Future, 2007.
***
Baru-baru ini perusahaan raksasa consumer-goods Unilever dikabarkan telah setuju untuk mengakuisisi OAO Concern Kalina (sebuah perusahaan pembuat produk perawatan kulit asal Rusia) senilai 21,5 miliar rubel, atau setara US$694 juta. Corporate-action ini dimaksudkan demi menggenjot pertumbuhan pasar negara berkembang. Menurut CEO Unilever, Paul Polman, akuisisi ini akan membuat Unilever berada di posisi terkemuka dalam bisnis perawatan kulit, rambut, serta perawatan mulut. Di samping itu, masih ada 2 perusahaan Rusia yang diincar Unilever, yakni Black Pearl (produk perawatan wajah) dan Silky Hands (krim) dengan total transaksi sebesar 16,7 miliar rubel. Disinyalir aksi global korporasi ini demi memperluas pasar di negara berkembang menyusul meningkatkan persaingan dan lesunya penjualan di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Di arena bisnis alat telekomunikasi (yang telah melebur dengan bidang entertainment, office-tools, library, dll) ditandai dengan maraknya penjualan iPhone 4S, produk terbaru Apple yang sekaligus merupakan warisan terakhir Steve Jobs, yang telah mencapai angka 4 juta unit sampai pertengahan Oktober 2011 di pasar: Amerika Serikat, Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang dan Inggris. Selain memang ada peningkatan kinerja produknya, dikabarkan iPhone 4S ini memiliki kelebihan kecepatan prosesor, teknologi pengenal suara dan kualitas kamera yang lebih baik dibanding tipe pendahulunya iPhone 4, larisnya produk anyar dari Apple ini juga mengandung aspek emosional para pelanggan sepeninggal pendiri Apple, sang pemimpin kharismatik Steve Jobs, yang barusan wafat setelah beberapa tahun berjuang melawan kanker pankreas yang dideritanya.
***
Dalam penerawangannya ke tahun 2025, salah satu indeks masa depan ekstrim menurut James Canton (The Extreme Future: The Top Trends That Will Reshape The World In The Next 20 Years, 2007) disebutkan, “Ratio of women to men in the workforce: 2:1” dan, “Percentage of Americans living past the age of 100: 25” lalu, “Percentage of Americans living past the age of 100 who are women: 80” dan yang menarik soal penampilan, “Rank of plastic surgery as a household expense after food: 2” serta perilaku harian dalam menghabiskan waktu, “Average number of hours daily each American watches TV on the internet: 10”. Ini fenomena yang luar biasa dampaknya.
Dan, beberapa gejala tadi ditengarai bakal muncul di dalam suatu konstelasi pemasaran global yang dicirikan oleh 5 faktor yang – menurut James Canton – kuat mempengaruhi bentuk masa depan secara ekstrim, yaitu: 1) Kecepatan (Speed). Tingkat percepatan perubahan bakal membutakan, mencakup hampir segala hal, dan menyentuh setiap aspek kehidupan kita. 2) Kompleksitas (complexity). Lompatan besar dalam hal jumlah kekuatan-kekuatan yang sekilas nampaknya tak berhubungan satu sama lain, padahal dampaknya bisa langsung kepada gaya hidup kita, pekerjaan dan keamanan pribadi maupun nasional. 3) Resiko (risk). Banyak resiko baru, juga resiko lebih besar serta ancaman mulai dari terorisme, kriminalitas sampai perekonomian global yang terus bertegangan tinggi yang bakal membayangi setiap aspek kehidupan manusia. 4) Perubahan (change). Penyesuaian-penyesuaian drastis di dalam pekerjaan, komunitas, dan relasi-relasi bakal memaksa kita untuk senantiasa cepat dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan radikal. 5) Kejutan (surprise). Terkadang kejutan yang baik, tapi kerap juga sulit dibayangkan bakal seperti apa kejutannya. Pendeknya, surprises akan menjadi daily-features kita, dan kejutan-kejutan itu akan senantiasa menantang daya indera dan logika kita.
***
Berkat kemajuan di dunia kesehatan, manusia bakal memperpanjang usia, dalam di dalam umur panjang itu manusia digerakan oleh hasrat untuk bisa menikmati dan memaknai hidupnya seoptimal mungkin. Maka gerak pemasaran global bakal dipicu dan sekaligus diarahkan terhadap upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan menggoda (teasing-questions) seperti misalnya: What does it mean for the future of entertainment if 80% of consumers are on the internet downloading games, video, music, and information? What does it mean for the future of health care if 90% of consumers want tests or reveal their genetic destiny? What does it mean for industry and society if 100 million consumers control $20 trillion of assets and want to live to age 100 as healthy and active as they can be? What does it mean to global peace and security if terrorists, drug dealers, and organized crime link up to attack the world’s institutions? What does it mean to global growth and productivity if we do not discover new energy sources as oil supplies are dwindling? What is the future of society if global warming and climate change are not resolved by 2050, when there will be close to 9 billion people on the planet?
Pertanyaan-pertanyaan yang imperatif bagi para global-marketers. Gegar masa depan (future shock) akan berakibat gegar budaya (culture shock) jika kita tidak mengantisipasi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis-kreatif (dan menggoda) seperti itu. Sudah pada galibnya memang, kebudayaan manusia bergerak dan berkembang dipicu oleh rasa penasarannya sendiri. Menjawab tuntutan hasrat hatinya, “there is no reason not to follow your heart..” kata Steve Jobs. Dan jeritan pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah ditujukan kepada rumput yang bergoyang.
(twitter@andrewenas)
-----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING edisi November 2011
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
(twitter@andrewenas)
“Forecasting the future can be dangerous because you are often forced to face realities that can only be dealt with via painful change. You may need to change your ideas about what is possible.”– James Canton, Ph.D., The Extreme Future, 2007.
***
Baru-baru ini perusahaan raksasa consumer-goods Unilever dikabarkan telah setuju untuk mengakuisisi OAO Concern Kalina (sebuah perusahaan pembuat produk perawatan kulit asal Rusia) senilai 21,5 miliar rubel, atau setara US$694 juta. Corporate-action ini dimaksudkan demi menggenjot pertumbuhan pasar negara berkembang. Menurut CEO Unilever, Paul Polman, akuisisi ini akan membuat Unilever berada di posisi terkemuka dalam bisnis perawatan kulit, rambut, serta perawatan mulut. Di samping itu, masih ada 2 perusahaan Rusia yang diincar Unilever, yakni Black Pearl (produk perawatan wajah) dan Silky Hands (krim) dengan total transaksi sebesar 16,7 miliar rubel. Disinyalir aksi global korporasi ini demi memperluas pasar di negara berkembang menyusul meningkatkan persaingan dan lesunya penjualan di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Di arena bisnis alat telekomunikasi (yang telah melebur dengan bidang entertainment, office-tools, library, dll) ditandai dengan maraknya penjualan iPhone 4S, produk terbaru Apple yang sekaligus merupakan warisan terakhir Steve Jobs, yang telah mencapai angka 4 juta unit sampai pertengahan Oktober 2011 di pasar: Amerika Serikat, Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang dan Inggris. Selain memang ada peningkatan kinerja produknya, dikabarkan iPhone 4S ini memiliki kelebihan kecepatan prosesor, teknologi pengenal suara dan kualitas kamera yang lebih baik dibanding tipe pendahulunya iPhone 4, larisnya produk anyar dari Apple ini juga mengandung aspek emosional para pelanggan sepeninggal pendiri Apple, sang pemimpin kharismatik Steve Jobs, yang barusan wafat setelah beberapa tahun berjuang melawan kanker pankreas yang dideritanya.
***
Dalam penerawangannya ke tahun 2025, salah satu indeks masa depan ekstrim menurut James Canton (The Extreme Future: The Top Trends That Will Reshape The World In The Next 20 Years, 2007) disebutkan, “Ratio of women to men in the workforce: 2:1” dan, “Percentage of Americans living past the age of 100: 25” lalu, “Percentage of Americans living past the age of 100 who are women: 80” dan yang menarik soal penampilan, “Rank of plastic surgery as a household expense after food: 2” serta perilaku harian dalam menghabiskan waktu, “Average number of hours daily each American watches TV on the internet: 10”. Ini fenomena yang luar biasa dampaknya.
