Secara konsep, ada dua jenis PHK, yaitu PHK secara sukarela dan PHK dengan tidak sukarela. Dalam artikel Berkembangnya Alasan-Alasan PHK dalam Praktik dijelaskan ada beberapa alasan penyebab pemutusan hubungan kerja (“PHK”) yang terdapat dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”).
PHK sukarela misalnya, yang diartikan sebagai pengunduran diri buruh tanpa paksaan dan tekanan. Begitu pula karena habisnya masa kontrak, tidak lulus masa percobaan (probation), memasuki usia pensiun dan buruh meninggal dunia. PHK tidak sukarela dapat terjadi karena adanya pelanggaran, baik yang dilakukan buruh maupun pengusaha/perusahaan.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt515b7ec90fe0c/cara-menghitung-pesangon-berdasarkan-alasan-phk
Wednesday, November 11, 2015
Wednesday, November 4, 2015
Karyawan Sering Sakit
Tips Menanggapi dan Mengatasi Karyawan yang Sering Sakit
Problematika karyawan kerap menjadi dilema pihak perusahaan, salahsatunya mengatasi karyawan yang sering sakit. Tidak menjadi soal jika seorang karyawan sakit, namun sangat bermasalah jika karyawan malah menjadi rajin sakit atau sakit-sakitan.
Berbagai tidakan yang berdasarkan kebijakan bisa saja perusahaan mulai dari cara persuasif hingga penerbitan surat peringatan alias SP1 hingga SP3. Hak seorang karyawan bila ia menderita sakit, karena hal tersebut tergolong musibah dan tidak disengaja.
Namun bagaimana jika ia tidak bisa hadir hampir tiap minggu pada hari kerja?, Langkah apa saja yang bisa dilakukan? Untuk menjawab persoalan karyawan yang sering sakit, berikut ini beberapal yang bisa menjadi pertimbangan ketika anda membuat keputusan :
Melakukan langkah persuasif, yaitu dengan melakukan analisa yang lebih dalam terhadap penyebab sakit karyawan tersebut, apakah penyakit yang dideritanya merupakan penyakit yang sama atau berbeda-beda yang berdasarkan analisa dokter. Jika penyakit yang sama, sebaiknya anda menyarankan karyawan anda supaya berobat ke dokter spesialis serta dilengkapi hasil analisa laboratorium Rumah Sakit.
Memeriksa hasil medical check up dan untuk mengetahui hasil dari MCU sesuai dengan surat keterangan dokter yangyang diterima dari karyawan anda. Jika berbeda, sebaiknya anda melakukan follow up dari keterangan surat dokter yang anda terima, yakni dengan menelpon nomor telepon dokter yang tertera pada surat keterangan dokter tersebut.
Melakukan interview yang lebih intensif pada karyawan tersebut dengan menanyakan permasalahan yang dihadapinya. Sebaiknya berikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyebab dan dapat mempengaruhinya termasuk lingkungan karyawan tersebut. Seperti; Perasaan dirinya sekarang, lingkungan keluarga hingga lingkungan kerjanya. Banyak hal yang bisa dilakukan sebelum mengeluarkan Surat Peringatan.
Memberikan Surat Peringatan. Konsep dasar ketika memberikan Surat Peringatan (SP) ialah sebagai salah satu bukti perhatian anda terhadap karyawan. Sedang tujuan dikeluarkannya Surat Peringatan bukanlah PHK melainkan perubahan bagi karyawan tersebut dengan tidak melakukan kesalahannya lagi.
Kalau karyawan berubah menjadi baik barulah Surat Peringatan yang anda keluarkan dinyatakan berhasil. Surat Peringatan merupakan langkah terakhir yang bisa anda lakukan, namun dibeberapa kasus surat peringatan mjlai SP1, SP2 hingga SP3, tidak memiliki dampak signifikan untuk merubah karyawan atau tidak ada perubahan yang signifikan terhadap absensinya.
Patut dipahami bahwa hal demikian merupakan sifat alami yang manusia lakukan, dalam keadaan tertekan maka manusia akan melawan secara alami. Salah satu bukti perlawanannya adalah tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari.
Memberikan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Untuk kodisi seperti ini, sepatutnya kita lebih mencermati karena bisa saja hal ini menjadi tujuan akhir perlawanan dengan motif ‘sakit-sakitan’ dari karyawan bermasalah tersebut. Ini artinya ada tujuan yang sama yaitu PHK. Dengan melakukan PHK maka anda akan keluar dari belenggu karyawan yang bermasalah dan sebaliknya bagi karyawan yang bermasalah dengan di PHK maka ia akan mendapatkan uang pesangon.
Menghadapi Karyawan yang Sering Sakit
Langkah-langkah yang bisa kita lakukan, yaitu :
a. Lakukan analisa yang mendalam terhadap sakit karyawan tersebut, apakah dari surat sakit yang dokter berikan dikarenakan sakit yang sama dari bulan ke bulan. Kalau benar, cobalah untuk menyarankan melakukan rujukan supaya berobat ke tingkat yang lebih tinggi (ke dokter spesialis) dan apabila diperlukan silakan lakukan analisa melalui laboratorium Rumah Sakit.
b. Lihat hasil Medical Check Up (MCU) karyawan tersebut, adakah hasil dari MCU tersebut yang mengindikasikan untuk mengalami sakit sesuai dengan surat keterangan dokter yang Ibu terima. Kalau berbeda dan merasa perlu memeriksa kebenaran surat dokter tersebut, telephone dokter sesuai dengan no telephone di surat keterangan dokter tersebut.
c. Interview kembali karyawan tersebut dengan menanyakan permasalahan yang dihadapi dari dua sisi, yaitu sisi internal dan sisi eksternal.
i. Sisi internalnya adalah bisa berasal dari dirinya sendiri (apakah karyawan tersebut bekerja berdasarkan perasaan yang ia alami, misalnya saat senang baru dia bekerja saat tidak senang maka ia tidak bekerja), ataukah berasal dari keluarganya, saudaranya sampai lingkungan tempat tinggalnya.
ii. Sisi eksternalnya merupakan sisi kantor sendiri, jadi bisa saja ternyata sumber permasalahannya berasal dari teman sekerjanya, atasannya ataukah bawahannya yang menjadi sumber permasalahan sampai lingkungan tempat ia bekerja.
d. Surat Peringatan merupakan langkah terakhir yang kita lakukan dan hampir dalam banyak kasus surat peringatan tidak memiliki dampak signifikan untuk merubah karyawan. Sama seperti yang alami setelah dia mendapat SP 1 kemudian mendapat SP 3 maka tidak ada perubahan yang signifikan terhadap absensinya. Hal ini merupakan sifat alami yang manusia lakukan, dalam keadaan tertekan maka manusia akan melawan secara alami. Salah satu bukti perlawanannya adalah tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari. Dan saya yakin akan berputar-putar terus dikondisi ini. Padahal seharusnya Surat Peringatan adalah salah satu bukti perhatian kita (HRD) terhadap karyawan dan tujuan dikeluarkan Surat Peringatan bukanlah PHK melainkan perubahan bagi karyawan tersebut dengan tidak melakukan kesalahannya lagi. Kalau karyawan berubah menjadi baik barulah Surat Peringatan yang kita (HRD) keluarkan dinyatakan berhasil.
