Sunday, November 18, 2012

Menggerakkan Perubahan

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)

  Pada dasarnya setiap orang ingin kemajuan.Namun sayangnya tidak semua orang 
menginginkan perubahan. Ini paradoksal tentu saja, karena tidak ada kemajuan 
tanpa perubahan. Yang terakhir merupakan prasyarat bagi yang pertama. Untuk 
bergerak maju, seseorang harus berpindah dari satu titik ke titik lain di 
depannya. Begitu seterusnya dengan gerakan dinamis spiral ke atas.

  Dalam menginisiasi perubahan organisasional, Kurt Lewin (Field Theory in 
Social Science, 1951) mengusulkan 3 fase besar proses perubahan demi menggerakan 
organisasi dari keadaan sekarang menuju masa depan, yakni: 1) Unfreezing 
(Mencairkan/mengurai kebekuan), 2) Changing (Perubahan), 3) Refreezing 
(Memantapkan/menyatukan kembali).

  Dalam upaya mencairkan atau mengurai kebekuan organisasional, pertama-tama 
adalah dengan membangkitkan kesadaran (awareness) dari orang-orang kunci 
(biasanya 2 sampai 3 lapis di bawah Anda), lalu mempersiapkan mereka untuk 
proses perubahan. Sosialisasi proses perubahan bisa terus dikomunikasikan dalam 
tiap  kesempatan, apakah itu pertemuan formal maupun informal. Biarkan inisiatif 
perubahan itu menjadi buzzwords (sesuatu yang jadi bahan pembicaraan) di kantin 
perusahaan maupun di koridor dan di dalam ruang rapat.

  Setelah suasana relatif mulai mencair, proses perubahan mulai digerakkan ke 
arah yang baru. Ini menyangkut perilaku (behavior) dari tim manajemen. 
Perilakuya mesti sesuai dengan pola yang baru: 1) Compliance, tindakan tim 
manajemen sesuai dengan arah kebijakan yang baru. 2) Identification, di mana 
para anggota organisasi bisa melihat para pimpinan sebagai acuan (role-model) 
dari gerakan perubahan. Sehingga mereka bisa mengadopsi hal yang baru dan 
mencoba menjadi seperti yang dicontohkan. 3) Internalization, di sini 
konsistensi sikap dan perilaku jadi kata kunci. Menginisiasi proses perubahan 
jangan sekedar panas-panas tahi ayam saja.

  Lalu fase terakhir adalah pemantapan kembali (refreezing). Fase ini mulai 
tatkala perilaku yang baru telah mulai menjadi suatu kebiasaan hidup organisasi 
yang normal.

  Beberapa kiat untuk memulai dan mengelola suatu proses perubahan: 1) 
Kembangkan sasaran atau tujuan yang baru, libatkan orang-orang kunci (bahkan 
seluruh anggota organisasi) dalam prosesnya. 2) Pilih agen-agen perubahan dalam 
organisasi yang bisa menciptakan suasana kondusif. 3) Diagnosa masalah yang 
muncul, identifikasi apa masalah kuncinya. 4) Pilih cara (metodologi) manajemen 
perubahan yang paling pas dengan situasi organisasi Anda sendiri. 5) Susun 
sebuah rencana (unsurnya: tujuan, target antara, sumber-daya yang dibutuhkan, 
dan rencana waktunya). 6) Yang dekat dengan rencana adalah penentun strategi 
perubahan. Ini soal kapan, di mana, dan bagaimana rencananya. Waktu yang tepat 
(timing) sangat berperan dalam keberhasilan, bagaimana pesan perubahan itu 
dikomunikasikan dan bagaimana kemajuan dalam implementasi akan dimonitor juga 
perlu ditentukan secara bijaksana. 7) Implementasi.

  Sebagai inisiator perubahan, Anda mesti menyadari adanya faktor-faktor yang 
bakal menghalangi. Ini adalah faktor resistensi (penolakan) yang disebabkan 
oleh: a) rasa tidak aman yang ditimbulkan akibat perubahan (kehilangan posisi, 
berkurangnya kuasa, dll), b) komunikasi yang tidak memadai, c)  kecepatan dan 
luasnya bidang perubahan, semakin besar cakupan perubahan semakin besar faktor 
resistensinya, d) penolakan kelompok, misalnya seperti penolakan serikat buruh 
terhadap suatu inisiatif tim manajemen, e) faktor emosional yang diakibatkan 
reputasi jelek tim manajemen di masa lalu.

  Oleh karena itu, agar proses pengelolaan perubahan bisa berjalan mulus, Anda 
perlu memastikan adanya:

    1. Partisipasi dan keterlibatan, yang bisa memperlihatkan ketulusan Anda dan 
tim manajemen.
    2. Komunikasi dan edukasi, untuk memastikan bahwa setiap orang mempunyai 
informasi dan pemahaman yang memadai tentang arah dan cara yang akan ditempuh.
    3. Kepemimpinan kuat, punya komitmen dan kredibilitas.
    4. Negosiasi dan kesepakatan, terutama jika Anda berurusan juga dengan 
serikat-serikat pekerja yang ada.
    5. Sikap mementingkan kepentingan bersama.
    6. Waktu yang tepat untuk melakukan perubahan (timing).

  Faktor-faktor ini akan membantu Anda mengurangi resistensi terhadap perubahan. 


Bersiaplah untuk sukses.

No comments:

Post a Comment

Related Posts