Dan, beberapa gejala tadi ditengarai bakal muncul di dalam suatu konstelasi pemasaran global yang dicirikan oleh 5 faktor yang – menurut James Canton – kuat mempengaruhi bentuk masa depan secara ekstrim, yaitu: 1) Kecepatan (Speed). Tingkat percepatan perubahan bakal membutakan, mencakup hampir segala hal, dan menyentuh setiap aspek kehidupan kita. 2) Kompleksitas (complexity). Lompatan besar dalam hal jumlah kekuatan-kekuatan yang sekilas nampaknya tak berhubungan satu sama lain, padahal dampaknya bisa langsung kepada gaya hidup kita, pekerjaan dan keamanan pribadi maupun nasional. 3) Resiko (risk). Banyak resiko baru, juga resiko lebih besar serta ancaman mulai dari terorisme, kriminalitas sampai perekonomian global yang terus bertegangan tinggi yang bakal membayangi setiap aspek kehidupan manusia. 4) Perubahan (change). Penyesuaian-penyesuaian drastis di dalam pekerjaan, komunitas, dan relasi-relasi bakal memaksa kita untuk senantiasa cepat dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan radikal. 5) Kejutan (surprise). Terkadang kejutan yang baik, tapi kerap juga sulit dibayangkan bakal seperti apa kejutannya. Pendeknya, surprises akan menjadi daily-features kita, dan kejutan-kejutan itu akan senantiasa menantang daya indera dan logika kita.
***
Berkat kemajuan di dunia kesehatan, manusia bakal memperpanjang usia, dalam di dalam umur panjang itu manusia digerakan oleh hasrat untuk bisa menikmati dan memaknai hidupnya seoptimal mungkin. Maka gerak pemasaran global bakal dipicu dan sekaligus diarahkan terhadap upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan menggoda (teasing-questions) seperti misalnya: What does it mean for the future of entertainment if 80% of consumers are on the internet downloading games, video, music, and information? What does it mean for the future of health care if 90% of consumers want tests or reveal their genetic destiny? What does it mean for industry and society if 100 million consumers control $20 trillion of assets and want to live to age 100 as healthy and active as they can be? What does it mean to global peace and security if terrorists, drug dealers, and organized crime link up to attack the world’s institutions? What does it mean to global growth and productivity if we do not discover new energy sources as oil supplies are dwindling? What is the future of society if global warming and climate change are not resolved by 2050, when there will be close to 9 billion people on the planet?
Pertanyaan-pertanyaan yang imperatif bagi para global-marketers. Gegar masa depan (future shock) akan berakibat gegar budaya (culture shock) jika kita tidak mengantisipasi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis-kreatif (dan menggoda) seperti itu. Sudah pada galibnya memang, kebudayaan manusia bergerak dan berkembang dipicu oleh rasa penasarannya sendiri. Menjawab tuntutan hasrat hatinya, “there is no reason not to follow your heart..” kata Steve Jobs. Dan jeritan pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah ditujukan kepada rumput yang bergoyang.
(twitter@andrewenas)
-----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING edisi November 2011
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Visi Global dan Sensitivitas Lokal
Oleh:Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
“Global marketing demand exceptional leadership…the hallmark of a global company is the capacity to formulate and implement global strategies that leverage worldwide learning, respond fully to local needs and wants, and draw on the talent and energy of every member of the organization.”– Warren J. Keegan & Mark C. Green, Principles of Global Marketing, Prentice Hall, 1997.
***
Beberapa fenomena bisnis global di arena ritel, otomotif, properti dan energi bisa memberi ilustrasi bagaimana dinamika dampak dari global policy dan eksekusi strategi (leadership) perusahaan-perusahaan global tanpa kehilangan sensitivitas terhadap situasi dan kebutuhan spesifik di lokal tertentu.
Demi mengamankan pertumbuhan bisnis Wal-Mart Stores Inc. dikabarkan bakal mengakuisisi 80% saham peritel asal Turki, Migros Ticaret AS. Porsi ini nilainya US$ 4 miliar, dan rencananya bakal didapat dari perusahaan ekuitas asal London, BC Partners. Upaya Wal-Mart mengembangkan sayap di sejumlah negara Asia memang untuk meningkatkan pendapatannya dan menjamin pertumbuhannya (growth).
Di arena bisnis otomotif dunia, kabarnya Renault SA yang asal Perancis itu akan melepas kepemilikannya di perusahaan otomotif asal Swedia, Volvo AB. Setelah 11 tahun Renault menggenggam saham produsen truk Volvo sebesar 6,5%, akan dilepas dengan nilai sekitar US$1,92 miliar. Dana ini oleh Renault akan dipakai untuk mengurangi utangnya sendiri dan sekaligus membiayai investasinya di Perancis, Russia dan China. Bisnis Renault di Eropa memang sedang kelabu, di bulan Oktober kemarin ia mengalami penurunan 18% penjualan. Di Russia, Renault menggandeng Nissan Motor Co untuk mengambil kendali produsen mobil Lada, OAO Avto-VAZ Rusia dengan investasi US$742 juta. Inisiatif ekspansi internasional ini katanya demi meremajakan jangkauan bisnis sambil memperkuat daya saingnya di Eropa.
Hong Kong dan Singapura pada kuartal keempat tahun 2012 lalu mengalami pelambatan (cenderung stagnan) dalam sektor office-rental di ring A (prime area). Managing Director Jones Lang La-Salle, Jeremy Sheldon, mengakui bahwa pelambatan pertumbuhan sewa kantor terjadi lantaran pelaku sektor finansial masih memilih menahan diri di tengah ketidakpastian ekonomi global, ditambah lagi aktivitas perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan farmasi juga cenderung melambat. Prediksinya, pelambatan ini masih akan berlanjut ke tahun 2013, sampai adanya perubahan kondisi ekonomi dan kejelasan pergantian politik yang diperkirakan terjadi di pertengahan tahun 2013. Untuk beberapa kota di Asia pertumbuhan sewa kantor masih ada, Jakarta sebesar 7%, Manila 2%, dan Tokyo 1%.
Sektor penting lainnya adalah energi global. Demi menjamin pertumbuhan ekonominya, China mati-matian berupaya mengamankan pasokan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin-mesin produksinya. Kabar terakhir PetroChina sudah sepakat untuk mengambil alih saham BHP Billiton dalam proyek gas alam cair Browse (di Australia Barat) senilai US$1,63 miliar. Selain PetroChina, ada CNOOC yang aktif memborong aset di mancanegara. Baru-baru ini CNOOC telah mendapat persetujuan pemerintah Kanada untul mengakuisisi perusahaan minyak Nexen senilai US$15,1 miliar. Aksi korporasi ini adalah bentuk akuisisi terbesar perusahaan China tahun 2012. Perusahaan minyak China lainnya, Sinopec, juga telah membeli 20% saham Total di ladang minyak lepas pantai Nigeria. Total nilai pembelian perusahaan minyak asal Perancis itu sekitar US$2,5 miliar. Selain itu, Sinopec juga telah memiliki sepertiga saham Devon Energy senilai US$2,2 miliar. Inisiatif ini demi
melancarkan akses China ke sumber-sumber minyak di Amerika Serikat. Sebelumnya, PetroChina juga telah mengambil alih 40% saham proyek minyak di Mackay River senilai US$673 juta. Dalam perhitungan Bloomberg, sepanjang 2012 lalu perusahaan minyak dan gas China telah menghabiskan total uang senilai US$25 miliar untuk menyukseskan sejumlah akuisisi di sektor energi minyak dan gas.