2. Mengenai PHK yang akan dilakukan, mungkin saja hal ini merupakan tujuan akhir yang diinginkan. Dan juga bisa saja hal ini juga merupakan tujuan akhir perlawanan karyawan bermasalah tersebut.
Sumber :
http://tipskarir.com/tips-menanggapi-dan-mengatasi-karyawan-yang-sering-sakit/
http://portalhr.com/konsultasi/hr-praktis/hrpraktis-hubungan-karyawan/menghadapi-karyawan-yang-sering-sakit/
Problematika karyawan kerap menjadi dilema pihak perusahaan, salahsatunya mengatasi karyawan yang sering sakit. Tidak menjadi soal jika seorang karyawan sakit, namun sangat bermasalah jika karyawan malah menjadi rajin sakit atau sakit-sakitan.
Berbagai tidakan yang berdasarkan kebijakan bisa saja perusahaan mulai dari cara persuasif hingga penerbitan surat peringatan alias SP1 hingga SP3. Hak seorang karyawan bila ia menderita sakit, karena hal tersebut tergolong musibah dan tidak disengaja.
Namun bagaimana jika ia tidak bisa hadir hampir tiap minggu pada hari kerja?, Langkah apa saja yang bisa dilakukan? Untuk menjawab persoalan karyawan yang sering sakit, berikut ini beberapal yang bisa menjadi pertimbangan ketika anda membuat keputusan :
Melakukan langkah persuasif, yaitu dengan melakukan analisa yang lebih dalam terhadap penyebab sakit karyawan tersebut, apakah penyakit yang dideritanya merupakan penyakit yang sama atau berbeda-beda yang berdasarkan analisa dokter. Jika penyakit yang sama, sebaiknya anda menyarankan karyawan anda supaya berobat ke dokter spesialis serta dilengkapi hasil analisa laboratorium Rumah Sakit.
Memeriksa hasil medical check up dan untuk mengetahui hasil dari MCU sesuai dengan surat keterangan dokter yangyang diterima dari karyawan anda. Jika berbeda, sebaiknya anda melakukan follow up dari keterangan surat dokter yang anda terima, yakni dengan menelpon nomor telepon dokter yang tertera pada surat keterangan dokter tersebut.
Melakukan interview yang lebih intensif pada karyawan tersebut dengan menanyakan permasalahan yang dihadapinya. Sebaiknya berikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyebab dan dapat mempengaruhinya termasuk lingkungan karyawan tersebut. Seperti; Perasaan dirinya sekarang, lingkungan keluarga hingga lingkungan kerjanya. Banyak hal yang bisa dilakukan sebelum mengeluarkan Surat Peringatan.
Memberikan Surat Peringatan. Konsep dasar ketika memberikan Surat Peringatan (SP) ialah sebagai salah satu bukti perhatian anda terhadap karyawan. Sedang tujuan dikeluarkannya Surat Peringatan bukanlah PHK melainkan perubahan bagi karyawan tersebut dengan tidak melakukan kesalahannya lagi.
Kalau karyawan berubah menjadi baik barulah Surat Peringatan yang anda keluarkan dinyatakan berhasil. Surat Peringatan merupakan langkah terakhir yang bisa anda lakukan, namun dibeberapa kasus surat peringatan mjlai SP1, SP2 hingga SP3, tidak memiliki dampak signifikan untuk merubah karyawan atau tidak ada perubahan yang signifikan terhadap absensinya.
Patut dipahami bahwa hal demikian merupakan sifat alami yang manusia lakukan, dalam keadaan tertekan maka manusia akan melawan secara alami. Salah satu bukti perlawanannya adalah tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari.
Memberikan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Untuk kodisi seperti ini, sepatutnya kita lebih mencermati karena bisa saja hal ini menjadi tujuan akhir perlawanan dengan motif ‘sakit-sakitan’ dari karyawan bermasalah tersebut. Ini artinya ada tujuan yang sama yaitu PHK. Dengan melakukan PHK maka anda akan keluar dari belenggu karyawan yang bermasalah dan sebaliknya bagi karyawan yang bermasalah dengan di PHK maka ia akan mendapatkan uang pesangon.
Menghadapi Karyawan yang Sering Sakit
Langkah-langkah yang bisa kita lakukan, yaitu :
a. Lakukan analisa yang mendalam terhadap sakit karyawan tersebut, apakah dari surat sakit yang dokter berikan dikarenakan sakit yang sama dari bulan ke bulan. Kalau benar, cobalah untuk menyarankan melakukan rujukan supaya berobat ke tingkat yang lebih tinggi (ke dokter spesialis) dan apabila diperlukan silakan lakukan analisa melalui laboratorium Rumah Sakit.
b. Lihat hasil Medical Check Up (MCU) karyawan tersebut, adakah hasil dari MCU tersebut yang mengindikasikan untuk mengalami sakit sesuai dengan surat keterangan dokter yang Ibu terima. Kalau berbeda dan merasa perlu memeriksa kebenaran surat dokter tersebut, telephone dokter sesuai dengan no telephone di surat keterangan dokter tersebut.
c. Interview kembali karyawan tersebut dengan menanyakan permasalahan yang dihadapi dari dua sisi, yaitu sisi internal dan sisi eksternal.
i. Sisi internalnya adalah bisa berasal dari dirinya sendiri (apakah karyawan tersebut bekerja berdasarkan perasaan yang ia alami, misalnya saat senang baru dia bekerja saat tidak senang maka ia tidak bekerja), ataukah berasal dari keluarganya, saudaranya sampai lingkungan tempat tinggalnya.
