Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
Pada dasarnya setiap orang ingin kemajuan.Namun sayangnya tidak semua orang
menginginkan perubahan. Ini paradoksal tentu saja, karena tidak ada kemajuan
tanpa perubahan. Yang terakhir merupakan prasyarat bagi yang pertama. Untuk
bergerak maju, seseorang harus berpindah dari satu titik ke titik lain di
depannya. Begitu seterusnya dengan gerakan dinamis spiral ke atas.
Dalam menginisiasi perubahan organisasional, Kurt Lewin (Field Theory in
Social Science, 1951) mengusulkan 3 fase besar proses perubahan demi menggerakan
organisasi dari keadaan sekarang menuju masa depan, yakni: 1) Unfreezing
(Mencairkan/mengurai kebekuan), 2) Changing (Perubahan), 3) Refreezing
(Memantapkan/menyatukan kembali).
Dalam upaya mencairkan atau mengurai kebekuan organisasional, pertama-tama
adalah dengan membangkitkan kesadaran (awareness) dari orang-orang kunci
(biasanya 2 sampai 3 lapis di bawah Anda), lalu mempersiapkan mereka untuk
proses perubahan. Sosialisasi proses perubahan bisa terus dikomunikasikan dalam
tiap kesempatan, apakah itu pertemuan formal maupun informal. Biarkan inisiatif
perubahan itu menjadi buzzwords (sesuatu yang jadi bahan pembicaraan) di kantin
perusahaan maupun di koridor dan di dalam ruang rapat.
Setelah suasana relatif mulai mencair, proses perubahan mulai digerakkan ke
arah yang baru. Ini menyangkut perilaku (behavior) dari tim manajemen.
Perilakuya mesti sesuai dengan pola yang baru: 1) Compliance, tindakan tim
manajemen sesuai dengan arah kebijakan yang baru. 2) Identification, di mana
para anggota organisasi bisa melihat para pimpinan sebagai acuan (role-model)
dari gerakan perubahan. Sehingga mereka bisa mengadopsi hal yang baru dan
mencoba menjadi seperti yang dicontohkan. 3) Internalization, di sini
konsistensi sikap dan perilaku jadi kata kunci. Menginisiasi proses perubahan
jangan sekedar panas-panas tahi ayam saja.
Lalu fase terakhir adalah pemantapan kembali (refreezing). Fase ini mulai
tatkala perilaku yang baru telah mulai menjadi suatu kebiasaan hidup organisasi
yang normal.
Beberapa kiat untuk memulai dan mengelola suatu proses perubahan: 1)
Kembangkan sasaran atau tujuan yang baru, libatkan orang-orang kunci (bahkan
seluruh anggota organisasi) dalam prosesnya. 2) Pilih agen-agen perubahan dalam
organisasi yang bisa menciptakan suasana kondusif. 3) Diagnosa masalah yang
muncul, identifikasi apa masalah kuncinya. 4) Pilih cara (metodologi) manajemen
perubahan yang paling pas dengan situasi organisasi Anda sendiri. 5) Susun
sebuah rencana (unsurnya: tujuan, target antara, sumber-daya yang dibutuhkan,
dan rencana waktunya). 6) Yang dekat dengan rencana adalah penentun strategi
perubahan. Ini soal kapan, di mana, dan bagaimana rencananya. Waktu yang tepat
(timing) sangat berperan dalam keberhasilan, bagaimana pesan perubahan itu
dikomunikasikan dan bagaimana kemajuan dalam implementasi akan dimonitor juga
perlu ditentukan secara bijaksana. 7) Implementasi.
Sebagai inisiator perubahan, Anda mesti menyadari adanya faktor-faktor yang
bakal menghalangi. Ini adalah faktor resistensi (penolakan) yang disebabkan
oleh: a) rasa tidak aman yang ditimbulkan akibat perubahan (kehilangan posisi,
berkurangnya kuasa, dll), b) komunikasi yang tidak memadai, c) kecepatan dan
luasnya bidang perubahan, semakin besar cakupan perubahan semakin besar faktor
resistensinya, d) penolakan kelompok, misalnya seperti penolakan serikat buruh
terhadap suatu inisiatif tim manajemen, e) faktor emosional yang diakibatkan
reputasi jelek tim manajemen di masa lalu.
Oleh karena itu, agar proses pengelolaan perubahan bisa berjalan mulus, Anda
perlu memastikan adanya:
1. Partisipasi dan keterlibatan, yang bisa memperlihatkan ketulusan Anda dan
tim manajemen.
2. Komunikasi dan edukasi, untuk memastikan bahwa setiap orang mempunyai
informasi dan pemahaman yang memadai tentang arah dan cara yang akan ditempuh.
3. Kepemimpinan kuat, punya komitmen dan kredibilitas.
4. Negosiasi dan kesepakatan, terutama jika Anda berurusan juga dengan
serikat-serikat pekerja yang ada.
5. Sikap mementingkan kepentingan bersama.
6. Waktu yang tepat untuk melakukan perubahan (timing).
Faktor-faktor ini akan membantu Anda mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Bersiaplah untuk sukses.
Sunday, November 18, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Cerita di Balik Penutupan Pabrik Panasonic dan Toshiba Penutupan tiga pabrik Toshiba dan Panasonic di Indonesia membawa dampak pemutusa...
-
Sebaiknya PPIC dibagi menjadi: PPIC Planner, bertugas untuk membuat perencanaan atau MPP (Master Production Plan) dan MRP (Material Req...
-
Di beberapa perusahaan, divisi penyimpanan (store) untuk mengelola persediaan (inventory) sering mempunyai beberapa nama, seperti divisi...
-
What exactly is 5S? Simply stated, a 5S is the structured method to organize the work place. As evidenced by its name, there are 5 steps ...
No comments:
Post a Comment