***
Inisiatif kepemimpinan korporasi-korporasi global ini adalah sesuatu yang heroik juga. Berani masuk dalam arena/daerah yang belum dikenal sebelumnya (terra incognita), yang merupakan ciri karakter para perintis (the pioneers) di tanah Amerika dulu, atau para penjelajah Eropa yang akhirnya menghasilkan banyak penemuan wilayah baru, serta invensi-invensi kreatif-ekploratif. Seperti kata Warren Keegan & Mark C. Green selanjutnya, “This is a heroic task requiring global vision and a sensitivity to local needs. Overall, the leader’s challenge is to direct the effort and creativity of everyone in the company toward a global effort that best utilizes organizational resources to exploit global opportunities.” Gravitasi yang perlu dilawan adalah sikap pasif, chauvinistic, primordialistik-sempit, malas dan enggan keluar dari zona kenyamanan.
Selamatmemasuki Tahun Ular, tahun bagi si cerdik pemberani.
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Januari 2013
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
“Global marketing demand exceptional leadership…the hallmark of a global company is the capacity to formulate and implement global strategies that leverage worldwide learning, respond fully to local needs and wants, and draw on the talent and energy of every member of the organization.”– Warren J. Keegan & Mark C. Green, Principles of Global Marketing, Prentice Hall, 1997.
***
Beberapa fenomena bisnis global di arena ritel, otomotif, properti dan energi bisa memberi ilustrasi bagaimana dinamika dampak dari global policy dan eksekusi strategi (leadership) perusahaan-perusahaan global tanpa kehilangan sensitivitas terhadap situasi dan kebutuhan spesifik di lokal tertentu.
Demi mengamankan pertumbuhan bisnis Wal-Mart Stores Inc. dikabarkan bakal mengakuisisi 80% saham peritel asal Turki, Migros Ticaret AS. Porsi ini nilainya US$ 4 miliar, dan rencananya bakal didapat dari perusahaan ekuitas asal London, BC Partners. Upaya Wal-Mart mengembangkan sayap di sejumlah negara Asia memang untuk meningkatkan pendapatannya dan menjamin pertumbuhannya (growth).
Di arena bisnis otomotif dunia, kabarnya Renault SA yang asal Perancis itu akan melepas kepemilikannya di perusahaan otomotif asal Swedia, Volvo AB. Setelah 11 tahun Renault menggenggam saham produsen truk Volvo sebesar 6,5%, akan dilepas dengan nilai sekitar US$1,92 miliar. Dana ini oleh Renault akan dipakai untuk mengurangi utangnya sendiri dan sekaligus membiayai investasinya di Perancis, Russia dan China. Bisnis Renault di Eropa memang sedang kelabu, di bulan Oktober kemarin ia mengalami penurunan 18% penjualan. Di Russia, Renault menggandeng Nissan Motor Co untuk mengambil kendali produsen mobil Lada, OAO Avto-VAZ Rusia dengan investasi US$742 juta. Inisiatif ekspansi internasional ini katanya demi meremajakan jangkauan bisnis sambil memperkuat daya saingnya di Eropa.
Hong Kong dan Singapura pada kuartal keempat tahun 2012 lalu mengalami pelambatan (cenderung stagnan) dalam sektor office-rental di ring A (prime area). Managing Director Jones Lang La-Salle, Jeremy Sheldon, mengakui bahwa pelambatan pertumbuhan sewa kantor terjadi lantaran pelaku sektor finansial masih memilih menahan diri di tengah ketidakpastian ekonomi global, ditambah lagi aktivitas perusahaan-perusahaan barang konsumsi dan farmasi juga cenderung melambat. Prediksinya, pelambatan ini masih akan berlanjut ke tahun 2013, sampai adanya perubahan kondisi ekonomi dan kejelasan pergantian politik yang diperkirakan terjadi di pertengahan tahun 2013. Untuk beberapa kota di Asia pertumbuhan sewa kantor masih ada, Jakarta sebesar 7%, Manila 2%, dan Tokyo 1%.
Sektor penting lainnya adalah energi global. Demi menjamin pertumbuhan ekonominya, China mati-matian berupaya mengamankan pasokan energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin-mesin produksinya. Kabar terakhir PetroChina sudah sepakat untuk mengambil alih saham BHP Billiton dalam proyek gas alam cair Browse (di Australia Barat) senilai US$1,63 miliar. Selain PetroChina, ada CNOOC yang aktif memborong aset di mancanegara. Baru-baru ini CNOOC telah mendapat persetujuan pemerintah Kanada untul mengakuisisi perusahaan minyak Nexen senilai US$15,1 miliar. Aksi korporasi ini adalah bentuk akuisisi terbesar perusahaan China tahun 2012. Perusahaan minyak China lainnya, Sinopec, juga telah membeli 20% saham Total di ladang minyak lepas pantai Nigeria. Total nilai pembelian perusahaan minyak asal Perancis itu sekitar US$2,5 miliar. Selain itu, Sinopec juga telah memiliki sepertiga saham Devon Energy senilai US$2,2 miliar. Inisiatif ini demi
melancarkan akses China ke sumber-sumber minyak di Amerika Serikat. Sebelumnya, PetroChina juga telah mengambil alih 40% saham proyek minyak di Mackay River senilai US$673 juta. Dalam perhitungan Bloomberg, sepanjang 2012 lalu perusahaan minyak dan gas China telah menghabiskan total uang senilai US$25 miliar untuk menyukseskan sejumlah akuisisi di sektor energi minyak dan gas.
***
Inisiatif kepemimpinan korporasi-korporasi global ini adalah sesuatu yang heroik juga. Berani masuk dalam arena/daerah yang belum dikenal sebelumnya (terra incognita), yang merupakan ciri karakter para perintis (the pioneers) di tanah Amerika dulu, atau para penjelajah Eropa yang akhirnya menghasilkan banyak penemuan wilayah baru, serta invensi-invensi kreatif-ekploratif. Seperti kata Warren Keegan & Mark C. Green selanjutnya, “This is a heroic task requiring global vision and a sensitivity to local needs. Overall, the leader’s challenge is to direct the effort and creativity of everyone in the company toward a global effort that best utilizes organizational resources to exploit global opportunities.” Gravitasi yang perlu dilawan adalah sikap pasif, chauvinistic, primordialistik-sempit, malas dan enggan keluar dari zona kenyamanan.
Selamatmemasuki Tahun Ular, tahun bagi si cerdik pemberani.
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Januari 2013
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Saya Belanja maka Saya Ada
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
“For a moment we are both silent. It’s as though we’re communing with a higher being. The god of shopping.”– Sophie Kinsela
***
Cukup menggegerkan “dunia persilatan” ketika ikon-ikon dunia bisnis macam Merck&Co (farmasi) mengumumkan penurunan penjualan sampai 57%, The New York Times Co (media) mengalami penurunan pendapatan iklan sebesar 27%, diikuti Yahoo Inc (internet) yang terpaksa mem-phk-kan 700 knowledge-workers-nya, itu semua terjadi pada kuartal pertama tahun ini (The Jakarta Post, Thursday, April 23, 2009). Kalau kita percaya teori gunung es, mereka bertiga adalah representasi puncak dari bongkahan gunung es yang sedang terapung-apung di tengah samudra. Artinya, di bawah mereka ada ribuan bahkan mungkin jutaan entitas bisnis yang saat ini sedang krisis bahkan tidak sedikit juga yang tengah meregang nyawa.
Gejala serta ekses ekonomi gelembung yang dipicu dan dipacu oleh keserakahan gelombang revolusi finansial (transaksi derivatives, mutual funds, futures, dan bentuk-bentuk uang virtual lainnya yang konstruksinya lebih rumit namun mobilitasnya sangat tinggi) telah menyeret banyak pelaku bisnis ke meja hijau, atau memilih jalan pintas langsung ke alam baka. Gara-gara ini semua, kredibilitas dunia bisnis dan tentu termasuk agensinya yaitu para profesional dan wirausahanya tengah berada di titik nadir. Tragis memang, sebab mereka yang seyogianya diharapkan menjadi soko-guru atau tiang penyangga perekonomian, malah menjadi rayap penggerogot dan dinistakan dalam tatanan peradaban.