ii. Sisi eksternalnya merupakan sisi kantor sendiri, jadi bisa saja ternyata sumber permasalahannya berasal dari teman sekerjanya, atasannya ataukah bawahannya yang menjadi sumber permasalahan sampai lingkungan tempat ia bekerja.
d. Surat Peringatan merupakan langkah terakhir yang kita lakukan dan hampir dalam banyak kasus surat peringatan tidak memiliki dampak signifikan untuk merubah karyawan. Sama seperti yang alami setelah dia mendapat SP 1 kemudian mendapat SP 3 maka tidak ada perubahan yang signifikan terhadap absensinya. Hal ini merupakan sifat alami yang manusia lakukan, dalam keadaan tertekan maka manusia akan melawan secara alami. Salah satu bukti perlawanannya adalah tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari. Dan saya yakin akan berputar-putar terus dikondisi ini. Padahal seharusnya Surat Peringatan adalah salah satu bukti perhatian kita (HRD) terhadap karyawan dan tujuan dikeluarkan Surat Peringatan bukanlah PHK melainkan perubahan bagi karyawan tersebut dengan tidak melakukan kesalahannya lagi. Kalau karyawan berubah menjadi baik barulah Surat Peringatan yang kita (HRD) keluarkan dinyatakan berhasil.
2. Mengenai PHK yang akan dilakukan, mungkin saja hal ini merupakan tujuan akhir yang diinginkan. Dan juga bisa saja hal ini juga merupakan tujuan akhir perlawanan karyawan bermasalah tersebut.
Sumber :
http://tipskarir.com/tips-menanggapi-dan-mengatasi-karyawan-yang-sering-sakit/
http://portalhr.com/konsultasi/hr-praktis/hrpraktis-hubungan-karyawan/menghadapi-karyawan-yang-sering-sakit/
Wednesday, August 5, 2015
Agility vs Rigid
Manusia-manusia "Rigid" Akan Sulit Sendiri
Rhenald Kasali
@Rhenald_Kasali
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Frankfurt, salah seorang CEO perusahaan terkemuka Indonesia duduk di sebelah saya. Pria berkebangsaan India yang sangat berpendidikan itu bercerita tentang karier dan perusahaannya.
Gerak keduanya (karier dan perusahaannya) begitu lincah, tidak seperti kita, yang masih rigid, terperangkap pola lama, seakan-akan semua layak dipagari, dibuat sulit. Perusahaan sulit bergerak, impor-ekspor bergerak lambat, dwell time tidak konsisten. Ini sama seperti karier sebagian dari kita, terkunci di tempat. Akhirnya, kita hanya bisa mengeluh.
Pria itu dibesarkan di India, kuliah S-1 sampai selesai di sana, menjadi alumnus Fulbright, mengambil S-2 di Amerika Serikat, lalu berkarier di India sampai usia 45 tahun. Setelah itu, ia menjadi CEO di perusahaan multinasional dari Indonesia.
Perusahaannya baru saja mengambil alih sebuah pabrik besar di Frankfurt. Namun karena orang di Frankfurt masih kurang yakin dipimpin eksekutif dari emerging countries, ia membujuk pemasoknya dari Italia agar ikut memiliki saham minoritas di Frankfurt. Dengan kepemilikan itu, pabrik di Frankfurt dikelola eksekutif dari Eropa (Italia).
Solved!
Itu adalah gambaran dari agility. Kelincahan bergerak yang lahir dari fenomena borderless world. Anehnya juga, kita mendengar begitu banyak orang yang cemas menghadapi perubahan. Dunia sudah lebih terbuka, mengapa harus terus merasa sulit? Susah di sini, bisa bergeser ke benua lain. Tak ada lagi yang sulit. Ini tentu harus disyukuri.
Serangan tenaga kerja
Belum lama ini, kita membaca berita tentang kegusaran seseorang yang tulisannya di-forward ke mana-mana melalui media sosial. Mulai dari keagresifan angka pertumbuhan yang berkurang, sampai serangan tenaga kerja dari Tiongkok.
Berita itu di-forward ke sana kemari sehingga seakan-akan tak ada lagi masa depan di sini. Yang mengherankan buat saya, mengapa ia tidak pindah saja bekerja dan berimigrasi ke negara yang dipikirnya hebat itu?
Bekerja atau berkarier di luar negeri tentu akan menguntungkan bangsa ini. Pertama, Anda akan memberi kesempatan kerja kepada orang lain yang kurang beruntung. Kedua, Anda akan mendapatkan wisdom bahwa hal serupa, komplain yang sama, ternyata juga ada di luar negeri.
Rekan saya, CEO yang saya temui di pesawat Lufthansa tadi, mengeluhkan tentang negerinya. "Orang Indonesia baik-baik, bekerja di Indonesia menyenangkan. Kalau diajari sedikit, bangsa Anda cepat belajar. Pikiran dan tindakannya terstruktur. India tidak! Di India, politisi selalu mengganggu pemerintah. Irama kerja buruh tidak terstruktur. Pertumbuhan ekonomi terlalu cepat, membuat persaingan menggila. Rakyatnya makin konsumtif dan materialistis." Kalimat itu ia ucapkan berkali-kali.
Susah? kerja lebih profesional!
Di Italia, guide saya, seorang kepala keluarga berusia muda, mengantar saya melewati ladang-ladang anggur di Tuscany, menolak menemani makan siang yang disajikan mitra kerja Rumah Perubahan di rumahnya yang indah. "Biarkan saya hanya makan salad di luar. Saya dilarang makan enak saat mengemudi," ujarnya.
Kepada putra saya, ia mengajari. "Saat bekerja, kita harus bekerja, harus profesional, gesit, dan disiplin. Cari kerja itu sulit, mempertahankannya jauh lebih sulit. Kita harus lebih kompetitif dari orang lain kalau tetap ingin bekerja," ujarnya.
Di dalam vineyard-nya yang indah, rekan saya menyajikan aneka makanan Italia yang lezat, lengkap dengan demo masak dan ritual mencicipi wine yang dianggap sakral. Di situ, mereka berkeluh kesah tentang perekonomian Eropa yang terganggu Yunani belakangan ini. Lagi-lagi, mereka menyebutkan bahwa kehidupan yang nyaman itu ada di Pulau Dewata, Bali; dan Pulau Jawa.
