Sunday, September 16, 2012

Lego Jangkar Kompetensi Kelas Dunia!

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)


  Kompleksitas lanskap bisnis yang digambar lewat survey The McKinsey Quarterly 
pada bulan November 2007 memperlihatkan tiga kecenderungan global yang perlu 
disikapi secara memadai oleh setiap pelaku usaha. Trend pertama adalah semakin 
tajamnya persaingan perebutan talenta (baca: human capital) terbaik di dunia. 
Kedua, terjadinya pergesaran pusat-pusat aktifitas ekonomi dunia. Kecenderungan 
global ketiga, adalah makin maraknya lingkungan networked-business (ala Li & 
Fung yang mampu mengorkestrasi puluhan bahkan ratusan anggota jaringannya secara 
harmonis dan menguntungkan).

  Selain itu, ada dua tema besar yang kerap muncul dan jadi concern dari hampir 
setiap pelaku usaha disamping ketiga tantangan global tadi yang datang 
bergulung-gulung. Pertama, bagaimana menggerakkan organisasi dengan lincah. Dan 
kedua, bagaimana menyikapi dengan tepat kenyataan keanekaragaman geografis dan 
regional.

  Ironisnya, tatkala ditanya soal kesiapan menghadapi tantangan dan keprihatinan 
global ini, lebih dari dua per tiga eksekutif mengatakan bahwa organisasinya 
tidak (belum) punya pandangan  jernih tentang perubahan apa yang perlu dilakukan 
demi meyelaraskan diri dengan kebutuhan pelbagai pembangunan ekonomi dan sosial 
yang menyeruak.

***

  Pernah diprediksi oleh para pemikir di Yayasan Indonesia Forum, bahwa 
Indonesia di tahun 2030 bakal menempati posisi kelima (dengan ukuran PDB sekitar 
US$5.1 trilyun) setelah China ($28.2T), Amerika Serikat ($26.1T), Uni Eropa 
($20.7T) dan India ($17.0T). Road-map menuju posisi 5 besar di tahun 2030 dibagi 
menjadi 3 tahap. 

  Tahap 1, adalah perjalanan menuju tahun 2015 dengan laju pertumbuhan 5-7 
persen per tahun. Ini disebut tahap Pembenahan (yang dibenahi adalah sistem dan 
pola pembangunan), di mana kita belajar dengan mengadopsi teknologi luar negeri 
sembari mengembangkan teknologi lokal. Tahap 2, adalah tahap Akselerasi (dengan 
pertumbuhan sekitar 9-11 persen per tahun). Cirinya, pertumbuhan sektor jasa 
lebih tinggi dibanding sektor industri. Tahap 3, adalah tahap Keberlanjutan, di 
mana tingkat pertumbuhan dijaga pada kisaran 7-9 per sen per tahun. Sekedar 
catatan bagi para professional Indonesia, di tahun 2030 perkiraannya PDB per 
kapita kita sudah mencapai US$18,000 dengan jumlah penduduk berkisar 285 juta 
orang. Dan perlu ingat, prestasi itu bisa tercapai jika rata-rata pertumbuhan 
2006 – 2030 ada pada kisaran 8,5 persen per tahun, dengan rata-rata inflasi 
sebesar 3 persen, dan laju pertambahan penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun.

***

  Dengan melihat ukuran-ukuran ekonomi sebagai lag-indicators (akibat), maka 
perlu dipahami betul faktor-faktor apa saja yang merupakan lead-indicators-nya 
(penyebab). Kerangka balanced-scorecard membantu kita untuk melihat cause & 
effect dari asumsi-asumsi pertumbuhan itu. Urut-urutan dari faktor financial 
yang disebabkan faktor customer, di mana customer ini pada gilirannya hanya 
terjamin kepuasannya jika internal-process kita bisa menghasilkan produk atau 
jasa yang paling bernilai tambah. Dan pada analisa berikutnya, proses-proses 
bisnis (dan pembangunan) hanya bisa berjalan baik jika – pada ujungnya – faktor 
modal manusia bisa optimal dalam dimensi learning & growth-nya.

  Ini merupakan management-toolkit sederhana namun powerful bagi setiap kita 
untuk secara sadar melihat dan mulai membangun kompetensi. Perlu sikap 
pembelajaran sebagai profesional sejati yang berani hidup otentik agar 
kontribusinya positif dan konstruktif bagi proses pengelolaan pembangunan. 
Sehingga siapa pun yang dilayani oleh produk industri maupun jasa kita dapat 
terpuaskan dan akhirnya target-target ekonomi bisa tercapai demi kemaslahatan 
bangsa.

***

  Di abad ke-14 China adalah negara paling maju di dunia, super-power. Gavin 
Menzies (dalam bukunya: 1421, Saat China Menemukan Dunia, Pustaka Alvabet, 
cetakan ke-3, 2007) mencatat: “Kapal yang paling kuat di dunia pada abad 
keempatbelas dan awal abad kelimabelas, dan bahkan terbesar adalah kapal layar 
China. Ibnu Battuta, pengelana dan penulis dari Maroko yang juga menjelajahi 
Asia di abad keempatbelas, menulis bahwa perdagangan di seluruh dunia antara 
pantai Malabar di India dan China dilakukan oleh kapal-kapal China.” Kunci 
kemajuan mereka adalah faktor learning & growth bangsa China dan politik pintu 
terbuka. Sehingga tersedia pelataran yang lebar bagi pelbagai diskursus 
peradaban intelektual, sastra dan kebudayaan pada umumnya. Jangkar pembangunan 
seyogianya dilego pada eksploitasi potensi dan optimalisasi kompetensi 
human-capital yang otentik. Bukan disangkutkan pada artifisialitas, yang 
menggiring orang pada budaya instan dengan kecenderungan
koruptif, kolutif dan nepotis.
    


(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING edisi Mei 2008


STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES

No comments:

Post a Comment

Related Posts