***
Membaca novel Sophie Kinsela (The Confessions of a Shopaholic), kita dibuat tersenyum tersipu-sipu lantaran kita seperti disodorkan cermin diri kontemporer. Hidup yang glamour gemerlap dengan pelbagai merek dunia (semata demi menjaga status gengsi). Eksistensi diri seseorang habis-habisan ditentukan oleh aksesoris luaran, rasa percaya diri yang substantif diganti total dengan yang tempelan belaka. Walau di KTP dengan tegas kita mendeklarasikan iman tauhid kita, namun praksisnya kita malah memuja the god of shopping, kegiatan lainnya direlativir terhadap ritus pemujaan kepada dewa yang satu itu. Belanja bukan lagi menjadi aktivitas yang dilakukan seperlunya demi memenuhi kebutuhan, namun kegiatan belanja itu sendiri sudah menjadi ritus klimaks setiap jemaat the god of shopping.
Dalam refleksinya yang tajam terhadap konsumerisme, Haryanto Sudjatmiko (bukunya: Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris, Jalasutra, 2008) mengajukan diagnosanya: “Bila berbelanja semula menjadi ‘perpanjangan’ manusia yang hendak mengonsumsi sesuatu, pada perkembangan berikutnya, belanja justru menjadi kegiatan mengonsumsi itu sendiri. Belanja berubah menjadi kebutuhan bagi manusia yang tak cukup diri. Di sinilah letak konsumerisme dalam arti mengubah ‘konsumsi yang seperlunya’ menjadi ‘konsumsi yang mengada-ada’. Dalam arti ini, motivasi seseorang untuk berbelanja tidak lagi guna memenuhi kebutuhan dasariah yang ia perlukan sebagai manusia, melainkan terkait dengan hal lain, yakni identitas.”
Akhir April lalu, tatkala Crocs (ini merek sandal) memberi kesempatan kepada para pemujanya untuk mendapatkan “relikui"nya dengan cuma membayar 30% dari harga biasa (alias diskon 70%!), maka hebohlah jemaat Crocs di Jakarta ini. Foto antrian super-panjang terpampang di media-media, menunjukkan orang-orang yang sangat antusias berbaris seperti sedang antri menyambut hosti dalam ritus komuni. Banyak yang antri dengan menggunakan atribut atau aksoris agamanya masing-masing, namun uniknya, realitas plural keagamaan ini nampak akur dan ceria saat bersama-sama memuja the god of shopping.
Kalau dulu Descartes – dalam upayanya untuk mencari kepastian yang paling dasariah telah meragukan segalanya – akhirnya menyadari bahwa ia sendiri yang sedang meragukan (berpikir) itu pastilah tidak bisa diragukan keberadaanya, sehingga ia berseru: Cogito Ergo Sum (saya berpikir maka saya ada), kini kita
bersama-sama menyerukan refrain: Emo Ergo Sum (saya belanja maka saya ada).
***
Gerakan mendunia, atau istilah yang lazim kita sebut globalisasi rupanya mensyaratkan infrastruktur mental dan cara-pikir baru dari semua aktor-aktornya. Dan, tuntutan ini tentunya terutama diarahkan kepada para role-models, para pemangku hegemoni, terutama pemegang tampuk kekuasaan formal (di dunia partikelir maupun pelat merah). Persisnya, siapakah mereka itu? ya tentu Anda semua yang telah mengalami proses konsientisasi terhadap tanggung jawab moral kepemimpinan yang Anda pegang. Disposisi etis yang imperatif-kategoris, percaya dan mau melakukan yang baik semata-mata karena itu baik. Selebihnya dari itu, bukan urusan kita.
(twitter@andrewenas)
-----------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Mei 2009
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
(twitter@andrewenas)
“For a moment we are both silent. It’s as though we’re communing with a higher being. The god of shopping.”– Sophie Kinsela
***
Cukup menggegerkan “dunia persilatan” ketika ikon-ikon dunia bisnis macam Merck&Co (farmasi) mengumumkan penurunan penjualan sampai 57%, The New York Times Co (media) mengalami penurunan pendapatan iklan sebesar 27%, diikuti Yahoo Inc (internet) yang terpaksa mem-phk-kan 700 knowledge-workers-nya, itu semua terjadi pada kuartal pertama tahun ini (The Jakarta Post, Thursday, April 23, 2009). Kalau kita percaya teori gunung es, mereka bertiga adalah representasi puncak dari bongkahan gunung es yang sedang terapung-apung di tengah samudra. Artinya, di bawah mereka ada ribuan bahkan mungkin jutaan entitas bisnis yang saat ini sedang krisis bahkan tidak sedikit juga yang tengah meregang nyawa.
Gejala serta ekses ekonomi gelembung yang dipicu dan dipacu oleh keserakahan gelombang revolusi finansial (transaksi derivatives, mutual funds, futures, dan bentuk-bentuk uang virtual lainnya yang konstruksinya lebih rumit namun mobilitasnya sangat tinggi) telah menyeret banyak pelaku bisnis ke meja hijau, atau memilih jalan pintas langsung ke alam baka. Gara-gara ini semua, kredibilitas dunia bisnis dan tentu termasuk agensinya yaitu para profesional dan wirausahanya tengah berada di titik nadir. Tragis memang, sebab mereka yang seyogianya diharapkan menjadi soko-guru atau tiang penyangga perekonomian, malah menjadi rayap penggerogot dan dinistakan dalam tatanan peradaban.
***
Membaca novel Sophie Kinsela (The Confessions of a Shopaholic), kita dibuat tersenyum tersipu-sipu lantaran kita seperti disodorkan cermin diri kontemporer. Hidup yang glamour gemerlap dengan pelbagai merek dunia (semata demi menjaga status gengsi). Eksistensi diri seseorang habis-habisan ditentukan oleh aksesoris luaran, rasa percaya diri yang substantif diganti total dengan yang tempelan belaka. Walau di KTP dengan tegas kita mendeklarasikan iman tauhid kita, namun praksisnya kita malah memuja the god of shopping, kegiatan lainnya direlativir terhadap ritus pemujaan kepada dewa yang satu itu. Belanja bukan lagi menjadi aktivitas yang dilakukan seperlunya demi memenuhi kebutuhan, namun kegiatan belanja itu sendiri sudah menjadi ritus klimaks setiap jemaat the god of shopping.
Dalam refleksinya yang tajam terhadap konsumerisme, Haryanto Sudjatmiko (bukunya: Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris, Jalasutra, 2008) mengajukan diagnosanya: “Bila berbelanja semula menjadi ‘perpanjangan’ manusia yang hendak mengonsumsi sesuatu, pada perkembangan berikutnya, belanja justru menjadi kegiatan mengonsumsi itu sendiri. Belanja berubah menjadi kebutuhan bagi manusia yang tak cukup diri. Di sinilah letak konsumerisme dalam arti mengubah ‘konsumsi yang seperlunya’ menjadi ‘konsumsi yang mengada-ada’. Dalam arti ini, motivasi seseorang untuk berbelanja tidak lagi guna memenuhi kebutuhan dasariah yang ia perlukan sebagai manusia, melainkan terkait dengan hal lain, yakni identitas.”
Akhir April lalu, tatkala Crocs (ini merek sandal) memberi kesempatan kepada para pemujanya untuk mendapatkan “relikui"nya dengan cuma membayar 30% dari harga biasa (alias diskon 70%!), maka hebohlah jemaat Crocs di Jakarta ini. Foto antrian super-panjang terpampang di media-media, menunjukkan orang-orang yang sangat antusias berbaris seperti sedang antri menyambut hosti dalam ritus komuni. Banyak yang antri dengan menggunakan atribut atau aksoris agamanya masing-masing, namun uniknya, realitas plural keagamaan ini nampak akur dan ceria saat bersama-sama memuja the god of shopping.