Ketika saya ceritakan bahwa kami di Indonesia juga sedang susah, dia mendengarkan baik-baik. "Dari dulu kalian terlalu rendah hati, selalu merasa paling miskin dan paling susah. Ketika kalian sudah menjadi bangsa yang kaya, tetap merasa miskin. Namun, saya tak pernah melihat bangsa yang lebih kaya, lebih merdeka, lebih bahagia daripada Indonesia." Saya pun terdiam.
Di Singapura, saya mengirim berita tentang komplain terhadap masalah dollar AS dan ancaman kesulitan kepada rekan lain yang sudah lima tahun ini berkarier di sana. Ia pun menjawab ringan, "Suruh orang-orang itu kerja di sini saja."
Tak lama kemudian, ia pun meneruskan. "Kalau sudah kerja di sini, baru tahu apa artinya kerja keras dan hidup yang fragile."
Saya jadi teringat curhat habis-habisan yang ia utarakan saat saya berobat ke negeri itu. "Mana bisa kongkow-kongkow, main Facebook, nge-tweet saat jam kerja? Semua harus disiplin, berani maju, kompetitif, dan siap diberhentikan kalau hasil kerja buruk. Di negeri kita (Indonesia), saya masih bisa bersantai-santai, karyawan banyak, hasil kerja tidak penting, yang penting bos tidak marah saja," ujarnya.
Saat itu, ia tengah menghadapi masa probation atau percobaan, dan sungguh khawatir kursinya akan direbut pekerja lain dari India, Turki, dan Perancis yang bahasa Inggrisnya lebih bagus, dan ritme kerjanya lebih cepat. Ternyata, bekerja di negeri yang perekonomiannya bagus itu juga tidak mudah. Padahal, di sana, mereka lihat bahwa kerja yang enak itu ya di sini.
Bangsa merdeka jangan cengeng
Saya makin terkekeh membaca berita yang disebarluaskan para haters melalui grup-grup WA bahwa pemerintah sekarang tidak perform, membiarkan sepuluh ribuan buruh dari Tiongkok melesak masuk ke negeri ini. Sungguh, saya tak gusar dengan serangan tenaga kerja itu. Yang membuat saya gusar adalah kalau hal serupa dilakukan bangsa-bangsa lain terhadap tenaga kerja asal Indonesia di luar negeri.
Penyebar berita kebencian itu mestinya lebih rajin jalan-jalan ke luar negeri. Bukankah dunia sudah borderless, tiket pesawat juga sudah jauh lebih murah. Cara menginap juga sangat mudah dan murah. Kalau saja ia rajin, maka ia akan menemukan fakta-fakta ini: Sebanyak 300.000 tenaga kerja Indonesia bekerja di Taiwan. Sebanyak 250.000 lainnya di Hongkong. Lebih dari 100.000 orang ada di Malaysia. Selain itu, perusahaan-perusahaan kita sudah mulai mengepung Nigeria, Myanmar, dan Brasil, bahkan juga Kanada dan Amerika.
Jadi bagaimana ya? Kok baru dikepung 10.000 orang saja, kita sudah rasial? Ini tentu mengerikan.
Lalu dari grup WA para alumnus sekolah belakangan ini juga mendapat kiriman teman-teman yang kini berkarier di mancanegara. Delapan keluarga teman kuliah saya ada di Kanada, beberapa di Jerman dan Eropa, puluhan di Amerika Serikat, dan yang terbanyak tentu saja di Jakarta. Semakin banyak orang kita yang berkarier bebas di mancanegara. Karier mereka tidak rigid.
Jadi, janganlah kita cengeng. Beraninya hanya curhat dan komplain, tetapi tak berbuat apa-apa. Bahkan, beraninya hanya menyuarakan kebencian, atau paling-paling cuma mengajak berantem dan membuat akun palsu bertebaran. Kita juga jangan mudah berprasangka.
Syukuri yang sudah didapat. Kecemasan hanya mungkin diatasi dengan berkomitmen untuk bekerja lebih jujur, lebih keras, lebih respek, lebih profesional, dan memberi lebih.
Kalau Anda merasa Indonesia sudah "berbahaya", ya belain dong. Kalau Anda merasa tak senang dengan orang lain, ya sudah, pindah saja ke luar negeri. Mudah kok. Di sana Anda akan mendapatkan wisdom atas kata-kata dan perbuatan sendiri. Di sana, kita baru bisa merasakan kayanya Indonesia. Di sana, kita baru tahu bahwa tak ada hidup yang mudah.
Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi anggota pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers
Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/03/054500426/Manusia-manusia.Rigid.Akan.Sulit.Sendiri?page=all
Rhenald Kasali
@Rhenald_Kasali
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Frankfurt, salah seorang CEO perusahaan terkemuka Indonesia duduk di sebelah saya. Pria berkebangsaan India yang sangat berpendidikan itu bercerita tentang karier dan perusahaannya.
Gerak keduanya (karier dan perusahaannya) begitu lincah, tidak seperti kita, yang masih rigid, terperangkap pola lama, seakan-akan semua layak dipagari, dibuat sulit. Perusahaan sulit bergerak, impor-ekspor bergerak lambat, dwell time tidak konsisten. Ini sama seperti karier sebagian dari kita, terkunci di tempat. Akhirnya, kita hanya bisa mengeluh.
Pria itu dibesarkan di India, kuliah S-1 sampai selesai di sana, menjadi alumnus Fulbright, mengambil S-2 di Amerika Serikat, lalu berkarier di India sampai usia 45 tahun. Setelah itu, ia menjadi CEO di perusahaan multinasional dari Indonesia.
Perusahaannya baru saja mengambil alih sebuah pabrik besar di Frankfurt. Namun karena orang di Frankfurt masih kurang yakin dipimpin eksekutif dari emerging countries, ia membujuk pemasoknya dari Italia agar ikut memiliki saham minoritas di Frankfurt. Dengan kepemilikan itu, pabrik di Frankfurt dikelola eksekutif dari Eropa (Italia).
Solved!
Itu adalah gambaran dari agility. Kelincahan bergerak yang lahir dari fenomena borderless world. Anehnya juga, kita mendengar begitu banyak orang yang cemas menghadapi perubahan. Dunia sudah lebih terbuka, mengapa harus terus merasa sulit? Susah di sini, bisa bergeser ke benua lain. Tak ada lagi yang sulit. Ini tentu harus disyukuri.
Serangan tenaga kerja
Belum lama ini, kita membaca berita tentang kegusaran seseorang yang tulisannya di-forward ke mana-mana melalui media sosial. Mulai dari keagresifan angka pertumbuhan yang berkurang, sampai serangan tenaga kerja dari Tiongkok.
