Sunday, February 5, 2012

Siapa yang curi tenda kita?

Oleh: Andre Vincent Wenas

“How do you know that you know the stuff you think you know? Take away the 
option of answering, “I just do!” and what’s left is epistemology.”– Thomas 
Cathcart & Daniel Klein

***

Upaya pemerintahan Obama merangsang pasar dari sisi demand mulai 
menggeliatkan industri otomotif dan perumahan di AS. Seperti laporan Bloomberg 
yang dimuat The Jakarta Post (Sept 14, 2009, p.14) mengatakan, “The US 
government’s auto trade-in program probably lifted retail sales in August to 
their biggest gain in more than three years and boosted factory output.” Lalu 
Brian Bethunem chief financial-economist di HIS Global Insight, menambahkan,“The 

production recession is over and the housing recession is over. When you combine 

those two, they add up to a fair amount of traction in the overall economy.” 
Wallahuallam, semoga saja. 

Karena jika AS sebagai lokomotif ekonomi global sudah menunjukkan indikasi 
sembuh dari flu beratnya, maka impuls-impuls kesegaran pun bisa diharap mulai 
merayap sampai ke sini. Inilah salah satu konsekuensi globalisasi perekonomian 
dunia (flow of information, flow of goods, flow of money & flow of people) yang 
mengalami gerak perentangan dan sekaligus kompresi yang ekstrim, demarkasi 
negara tak lagi dikenal.

***

Anda pernah dengar humor ini: suatu kali detektif Sherlock Holmes dan 
sobatnya Dr. Watson pergi camping ke gunung. Mereka tidur di dalam tenda. Tengah 

malam, detektif Holmes terbangun lalu menyenggol Dr.Watson supaya bangun juga. 
“Hei Watson,” ujarnya, “…lihat ke arah langit di atas, dan beri tahu aku apa 
yang kau lihat dan pahami?” “Oh, aku melihat jutaan bintang, sobat Holmes,” 
jawab Watson. “Dan, apa yang kau simpulkan dari pengamatan itu Watson?” lanjut 
Holmes. Maka Dr. Watson pun merenung sejenak dan akhirnya menjawab, “Well, 
secara astronomis artinya ada jutaan galaksi dan potensinya ada milyaran planet. 

Kalau secara astrologis, aku melihat bahwa Saturnus ada di dalam Leo. Secara 
Horologis, aku mendeduksikan bahwa waktu telah menunjukan jam 3 lewat 15 menit 
pagi hari. Secara meteorologis, aku meramalkan bahwa esok adalah hari yang 
cerah. Secara teologis, aku melihat bahwa Tuhan maha kuasa dan kita adalah 
makhluk kecil tak berarti.” Dr.Watson mengambil napas kemudian balik bertanya, 
“Lalu…eh, buat kau sendiri sobat Holmes, apa yang kau lihat dan pahami?” Dengan 
singkat detektif Holmes menukas, “Watson, kamu bodoh betul! Artinya adalah, 
seseorang telah mencuri tenda kita!”

***

Sewaktu tembok Berlin runtuh (9 November 1989), terbongkarlah tembok 
pembatas perbedaan ideologis blok Barat (dengan perangkat militer NATO) dengan 
blok Timur (Pakta Warsawa). Namun, sewaktu Netscape go-public (9 Agustus 1995) 
menandai mulainya revolusi arus informasi (via internet). Sejak itu nampaknya 
pelbagai sekat penghambat arus informasi-barang-uang-orang dijebol dan 
peredarannya semakin hari semakin lancar-bebas. Globalisasi, dari salah satu 
perspektifnya, memang bisa juga dilihat dari sisi gerak atau arus-informasi 
(yang semakin tumpah ruah), arus-barang yang telah terkontainerisasi dan masuk 
jalur logistik (supply-chain) dunia (lewat laut, darat dan udara). Lalu, 
arus-uang yang telah terdigitalisasi sehingga ‘the blinking-money’ ini bisa 
merembes ke mana saja dan kapan saja tapi tidak oleh siapa saja. Akhirnya, 
arus-orang yang terus bergerak (dalam rangka wisata, business-travel atau 
migrasi ke negara lain yang lebih menjanjikan).

Buat kita, tatkala pengelola arus informasi, misalnya Indosat beserta 
anak-anak perusahaannya, diambil alih pihak asing, lalu jalur-jalur logistik dan 

rantai-pasok barang semakin dikuasai perusahaan pelayaran, penerbangan, logistik 

asing, artinya arus-informasi dan arus-barang kita telah terbuka dan 
dioperasikan oleh entitas asing.

Sekarang arus-uang. Dunia perbankan kita, dengan fungsi intermediasinya, 
sebagian (besar?) juga telah dilakukan oleh pihak asing. Penetrasi bank-bank 
asing ini luar biasa cerdiknya. Dengan menggandeng PT Pos Indonesia, maka 
Citibank bakal punya akses usaha eceran perbankan lewat 3500 cabang di seluruh 
Indonesia. ‘Sumpah Citibankers’ – bukan ‘sumpah Palapa’ – yang telah menyatukan 
sistem intermediasi keuangan di Nusantara. Tentang arus-orang, fenomena yang 
perlu direnungkan adalah, baik di tataran TKW/TKI maupun di level 
eksekutif-profesional (ekspatriat) kita rada kedodoran bersaing dengan Filipina 
dan India. Konon lantaran kompetensi komunikasi (termasuk berdebat) dalam bahasa 

Inggris.

***

Film The Great Debaters yang dibintangi Denzel Washington bercerita tentang 

tim debat sebuah college kecil yang akhirnya menang kompetisi debat melawan team 

Universitas Harvard yang legendaris. Yang menarik adalah, kita melihat bahwa 
kebiasaan berdebat, beradu argumentasi yang sehat adalah kebiasaan yang 
mencerdaskan. Orang di latih untuk sportif, waspada, berpikir logis-runtut, 
bisa mengambil jarak ontologis, dan terbiasa mempertanggungjawabkan 
pengetahuannya secara epistemik. Disiplin epistemik ini imperatif bagi para 
pengambil keputusan di organisasi pelat merah maupun partikelir. Jangan sampai 
kita tidak (terlambat) sadar bahwa tenda kita ternyata sudah dicuri orang.

No comments:

Post a Comment

Related Posts