Kalau dulu Descartes – dalam upayanya untuk mencari kepastian yang paling dasariah telah meragukan segalanya – akhirnya menyadari bahwa ia sendiri yang sedang meragukan (berpikir) itu pastilah tidak bisa diragukan keberadaanya, sehingga ia berseru: Cogito Ergo Sum (saya berpikir maka saya ada), kini kita
bersama-sama menyerukan refrain: Emo Ergo Sum (saya belanja maka saya ada).
***
Gerakan mendunia, atau istilah yang lazim kita sebut globalisasi rupanya mensyaratkan infrastruktur mental dan cara-pikir baru dari semua aktor-aktornya. Dan, tuntutan ini tentunya terutama diarahkan kepada para role-models, para pemangku hegemoni, terutama pemegang tampuk kekuasaan formal (di dunia partikelir maupun pelat merah). Persisnya, siapakah mereka itu? ya tentu Anda semua yang telah mengalami proses konsientisasi terhadap tanggung jawab moral kepemimpinan yang Anda pegang. Disposisi etis yang imperatif-kategoris, percaya dan mau melakukan yang baik semata-mata karena itu baik. Selebihnya dari itu, bukan urusan kita.
(twitter@andrewenas)
-----------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Mei 2009
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Tindakan Penentu Kesuksesan
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
...setelah menyelesaikan rencana strategis perusahaan, tibalah
pada fase penerapannya. Saat ini terjadi banyak kebingungan di kalangan manajer
dan akhirnya malah mengarah pada stagnasi (kemacetan) dalam pelaksanaannya.
Bagaimana kiranya bisa menyiasati kendala ini?
Memang kunci sukses program bukanlah pada apa yang terumuskan dalam rencana
bisnis, tetapi lebih pada apa yang Anda lakukan. Tindakan (eksekusi) itulah yang
bakal membuat perubahan dan perbedaan. Laurence Haughton (bukunya: It’s Not What
You Say, It’s What You Do, Gramedia, 2007) bisa membantu kita:
Pertama, periksa kembali apakah arahnya sudah jelas dan dirumuskan dengan
sederhana. Sekali lagi… sederhana! sehingga semua orang bisa mengerti tanpa
keraguan sedikit pun.
Apakah setiap inisiatif strategis ada penjelasannya. Jangan terburu
mengasumsikan tim Anda telah paham hanya karena mereka mangangguk-angguk. Karena
di bawah desakan waktu dan banyaknya inisiatif yang mesti dieksekusi, ditambah
lagi tekanan dari perintah yang tak terucapkan namun diasumsikan oleh atasan dan
kolega, mereka cenderung untuk menganggukkan kepala saja. Asal bapak senang,
kalau target tak tercapai itu urusan nanti.
Sekali lagi – karena sering dilupakan – rumusan tujuan yang jelas dan
sederhana adalah SMART: specific (jelas dan bisa dideskripsikan maknanya),
measurable (terukur), accountable (dapat dipertanggungjawabkan), realistic
(realistis, menantang tapi masuk akal), dan time-bound (ada jadwalnya).
Kedua, faktor orang (terutama sikapnya yang tepat). Pastikan setiap orang
dalam organisasi punya agenda yang sama. Para pimpinan mesti dijadikan model
bagi seluruh organisasi. Oleh karena itu mereka juga perlu diperlakukan dengan
hormat (respek). Kompetensi apa yang dibutuhkan (sehingga perlu dikembangkan)
untuk mengeksekusi adalah:
a) Keahlian memecahkan masalah (mencari solusi), kapasitas melihat berbagai
pendekatan menang-menang, dan menggunakan kreativitas.
b) Empati (memahami posisi orang lain), kemampuan mengantisipasi perasaan,
pikiran dan tindakan orang lain, serta menggunakan pemahaman ini untuk membantu
dan membimbing orang lain.
c) Komitmen (mencerminkan kedewasaan), memenuhi tanggungjawab dengan
segala konsekuensinya.
d) Sikap Asertif (dorongan ego), kemampuan bertahan dalam situasi
kompetitif, mengatasi tenggat waktu, dan bersikap positif saat direlokasi.
e) Fleksibilitas (kemampuan adaptasi), cukup percaya diri untuk
mempertimbangkan perubahan, kemampuan melihat gambaran yang lebih besar.
f) Dorongan diri (otonomi), kemampuan mencapai banyak hal tanpa supervisi,
bekerja dengan baik, dan menggunakan tatanan-nilai dalam menetapkan prioritas.
Ketiga, cegah organisasi dipenuhi “manusia gua” (mereka yang nyaman
mendekam dalam ketidaksadarannya). Upayakan semua orang bisa melepaskan ide lama
dan cara yang sudah usang. Pertama yang perlu “dilepaskan” adalah anggapan bahwa
atasan adalah orang terpintar di kantor. Atasan jangan jadi “pembajak dialog”.
Kedua, lepaskan “perfeksionisme” yang mengakibatkan stagnasi. Prinsip eksekusi
adalah: tak ada rotan maka akar pun jadilah! Ketiga, lepaskan trauma kegagalan.
Ini terkait dengan soal sebelumnya, sebagian dari akibat sikap perfeksionis
adalah: bahwa satu kegagalan kecil membuat ide baru apa pun terdiskualifikasi.
Keempat, ciptakan dan pimpin tim yang hebat. Ciri-ciri tim hebat adalah:
saat bekerja dengan mereka, Anda tidak sabar menunggu hari esok. Tim hebat
adalah, saat semua orang mengerjakan banyak hal dalam waktu yang mepet, tak
perlu ada orang yang meneriakkan perintah serta pengawasa berlebihan. Pada tim
hebat, kerja keras tidak terasa melelahkan (burn-out), masalah dipecahkan tanpa
banyak keluhan (walau bukan berarti bahwa setiap anggota selalu setuju). Kalau
ada ketidaksepakatan, tim hebat mendiskusikannya secara dewasa dan bekerjasama
lagi dengan cepat. Tim hebat memiliki cara untuk membuat semua orang, bahkan
yang berada dalam grup paling beragam sekalipun, melakukan hal terbaik.
Sehingga pada akhirnya, soalnya bukan lagi pada apa yang kita katakan…
tetapi apa yang kita lakukan (eksekusi), itulah yang akan membuat perubahan dan
perbedaan.
Bersiaplah untuk sukses!
(twitter@andrewenas)
---------------------------------------------------------------------
Artikel dari Tabloid Bisnis KONTAN, edisi Minggu I Februari 2009
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
(twitter@andrewenas)
...setelah menyelesaikan rencana strategis perusahaan, tibalah
pada fase penerapannya. Saat ini terjadi banyak kebingungan di kalangan manajer
dan akhirnya malah mengarah pada stagnasi (kemacetan) dalam pelaksanaannya.
Bagaimana kiranya bisa menyiasati kendala ini?
Memang kunci sukses program bukanlah pada apa yang terumuskan dalam rencana
bisnis, tetapi lebih pada apa yang Anda lakukan. Tindakan (eksekusi) itulah yang
bakal membuat perubahan dan perbedaan. Laurence Haughton (bukunya: It’s Not What
You Say, It’s What You Do, Gramedia, 2007) bisa membantu kita:
Pertama, periksa kembali apakah arahnya sudah jelas dan dirumuskan dengan
sederhana. Sekali lagi… sederhana! sehingga semua orang bisa mengerti tanpa
keraguan sedikit pun.
Apakah setiap inisiatif strategis ada penjelasannya. Jangan terburu
mengasumsikan tim Anda telah paham hanya karena mereka mangangguk-angguk. Karena
di bawah desakan waktu dan banyaknya inisiatif yang mesti dieksekusi, ditambah
lagi tekanan dari perintah yang tak terucapkan namun diasumsikan oleh atasan dan
kolega, mereka cenderung untuk menganggukkan kepala saja. Asal bapak senang,
kalau target tak tercapai itu urusan nanti.