Berita itu di-forward ke sana kemari sehingga seakan-akan tak ada lagi masa depan di sini. Yang mengherankan buat saya, mengapa ia tidak pindah saja bekerja dan berimigrasi ke negara yang dipikirnya hebat itu?
Bekerja atau berkarier di luar negeri tentu akan menguntungkan bangsa ini. Pertama, Anda akan memberi kesempatan kerja kepada orang lain yang kurang beruntung. Kedua, Anda akan mendapatkan wisdom bahwa hal serupa, komplain yang sama, ternyata juga ada di luar negeri.
Rekan saya, CEO yang saya temui di pesawat Lufthansa tadi, mengeluhkan tentang negerinya. "Orang Indonesia baik-baik, bekerja di Indonesia menyenangkan. Kalau diajari sedikit, bangsa Anda cepat belajar. Pikiran dan tindakannya terstruktur. India tidak! Di India, politisi selalu mengganggu pemerintah. Irama kerja buruh tidak terstruktur. Pertumbuhan ekonomi terlalu cepat, membuat persaingan menggila. Rakyatnya makin konsumtif dan materialistis." Kalimat itu ia ucapkan berkali-kali.
Susah? kerja lebih profesional!
Di Italia, guide saya, seorang kepala keluarga berusia muda, mengantar saya melewati ladang-ladang anggur di Tuscany, menolak menemani makan siang yang disajikan mitra kerja Rumah Perubahan di rumahnya yang indah. "Biarkan saya hanya makan salad di luar. Saya dilarang makan enak saat mengemudi," ujarnya.
Kepada putra saya, ia mengajari. "Saat bekerja, kita harus bekerja, harus profesional, gesit, dan disiplin. Cari kerja itu sulit, mempertahankannya jauh lebih sulit. Kita harus lebih kompetitif dari orang lain kalau tetap ingin bekerja," ujarnya.
Di dalam vineyard-nya yang indah, rekan saya menyajikan aneka makanan Italia yang lezat, lengkap dengan demo masak dan ritual mencicipi wine yang dianggap sakral. Di situ, mereka berkeluh kesah tentang perekonomian Eropa yang terganggu Yunani belakangan ini. Lagi-lagi, mereka menyebutkan bahwa kehidupan yang nyaman itu ada di Pulau Dewata, Bali; dan Pulau Jawa.
Ketika saya ceritakan bahwa kami di Indonesia juga sedang susah, dia mendengarkan baik-baik. "Dari dulu kalian terlalu rendah hati, selalu merasa paling miskin dan paling susah. Ketika kalian sudah menjadi bangsa yang kaya, tetap merasa miskin. Namun, saya tak pernah melihat bangsa yang lebih kaya, lebih merdeka, lebih bahagia daripada Indonesia." Saya pun terdiam.
Di Singapura, saya mengirim berita tentang komplain terhadap masalah dollar AS dan ancaman kesulitan kepada rekan lain yang sudah lima tahun ini berkarier di sana. Ia pun menjawab ringan, "Suruh orang-orang itu kerja di sini saja."
Tak lama kemudian, ia pun meneruskan. "Kalau sudah kerja di sini, baru tahu apa artinya kerja keras dan hidup yang fragile."
Saya jadi teringat curhat habis-habisan yang ia utarakan saat saya berobat ke negeri itu. "Mana bisa kongkow-kongkow, main Facebook, nge-tweet saat jam kerja? Semua harus disiplin, berani maju, kompetitif, dan siap diberhentikan kalau hasil kerja buruk. Di negeri kita (Indonesia), saya masih bisa bersantai-santai, karyawan banyak, hasil kerja tidak penting, yang penting bos tidak marah saja," ujarnya.
Saat itu, ia tengah menghadapi masa probation atau percobaan, dan sungguh khawatir kursinya akan direbut pekerja lain dari India, Turki, dan Perancis yang bahasa Inggrisnya lebih bagus, dan ritme kerjanya lebih cepat. Ternyata, bekerja di negeri yang perekonomiannya bagus itu juga tidak mudah. Padahal, di sana, mereka lihat bahwa kerja yang enak itu ya di sini.
Bangsa merdeka jangan cengeng
Saya makin terkekeh membaca berita yang disebarluaskan para haters melalui grup-grup WA bahwa pemerintah sekarang tidak perform, membiarkan sepuluh ribuan buruh dari Tiongkok melesak masuk ke negeri ini. Sungguh, saya tak gusar dengan serangan tenaga kerja itu. Yang membuat saya gusar adalah kalau hal serupa dilakukan bangsa-bangsa lain terhadap tenaga kerja asal Indonesia di luar negeri.
Penyebar berita kebencian itu mestinya lebih rajin jalan-jalan ke luar negeri. Bukankah dunia sudah borderless, tiket pesawat juga sudah jauh lebih murah. Cara menginap juga sangat mudah dan murah. Kalau saja ia rajin, maka ia akan menemukan fakta-fakta ini: Sebanyak 300.000 tenaga kerja Indonesia bekerja di Taiwan. Sebanyak 250.000 lainnya di Hongkong. Lebih dari 100.000 orang ada di Malaysia. Selain itu, perusahaan-perusahaan kita sudah mulai mengepung Nigeria, Myanmar, dan Brasil, bahkan juga Kanada dan Amerika.
Jadi bagaimana ya? Kok baru dikepung 10.000 orang saja, kita sudah rasial? Ini tentu mengerikan.
Lalu dari grup WA para alumnus sekolah belakangan ini juga mendapat kiriman teman-teman yang kini berkarier di mancanegara. Delapan keluarga teman kuliah saya ada di Kanada, beberapa di Jerman dan Eropa, puluhan di Amerika Serikat, dan yang terbanyak tentu saja di Jakarta. Semakin banyak orang kita yang berkarier bebas di mancanegara. Karier mereka tidak rigid.
Jadi, janganlah kita cengeng. Beraninya hanya curhat dan komplain, tetapi tak berbuat apa-apa. Bahkan, beraninya hanya menyuarakan kebencian, atau paling-paling cuma mengajak berantem dan membuat akun palsu bertebaran. Kita juga jangan mudah berprasangka.
Syukuri yang sudah didapat. Kecemasan hanya mungkin diatasi dengan berkomitmen untuk bekerja lebih jujur, lebih keras, lebih respek, lebih profesional, dan memberi lebih.