Sekali lagi – karena sering dilupakan – rumusan tujuan yang jelas dan
sederhana adalah SMART: specific (jelas dan bisa dideskripsikan maknanya),
measurable (terukur), accountable (dapat dipertanggungjawabkan), realistic
(realistis, menantang tapi masuk akal), dan time-bound (ada jadwalnya).
Kedua, faktor orang (terutama sikapnya yang tepat). Pastikan setiap orang
dalam organisasi punya agenda yang sama. Para pimpinan mesti dijadikan model
bagi seluruh organisasi. Oleh karena itu mereka juga perlu diperlakukan dengan
hormat (respek). Kompetensi apa yang dibutuhkan (sehingga perlu dikembangkan)
untuk mengeksekusi adalah:
a) Keahlian memecahkan masalah (mencari solusi), kapasitas melihat berbagai
pendekatan menang-menang, dan menggunakan kreativitas.
b) Empati (memahami posisi orang lain), kemampuan mengantisipasi perasaan,
pikiran dan tindakan orang lain, serta menggunakan pemahaman ini untuk membantu
dan membimbing orang lain.
c) Komitmen (mencerminkan kedewasaan), memenuhi tanggungjawab dengan
segala konsekuensinya.
d) Sikap Asertif (dorongan ego), kemampuan bertahan dalam situasi
kompetitif, mengatasi tenggat waktu, dan bersikap positif saat direlokasi.
e) Fleksibilitas (kemampuan adaptasi), cukup percaya diri untuk
mempertimbangkan perubahan, kemampuan melihat gambaran yang lebih besar.
f) Dorongan diri (otonomi), kemampuan mencapai banyak hal tanpa supervisi,
bekerja dengan baik, dan menggunakan tatanan-nilai dalam menetapkan prioritas.
Ketiga, cegah organisasi dipenuhi “manusia gua” (mereka yang nyaman
mendekam dalam ketidaksadarannya). Upayakan semua orang bisa melepaskan ide lama
dan cara yang sudah usang. Pertama yang perlu “dilepaskan” adalah anggapan bahwa
atasan adalah orang terpintar di kantor. Atasan jangan jadi “pembajak dialog”.
Kedua, lepaskan “perfeksionisme” yang mengakibatkan stagnasi. Prinsip eksekusi
adalah: tak ada rotan maka akar pun jadilah! Ketiga, lepaskan trauma kegagalan.
Ini terkait dengan soal sebelumnya, sebagian dari akibat sikap perfeksionis
adalah: bahwa satu kegagalan kecil membuat ide baru apa pun terdiskualifikasi.
Keempat, ciptakan dan pimpin tim yang hebat. Ciri-ciri tim hebat adalah:
saat bekerja dengan mereka, Anda tidak sabar menunggu hari esok. Tim hebat
adalah, saat semua orang mengerjakan banyak hal dalam waktu yang mepet, tak
perlu ada orang yang meneriakkan perintah serta pengawasa berlebihan. Pada tim
hebat, kerja keras tidak terasa melelahkan (burn-out), masalah dipecahkan tanpa
banyak keluhan (walau bukan berarti bahwa setiap anggota selalu setuju). Kalau
ada ketidaksepakatan, tim hebat mendiskusikannya secara dewasa dan bekerjasama
lagi dengan cepat. Tim hebat memiliki cara untuk membuat semua orang, bahkan
yang berada dalam grup paling beragam sekalipun, melakukan hal terbaik.
Sehingga pada akhirnya, soalnya bukan lagi pada apa yang kita katakan…
tetapi apa yang kita lakukan (eksekusi), itulah yang akan membuat perubahan dan
perbedaan.
Bersiaplah untuk sukses!
(twitter@andrewenas)
---------------------------------------------------------------------
Artikel dari Tabloid Bisnis KONTAN, edisi Minggu I Februari 2009
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Perempuan Vs Motor
Apa yang tersirat dalam benak Anda saat melihat judul diatas? Berbagai penafsiran bisa diambil dari judul tersebut, mulai dari adu manusia dengan motor hingga bagaimana kendali seorang perempuan terhadap motor. Ya, pengertian terakhir inilah yang banyak diperbincangkan pada saat ini.
Pada tanggal 2 Januari 2013, secara resmi Walikota Lhokseumawe mengeluarkan seruan larangan duduk mengangkang bagi perempuan yang berboncengan di atas sepeda motor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya perbuatan maksiat dilingkungan tersebut. Peraturan ini pun merupakan bagian dari Undang Undang Nomor 44 tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh dan Undang Undang Nomor 11 tahun 2006, tentang Pemerintah Aceh (UUPA) serta Qanun (perda) Nomor 14 tahun2003 tentang Syariah Islam di Aceh.
Sebagai pelaku safety tentunya yang terlintas di benak kita adalah bagaimana keamanan si pengguna motor, apabila aturan tersebut dijalankan. Tentunya diperlukan solusi kendaraan baru yang lebih ramah terhadap perempuan. Sebab jika tidak akibatnya dapat membahayakan bagi penumpang motor tersebut.
Bahaya Duduk Menyamping
Posisi duduk miring atau menghadap kiri, sudah merupakan kebiasaan bagi perempuan di Indonesia. Namun jika dilihat dari segi keamanan dan keselamatan , berboncengan dengan posisi duduk seperti ini sangatlah berbahaya, dan berisiko besar untuk celaka.
Aturan keselamatan berkendara motor/ safety riding menyebutkan tata cara yang aman saat berboncengan. Salah satunya adalah duduk sejajar dan menggunakan celana panjang. Mengapa?
Sebab saat Anda duduk dengan posisi miring/ menghadap kiri , maka beban akan bertambah ke sebelah kiri. Hal ini dapat mengganggu pengendalian dan keseimbangan. Inilah yang kerap kali dilakukan saat membonceng seorang perempuan. Selain itu posisi duduk orang yang dibonceng lebih dekat dengan roda dan rantai motor, sehingga potensi tersangkut ke dalam roda atau rantai semakin besar. Jika tersangkut, maka dipastikan akan terjadi kecelakaan pada motor dan si pengendara, mulai dari resiko jatuh, hingga kematian akibat terbentur jalan. Untuk itu hindari penggunaan celana berumbai atau rok lebar , atau apapun yang berpotensi tersangkut.
Keselamatan adalah nomor satu, keselamatan di jalan adalah hak dan kewajiban seluruh pengguna jalan.
Sumber: Dari Berbagai Sumber
by Sarah Ismullah, Copywriter PT. Safety Sign Indonesia
Sumber: www.SafetyPoster.co.id
Lakhes: Dialog tentang Keberanian
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA
(twitter@andrewenas)
“…memanglebih cocok, menurutku, bila yang mengurusi hal-hal penting [dalam pemerintahan] adalah orang yang memiliki hikmat tinggi.” – Sokrates, dalam dialog Lakhes (Mari Berbincang Bersama Platon, Keberanian (Lakhes), penerjemah & penafsir: A.Setyo Wibowo, iPublishing, 2011).
***
Seperti bakal ketiban durian runtuh, program stimulus ekonomi Jepang senilai 10,3 trilyun Yen (setara US$ 116 milyar), yang mau tak mau mesti ditempuh PM Shinzo Abe demi mendongkrak pertumbuhan sampai 2% sambil mencetak 600 ribu kesempatan kerja di Jepang, akan ikut menguntungkan Indonesia juga! Apa pasal? Rupanya Jepang adalah salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Namun sayangnya sejauh ini neraca dagang Indonesia-Jepang masih menunjukkan angka defisit di pihak Indonesia. Ekspor kita ke Jepang (Jan-Nov 2012) senilai US$ 15,904 milyar, dengan besaran impor US$ 21,110 milyar, sehingga angka defisitnya US$ 5,206 milyar. Seperti dikemukakan Wakil Menteri Keuangan RI, Mahendra Siregar, “Kalau Jepang tumbuh baik, implikasinya ke mitra-mitra ekonomi utamanya juga akan tumbuh baik.”
Ini adalah salah satu perubahan konstelasi ekonomi global yang memberi kesempatan pasar (market opportunity) bagi para pebisnis Indonesia. Namun sayangnya lagi, dipembukaan tahun ular ini, ibu kota Jakarta malahan dilanda banjir musiman. Banjir musiman artinya – sebetulnya – sudah bisa diprediksi! Namun toh – lagi-lagi – dampaknya negatifnya masih tetap belum mampu dikelola dengan sikap antisipatif. Akibat langsungnya adalah: layanan perbankan tutup, klaim asuransi meningkat, pusat-pusat perdagangan lumpuh, transportasi mandeg, banyak industri manufaktur/kawasan industri berhenti berproduksi, arus logistik terhambat, dll. Ini semua mengakibatkan kerugian material yang diduga mencapai angka trilyun rupiah, belum lagi hilangnya kesempatan-kesempatan (opportunity-lost) yang tak ternilai. Sepertinya, kesempatan bisnis di awal tahun hanyut diterjang banjir.
***
Pasar bersama ASEAN (AEC: ASEAN Economic Community) tinggal dua tahun lagi, 2015. Kabar dari kementerian perindustrian kita agaknya suram. Dari indikator daya saing (competitiveness) Indonesia masih di posisi 46, jauh di bawah Singapura (nomor 2), Malaysia (nomor 21) dan Thailand (nomor 39). Dari score-card perbandingan antar negara, menteri perindustrian MS Hidayat mengakui kesiapan kita masih di bawah tetangga-tetangga di ASEAN (Thailand, Malaysia, Laos dan Singapura). Komoditi andalan kita masihlah di sekitaran: mineral, pakaian jadi, produk kayu, produk kimia dan mesin non-elektronik. Semua ini artinya masih mengandalkan kekayaan sumber alam (tambang), hutan dan tenaga kerja murah. Ekspor produk-produk non-migas kita ke negara-negara ASEAN turun 3% (Januari-November 2012) dibanding periode sama ditahun sebelumnya.
Pekerjaan rumah yang tidak dikerjakan ternyata banyak sekali. Di bidang infrastruktur (fisik dan regulasi) yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi, sampai aspek pengembangan sumberdaya manusia, juga yang berkaitan dengan kepemimpinan, pendidikan, keadilan, kepastian hukum, dll. Hantu ketakutan mengambil keputusan terus gentayangan merongrong sendi-sendi kepemimpinan para elite negeri. Roda pemerintahan (governance) terasa berat bergerak, laksana roda pedati yang terjebak dalam kubangan penuh lumpur pasca banjir.
***
Pemerintah dan pelaku usaha (swasta, BUMN dan koperasi) adalah agensi kembar dari Indonesia Inc. Kerjasama (kooperatif) – bukannya kolusi yang koruptif – sangatlah dibutuhkan. Yang pertama menyiapkan infrastruktur fisik dan regulasi yang adekuat, sedangkan pelaku usahanya ya menjalankan usaha-usaha yang kontributif untuk membebaskan (freedom) masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan.
Keberanian, sebagai keutamaan (virtue) kepemimpinan, memang tidaklah mencapai rumusan yang definitif bahkan dalam dialog intelektual Sokrates yang direkam Plato itu. Namun berkali-kali disebutnya bahwa keberanian adalah tentang hikmat yang merangkumi semua hal baik dan jahat di dalam perspektif masa apa pun. Keberanian tak bisa dipersempit dalam pengertian tentang hal-hal yang mesti ditakuti dan dipercayai belaka. Sehingga bila Sokrates di atas berkata, “…memang lebih cocok, menurutku, bila yang mengurusi hal-hal penting [dalam pemerintahan] adalah orang yang memiliki hikmat tinggi,” berlaku bagi setiap pemimpin pemerintahan maupun korporasi. Ia senantiasa menantang agar dengan hikmat sertiap pemimpin menggaris dengan tegas disposisi etisnya. Berani memilih yang baik tertinggi (summum bonum) untuk keseluruhan masyarakat (bonum commune), bukan berpihak pada proses pembusukkan (corruption).
Persaingan di tingkat liga ASEAN adalah konstelasi bisnis jangka pendek yang segera akan kita hadapi bersama. Waktunya singkat, maka situasinya jadi kritis. Ada urgensi untuk keberanian dalam memimpin Indonesia Inc. melewati belokan-belokan tajam di arena pacuan bisnis global. Selama ini keutamaan keberanian para pemimpin terasa pudar. Yang tersisa cuma penjilat, kaum oportunis serta pembonceng gratisan (free-rider) yang sejatinya adalah pengecut.
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Februari 2013
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
(twitter@andrewenas)
“…memanglebih cocok, menurutku, bila yang mengurusi hal-hal penting [dalam pemerintahan] adalah orang yang memiliki hikmat tinggi.” – Sokrates, dalam dialog Lakhes (Mari Berbincang Bersama Platon, Keberanian (Lakhes), penerjemah & penafsir: A.Setyo Wibowo, iPublishing, 2011).
***
Seperti bakal ketiban durian runtuh, program stimulus ekonomi Jepang senilai 10,3 trilyun Yen (setara US$ 116 milyar), yang mau tak mau mesti ditempuh PM Shinzo Abe demi mendongkrak pertumbuhan sampai 2% sambil mencetak 600 ribu kesempatan kerja di Jepang, akan ikut menguntungkan Indonesia juga! Apa pasal? Rupanya Jepang adalah salah satu negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Namun sayangnya sejauh ini neraca dagang Indonesia-Jepang masih menunjukkan angka defisit di pihak Indonesia. Ekspor kita ke Jepang (Jan-Nov 2012) senilai US$ 15,904 milyar, dengan besaran impor US$ 21,110 milyar, sehingga angka defisitnya US$ 5,206 milyar. Seperti dikemukakan Wakil Menteri Keuangan RI, Mahendra Siregar, “Kalau Jepang tumbuh baik, implikasinya ke mitra-mitra ekonomi utamanya juga akan tumbuh baik.”
Ini adalah salah satu perubahan konstelasi ekonomi global yang memberi kesempatan pasar (market opportunity) bagi para pebisnis Indonesia. Namun sayangnya lagi, dipembukaan tahun ular ini, ibu kota Jakarta malahan dilanda banjir musiman. Banjir musiman artinya – sebetulnya – sudah bisa diprediksi! Namun toh – lagi-lagi – dampaknya negatifnya masih tetap belum mampu dikelola dengan sikap antisipatif. Akibat langsungnya adalah: layanan perbankan tutup, klaim asuransi meningkat, pusat-pusat perdagangan lumpuh, transportasi mandeg, banyak industri manufaktur/kawasan industri berhenti berproduksi, arus logistik terhambat, dll. Ini semua mengakibatkan kerugian material yang diduga mencapai angka trilyun rupiah, belum lagi hilangnya kesempatan-kesempatan (opportunity-lost) yang tak ternilai. Sepertinya, kesempatan bisnis di awal tahun hanyut diterjang banjir.
***
Pasar bersama ASEAN (AEC: ASEAN Economic Community) tinggal dua tahun lagi, 2015. Kabar dari kementerian perindustrian kita agaknya suram. Dari indikator daya saing (competitiveness) Indonesia masih di posisi 46, jauh di bawah Singapura (nomor 2), Malaysia (nomor 21) dan Thailand (nomor 39). Dari score-card perbandingan antar negara, menteri perindustrian MS Hidayat mengakui kesiapan kita masih di bawah tetangga-tetangga di ASEAN (Thailand, Malaysia, Laos dan Singapura). Komoditi andalan kita masihlah di sekitaran: mineral, pakaian jadi, produk kayu, produk kimia dan mesin non-elektronik. Semua ini artinya masih mengandalkan kekayaan sumber alam (tambang), hutan dan tenaga kerja murah. Ekspor produk-produk non-migas kita ke negara-negara ASEAN turun 3% (Januari-November 2012) dibanding periode sama ditahun sebelumnya.