Kalau Anda merasa Indonesia sudah "berbahaya", ya belain dong. Kalau Anda merasa tak senang dengan orang lain, ya sudah, pindah saja ke luar negeri. Mudah kok. Di sana Anda akan mendapatkan wisdom atas kata-kata dan perbuatan sendiri. Di sana, kita baru bisa merasakan kayanya Indonesia. Di sana, kita baru tahu bahwa tak ada hidup yang mudah.
Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi anggota pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers
Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/08/03/054500426/Manusia-manusia.Rigid.Akan.Sulit.Sendiri?page=all
Friday, July 31, 2015
Peraturan Perundangan Logistik
File peraturan logistik terbaru
- Undang-Undang No. 7 tahun 2015 tentang Perdagangan
- Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan
- Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Perhubungan
- Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 104 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pelabuhan Sampit
- Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 208 tahun 2015 tentang Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum PT Kereta Api Indonesia (Persero)
- Instruksi Menteri Perhubungan No. 3 tahun 2014 tentang Penggunaan Mata Uang Rupiah dalam Melakukan Transaksi pada Kegiatan Transportasi
Sumber :
Milis supplychainindonesia
http://supplychainindonesia.com/new/arsip/peraturan-perundangan/
Friday, July 10, 2015
Analyzing Inventory Adjustments
by Jon Schreibfeder
I just spent two great days working with a large food distributor. The company has begun a program to achieve effective inventory management. As part of the program, they are cycle counting products (see Cycle Counting Can Eliminate Your Annual Physical Inventory!) and entering inventory adjustments when they find discrepancies between the quantity of a product in their warehouse and the perpetual inventory maintained by their computer system.
Though the company has implemented a system that corrects current inaccurate inventory balances, it still needs to adopt a system that will improve future inventory accuracy. That is, they need to improve their methods of handling stock to prevent additional stock discrepancies.
How will they do this? By carefully analyzing the reasons for inventory adjustments. Why? Because most inventory adjustments are the result of problems encountered in the normal handling of material. Here are some common reasons for inventory adjustments:
Material is missing from inventory.
More of a product is in inventory (or in a bin location) than is recorded in the computer system.
Some of the product in inventory is damaged and cannot be sold.
Part of the quantity in inventory is outdated or cannot be sold because it has been in inventory for too long a period of time.
The product is obsolete.
The remaining inventory in stock is less than the quantity a customer would normally purchase.
Along with the quantity and item, this company will accurately record the reason for each adjustment. Every month, a summary of adjustments (by item and reason) will be reviewed to see if changes to policies and procedures can help prevent future discrepancies. Let's take a quick look at some of the underlying reasons for adjustments:
Material Missing from Inventory:
Does a particular warehouse person have problems pulling the right quantity of this product for outgoing orders? Are they filling orders from the wrong bin location? Can this problem be solved with additional training or re-assignment?
Are pickers confusing this item with similar products? Can this problem be solved with additional training or by separating the stocking locations of the two items?
Are employees substituting one product for another without recording what product is actually shipped? Can the procedure for noting substitutions be improved?
Are sample quantities of the item being removed from inventory without being recorded? Is it feasible to establish sample accounts for each salesperson?
Do you suspect that the product is being stolen? Can the inventory of the item be caged or secured by some other means?
More Material on the Shelf Than Expected:
Are stock receipts being processed in a timely manner? Can you streamline paperwork to expedite the receiving process?
Are pickers confusing this item with similar products? Can this problem be solved with additional training or by separating the stocking locations of the two items?
Are employees substituting one product for another without recording what product is actually shipped?
Some of the Product in Inventory Is Damaged:
Are the receiving people failing to identify damaged material as it is received? Can retraining and specific corporate policies for receiving damaged material solve this problem?
Is material being damaged in your warehouse? For example, are employees climbing on boxes (and crushing them) to retrieve material stored on a high shelf? Can more training or additional material-handling equipment help to protect inventory from damage?
Is material broken in the process of being delivered to your customers? Should you consider using better packaging materials for outgoing shipments?
Some of the Product Is Outdated:
Do warehouse employees have a problem properly rotating stock? Can more training or gravity racks ensure that the oldest stock is always shipped first?
Should you buy smaller quantities of these items, more often?
Would it be effective to offer material that is about to be outdated and offer it at a substantially reduced price?
The Product Is Obsolete:
As most dead inventory is the result of leftover quantities of new stock items, do you carefully monitor the accuracy of the projections of new product sales?
Do you regularly identify obsolete products and try to liquidate this material as soon as possible?
Remaining (Remnant) Inventory:
Can you limit sales of the item to the vendor package or to some other minimum quantity?
Can remnant inventory be used as samples or consolidated and repackaged for sale?
Every inventory adjustment should be viewed as an opportunity for improvement that can lead to greater corporate profitability. If you use inventory adjustments merely to correct the on-hand balances in your computer, you will probably continue to correct the same items until the end of time. Things will only get better if your company decides to learn from its mistakes!
KPI Warehouse
Pengukuran KPI untuk warehouse memang bisa dilakukan dari beberapa aspek. Mengacu ke buku "World-Class Warehousing & Material Handling (Frazelle)" KPIs warehouse bisa dibagi atas lima aspek, yaitu:
- Financial
- Productivity
- Utilization
- Quality
- Cycle Time.
Warehouse quality performance, misalnya, mencakup:
- Putaway accuracy
- Inventory accuracy
- Picking accuracy
- Shipping accuracy
Warehouse cycle time performance, sebagai contoh yang lain, meliputi:
- Dock-to-Stock Time (DTS)
- Warehouse Order Cycle Time (WOCT)
- Financial
- Productivity
- Utilization
- Quality
- Cycle Time.
Warehouse quality performance, misalnya, mencakup:
- Putaway accuracy
- Inventory accuracy
- Picking accuracy
- Shipping accuracy
Warehouse cycle time performance, sebagai contoh yang lain, meliputi:
- Dock-to-Stock Time (DTS)
- Warehouse Order Cycle Time (WOCT)
Konsep Tol Laut
supplychainindonesia@googlegroups.com.
BIAYA LOGISTIK PADA KONSEP TOL LAUT
Yang disebut dengan upaya menekan Biaya Logistik itu adalah memang betul-betul menurunkan Biaya Logistik yang disebabkan oleh upaya pemerintah merapihkan birokrasinya dan bukanlah disuntik dengan dana PSO atau subsidi lainnya.
Sewaktu saya di Batam maka perbandingan etmal tarif jasa kepelabuhanan Batam dengan Singapore itu selisihnya jutaan rupiah.
Tarif di Batam itu jauh lebih murah dibandingkan Singapore tetapi hal itu sudah 35 tahun lebih TIDAK menarik bagi Pelaku Usaha Logistik International karena bagi mereka ukuran Biaya Logistik dan PDB kita Indonesia adalah 30% sedangkan Singapore tidak lebih dari 10%.
BIAYA LOGISTIK PADA KONSEP TOL LAUT
Yang disebut dengan upaya menekan Biaya Logistik itu adalah memang betul-betul menurunkan Biaya Logistik yang disebabkan oleh upaya pemerintah merapihkan birokrasinya dan bukanlah disuntik dengan dana PSO atau subsidi lainnya.
Sewaktu saya di Batam maka perbandingan etmal tarif jasa kepelabuhanan Batam dengan Singapore itu selisihnya jutaan rupiah.
Tarif di Batam itu jauh lebih murah dibandingkan Singapore tetapi hal itu sudah 35 tahun lebih TIDAK menarik bagi Pelaku Usaha Logistik International karena bagi mereka ukuran Biaya Logistik dan PDB kita Indonesia adalah 30% sedangkan Singapore tidak lebih dari 10%.
Warehouse Performance
How do you measure your warehouse performance's? You should determine and identify the goal and then maintain it and finally measure it.
We can use KPI or Key performance indicator.
KPIs need to be linked with strategic or operational objective and therefore should include labor, operations, service , finance and also quality.
Special in the warehouse, we can list some scorecard:
But, which one is to be 1st, is depends on your company and what are they doing now.
Some people said that inventory accuracy is number one. Why? because your reputation is depends on it.We can't complete order if is out of stock without recordable history or don't know how much is.
We can use KPI or Key performance indicator.
KPIs need to be linked with strategic or operational objective and therefore should include labor, operations, service , finance and also quality.
Special in the warehouse, we can list some scorecard:
- Completed ordered (how many ordered can be completed without no back ordered or delayed order)
- CPU or cost per unit
- Inventory accuracy (will be based on cycle count and inventory stock)
- Waste (items adjusted in and out during cycle count and damaged)
- Safety (Should have recordable accident - follow OSHA rate)
- Productivity
But, which one is to be 1st, is depends on your company and what are they doing now.
Some people said that inventory accuracy is number one. Why? because your reputation is depends on it.We can't complete order if is out of stock without recordable history or don't know how much is.
Saturday, June 6, 2015
Akurasi Inventory
Akurasi inventory atau akurasi pada bagian warehouse salah satu kuncinya terletak pada sistem WMS yang dipakai. Terutama benturannya dengan space dimana satu barang bisa berada di banyak lokasi. Sehingga pekerja di warehouse tidak perlu mengetahu letak hanya berdasarkan ingatan.
Beradasarkan konsep WMS maka lokasi merupakan suatu identitas unique sehingga saat stok opname harus berdasarkan akurasi lokasi.
Suatu case di salah satu perusahaan yang telah melakukan stock opname atau penghitungan stock aktual secara periodik yaitu daily atau weekly dan sebulan sekali serta untuk WMS telah menggunakan system SAP B1 masih mempunyai akurasi stock sekitar 96.2% tetapi nilai variant dalam rupiah sangat besar sekali.
Sumber :
IPOMS APICS Milist
Thursday, May 7, 2015
Aliran Barang, Aliran Jasa dan Aliran Informasi
Secara umum dan paling populer dan yang kita kenal, boleh jadi aliran yang dikelola dalam SCM hanya meliputi aliran barang, aliran jasa, aliran informasi dan aliran uang. Untuk itu saya ingin mengingatkan kembali, aliran apa saja yang sebetulnya dikelola dalam logistik ini (selanjutnya aliran ini juga yang akan dikelola dalam SCM). Walaupun secara umum dikenal empat aliran, tapi bukan berarti hanya empat aliran ini saja yang dikelola dalam logistik.
Secara kronologis, La Londe (1994) dan Johnson (1996) menekankan bahwa aliran yang dikelola dalam logistik adalah aliran barang. Sedangkan Blancard (1998) menyatakan bahwa aliran yang dikelola adalah aliran barang dan informasi. Selanjutnya menurut CSCMP (council of supply chain management professional) aliran yang dikelola dalam logistik adalah aliran barang, jasa dan informasi.
Sementara itu, Sheffi dari MIT menyatakan lebih lanjut menyatakan bahwa aliran yang dikelola dapat meliputi aliran barang, jasa, informasi, uang dan ide. Pada satu tulisan di wikipedia, dinyatakan selanjutnya, bahwa yang dikelola dalam logistik dapat berupa aliran barang, jasa, informasi, energi dan orang. Jadi dari para pendapat pakar tersebut, aliran yang dikelola dalam logistik paling tidak ada sebanyak tujuh aliran yaitu aliran barang, jasa, informasi, uang, ide, orang dan energi.
Hal ini dapat berarti bahwa pada suatu institusi bisnis, terdapat aliran yang dominan dan aliran penunjang yang dikelola dalam logistik (yang selanjutnya dikelola juga dalam SCM). Aliran dominan menjadi penentu, target atau semacam hitungan pokok sedemikian hingga aliran pendukung dapat mengacu pada hitungan aliran dominan tadi. Walaupun demikian aliran yang tidak dominan/ aliran penunjang ini tetap harus dikelola secara efektif dan efisien.
Misal dalam perbankan, sudah barang pasti aliran utama yang dikelola adalah aliran uang, sementara aliran lainnya seperti barang (kartu atm, buku tabungan), aliran informasi (ICT), aliran jasa (produk2 perbankan) dan aliran lainnya adalah penunjang yang diperuntukkan untuk mendukung kelancaran dari aliran dominan yaitu aliran uang tadi.
Dalam suatu manufaktur, sudah barang tentu aliran yang dikelola secara dominan adalah aliran barang, dari awal bahan baku masuk sampai dengan barang jadi keluar. Tetapi ke enam aliran lainnya sesungguhnya dikelola untuk mendukung aliran dominan tadi.
Untuk industri jasa traveling, rumah sakit atau jasa pemberangkatan haji nampaknya aliran yang dominan dikelola adalah aliran orang. Dalam dunia militer, ketika penyerbuan ke suatu daerah, yang dikelola secara dominan juga adalah aliran orang (tentara) baru kemudian aliran lainnya berturut2 diperuntukkan untuk mendukungnya.