Pekerjaan rumah yang tidak dikerjakan ternyata banyak sekali. Di bidang infrastruktur (fisik dan regulasi) yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi, sampai aspek pengembangan sumberdaya manusia, juga yang berkaitan dengan kepemimpinan, pendidikan, keadilan, kepastian hukum, dll. Hantu ketakutan mengambil keputusan terus gentayangan merongrong sendi-sendi kepemimpinan para elite negeri. Roda pemerintahan (governance) terasa berat bergerak, laksana roda pedati yang terjebak dalam kubangan penuh lumpur pasca banjir.
***
Pemerintah dan pelaku usaha (swasta, BUMN dan koperasi) adalah agensi kembar dari Indonesia Inc. Kerjasama (kooperatif) – bukannya kolusi yang koruptif – sangatlah dibutuhkan. Yang pertama menyiapkan infrastruktur fisik dan regulasi yang adekuat, sedangkan pelaku usahanya ya menjalankan usaha-usaha yang kontributif untuk membebaskan (freedom) masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan.
Keberanian, sebagai keutamaan (virtue) kepemimpinan, memang tidaklah mencapai rumusan yang definitif bahkan dalam dialog intelektual Sokrates yang direkam Plato itu. Namun berkali-kali disebutnya bahwa keberanian adalah tentang hikmat yang merangkumi semua hal baik dan jahat di dalam perspektif masa apa pun. Keberanian tak bisa dipersempit dalam pengertian tentang hal-hal yang mesti ditakuti dan dipercayai belaka. Sehingga bila Sokrates di atas berkata, “…memang lebih cocok, menurutku, bila yang mengurusi hal-hal penting [dalam pemerintahan] adalah orang yang memiliki hikmat tinggi,” berlaku bagi setiap pemimpin pemerintahan maupun korporasi. Ia senantiasa menantang agar dengan hikmat sertiap pemimpin menggaris dengan tegas disposisi etisnya. Berani memilih yang baik tertinggi (summum bonum) untuk keseluruhan masyarakat (bonum commune), bukan berpihak pada proses pembusukkan (corruption).
Persaingan di tingkat liga ASEAN adalah konstelasi bisnis jangka pendek yang segera akan kita hadapi bersama. Waktunya singkat, maka situasinya jadi kritis. Ada urgensi untuk keberanian dalam memimpin Indonesia Inc. melewati belokan-belokan tajam di arena pacuan bisnis global. Selama ini keutamaan keberanian para pemimpin terasa pudar. Yang tersisa cuma penjilat, kaum oportunis serta pembonceng gratisan (free-rider) yang sejatinya adalah pengecut.
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING, edisi Februari 2013
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Email: strategicmanagementservices@yahoo.com
Suhu Bumi Memanas
Suhu Memanas Bumi pun Terbakar
Mengutamakan keselamatan diri menjadi satu perintah yang diutarakan oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard, pada musibah kebakaran hutan, yang terjadi baru-baru ini di wilayah Tasmania, Australia . Kebakaran ini merupakan kejadian terburuk selama empat tahun terakhir, dan hingga saat ini diperkirakan sebanyak 3000 orang telah dievakuasi, serta 100 bangunan hancur. Kebakaran pun meluas karena dipicu oleh angin kencang dan kekeringan. Penyebab kebakaran hutan yang terjadi disebabkan oleh tingginya suhu di Hobart, Ibukota Tasmania, yang menyebabkan terbentuknya titik api, yang membakar lahan di wilayah tersebut. Pada kenyataannya di wilayah Australia bagian selatan tersebut, terdapat puluhan titik api, yang beberapa diantaranya tidak dapat dikendalikan.
Titik Api di Indonesia
Di Indonesia sendiri keberadaan titik api jumlahnya sangat tinggi. Tidak mengherankan sering terjadi kebakaran hutan pada musim kemarau. Tahun lalu menteri lingkungan hidup, Balthasar Kambuaya, mengumumkan peningkatan titik api di Indonesia hingga 27 %, saat musim kemarau lalu. Di Indonesia jumlah titik api tersebar di berbagai pulau, terbanyak di sumatera, dan Kalimantan, jumlahnya pun sekitar belasan ribu hingga duapuluh ribu titik.
Pemicu Meluasnya Kebakaran
Berbagai pemicu meluasnya kebakaran hutan tidak hanya ditentukan oleh angin dan kekeringan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat baru-baru ini juga menyebutkan, adanya jenis vegetasi tertentu, yang mempercepat laju meluasnya kebakaran. Cheatgrass, atau `rumput penipu' adalah salah satu tanaman sejenis rumput, yang telah memicu kebakaran besar di Amerika Serikat selama 10 tahun terakhir. Disebut penipu, karena rumput ini merupakan tumbuhan parasit dengan pertumbuhan yang cepat namun memakan makanan dari tumbuhan lain, hingga tumbuhan lain tersebut mati. Di Indonesia , kandungan batubara di wilayah Sumatera dan Kalimantan juga dapat menyebabkan tanah dan tumbuhan cepat panas. Hal ini memiliki risiko yang cukup besar akan terjadinya kebakaran hutan.
Musibah-musibah kebakaran hutan sangat erat kaitannya dengan peningkatan suhu permukaan bumi, akibat efek rumah kaca yang terjadi saat ini. Namun pemicu utama dari segala musibah dan bencana alam, tak lain adalah ulah manusia juga. Manusia yang tak ramah, bumi pun akhirnya bisa marah.
Sumber: Dari berbagai sumber
by Sarah Ismullah
from: www.SafetyPoster.co.id
Safety dari Kisah Superman
Belajar Safety dari Kisah Superman
Saya suka serial Smallville, serial televisi yang mengisahkan masa muda Clark Kent (a.k.a Kal El alias Superman atau Superboy).
Smallville adalah kota di mana Superman kecil ditemukan oleh Jonathan Kent dan istrinya Martha Kent ketika peristiwa hujan meteor, kemudian beranjak remaja dan bertemu dengan Lana Lang, Pete Ross, Chloe Sullivan, dan Lex Luthor muda serta mengalami berbagai kejadian yang sangat memengaruhi kehidupannya, sebelum pindah ke kota Metropolis untuk berkarier sebagai seorang jurnalis. Smallville bisa dibilang kawah candradimuka bagi Clark Kent untuk menjadi superhero yang bertugas menyelamatkan dunia dari bahaya dan kejahatan.
Keluarga Superman yang mengerti safety
Kisah keluarga Kent mengajarkan banyak hal, salahsatunya adalah perilaku safety dalam kehidupan sehari-hari mereka dan ini membekas kuat dalam memori otak saya.
Di sebuah episode, saya melihat pak Jonathan Kent sedang menggiling batang jagung menggunakan mesin dan di kepalanya terpasang ear muff untuk melindungi pendengarannya. Dalam episode lain, bu Martha Kent menggergaji bongkahan kayu dengan mengunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap, berupa sarung tangan dan kacamata (safety gogles). Kemudian di tayangan episode lainnya, Clark Kent terlihat sedang memasang batang kayu ke tanah untuk dijadikan pagar dengan tangan kosong. Nah yang ini tidak perlu kita tiru, karena kita bukan Clark Kent yang punya kekuatan super.
- Diolah dari berbagai sumber.
By Afiyan, Scriptwriter Safety Video Lorco Menara Multimedia
Edisi Lengkap dari artikel dapat dilihat di: http://lorco.co.id/belajarsafetysuperman.html
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. (twitter@andrewenas) Bisnis berkembang, organisasi bertumbuh alias karyawan tambah banyak, terjadi p...
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Salah satu senjata ampuh para eksekutif untuk meningkatkan kariernya kini adalah dengan menempuh jalur pendidikan keprofesian bersertifi...
-
Performa Industri: Quality, Productivity, Safety, Cost. Manakah yang perlu diprioritaskan? Banyak sekali metode-metode yang dapat dipakai un...
-
Akurasi inventory atau akurasi pada bagian warehouse salah satu kuncinya terletak pada sistem WMS yang dipakai. Terutama benturannya dengan...