Pada industri seperti PLN atau PGN tentu yang dikelola adalah aliran energi bukan aliran barang seperti menara PLN atau kabel2. Aliran barang spt itu dipergunakan untuk melancarkan aliran utamanya.
Dalam dunia riset atau bisnis media serta pendidikan, boleh jadi aliran utamanya adalah aliran ide tetapi boleh jadi juga aliran informasi.
Dalam bisnis logistik, barang kali terdapat aliran utama yang dikelolanya yaitu aliran jasa, seperti jasa pengiriman atau jasa pergudangan. Sementara aliran lain dipergunakan untuk mendukung aliran utama ini.
Milis : Apics-Id
Friday, April 17, 2015
Warehouse Operations
Description
Directs the efficient and cost-effective operation of commercial or
industrial distribution center or warehousing facilities. Manages inbound
activities related to the receipt and storage of goods, inventory
management, and claims. Oversees outbound activities related to
order-filling, stock replenishment, and shipping. Responsible for budgeting,
customer service, facility and equipment operation. Administers overall
inventory management, productivity, accuracy, and loss prevention programs
to ensure that customer requirements are met.
Key Duties
1. Coordinator inbound and/or outbound activities
2. Implements safety, security, housekeeping, and sanitation programs
3. Responsible or accurate inventory and productivity levels
4. Hires, supervises, schedules, and trains personnel
5. May manage documentation and flow of imported goods through bonded
warehousees
Required Skills
Broad knowledge of material handling, warehouse operations and
transportation system required; knowledge of the Occupational Safety and
health Administration (OSHA) safety rules required; skills with an emphasis
on communication (training, team building, negotiation skills,
interdepartmental interaction), leadership and supervision (motivation,
directing) and management (planning, budgeting, projecting revenues,
analyzing accounts); computer proficiency.
Career Path
Work experience as a Distribution Supervisory, Production Supervisor,
Logistics Specialist can lead to this area. Success may lead to
opportunities in: Logistics Management, Facility Management, Transportation
Director, or Director of Operations.
Source: Careers In Logistics (Council of Logistics Management)
Source photo :
https://www.pymnts.com/news/ecommerce/2019/online-shopping-drives-up-rent-for-warehouses/
Data Warehouse Management
Data Warehouse Management atau DWM ini adalah tools/software yang mengelola / mengatur / mengkonsolidasi semua pergerakan dan data inventory di warehouse. Tugas lainnya adalah melakukan sinkronisasi data mereka dengan data yang dimiliki client. Ini menurut saya sangat penting, karena terjadinya perbedaan (discrepancy), akan sangat berpengaruh pada nilai trusted perusahaan.
Karena itu, DWM memang harus memenuhi kriteria:
- Reliable
- Up to date /real time
- Tangguh (bandel)
- Konektivitas tinggi
- Kemampuan menyimpan data dalam jumlah besar (multi storage)
Karena itu, DWM memang harus memenuhi kriteria:
- Reliable
- Up to date /real time
- Tangguh (bandel)
- Konektivitas tinggi
- Kemampuan menyimpan data dalam jumlah besar (multi storage)
Running Warehouse Goal
Goal dari running warehouse, tiap departemen dan perusahaan kemungkinan memiliki jawaban yang berbeda, tergantung pada scope, jenis usaha dan service yang diberikan.
Namun secara garis besar bisa kita tarik kesimpulan sbb :
Accuracy stock dengan target 100%, meskipun kenyataannya mencapai angka 96-98% sudah sangat bagus sekali. Pencapaian 100% bisa jika jumlah SKU's less than 100.
Service level baik, yaitu jumlah returnable yang sedikit, reject customer sedikit, bahkan nol. Ini juga salah satu goal warehouse.
Maximum space. Berhubungan dengan cost, jika space luas dan lebar, maka kita bisa storage lebih banyak barang, tentu profit juga.
Sistem informasi yang baik. Data terintegrasi, online. Automated transaction, real time. Pilihannya bisa pake WMS.
Resources manpower yang cukup dan skilled. Anggota warehouse yang qualified yaitu orang yang teliti, juga fisik harus sehat.
Namun secara garis besar bisa kita tarik kesimpulan sbb :
Accuracy stock dengan target 100%, meskipun kenyataannya mencapai angka 96-98% sudah sangat bagus sekali. Pencapaian 100% bisa jika jumlah SKU's less than 100.
Service level baik, yaitu jumlah returnable yang sedikit, reject customer sedikit, bahkan nol. Ini juga salah satu goal warehouse.
Maximum space. Berhubungan dengan cost, jika space luas dan lebar, maka kita bisa storage lebih banyak barang, tentu profit juga.
Sistem informasi yang baik. Data terintegrasi, online. Automated transaction, real time. Pilihannya bisa pake WMS.
Resources manpower yang cukup dan skilled. Anggota warehouse yang qualified yaitu orang yang teliti, juga fisik harus sehat.
Dry Port
POTENSI DRY PORT DI INDONESIA BELUM DIKEMBANGKAN SECARA OPTIMAL
Kepala Badan Litbang Perhubungan Ir. L. Denny Siahaan, menyatakan sejauh ini keberadaan Dry Port di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal, padahal sistem Dry Port yang didukung angkutan barang melalui kereta api apabila terkelola dengan baik akan mampu memperkuat sistem logistik nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Denny Siahaan manakala membuka acara Round Table Discussion (RTD) dengan tema “Peranan Transportasi Kereta Api Barang dari Dry Port/Kawasan Industri Menuju ke Pelabuhan di Pulau Jawa dalam Rangka Menunjang Sistem Logistik Nasional” di ruang rapat kantor Badan Litbang Jakarta, Kamis (29/4).
Denny menjelaskan bahwa saat ini Indonesia mempunyai 5 dry port, yaitu Terminal Peti Kemas (TPK) Tebing Tinggi di Sumut, TPK Kertapati di SUmsel, TPK Gedebage di Jabar, TPK Solo Jebres di Jateng, dan TPK Rambipuji di Jatim. Meskipun demikian, yang dapat beroperasi adalah TKP Gedebage dengan kondisi yang mengalami penurunan.
Salah satu penyebabnya menurut Denny menjelaskan karena kereta api kalah bersaing dengan moda angkutan jalan. Lebih lanjut menurut Denny, Badan Litbang Perhubungan terkait dengan pola pergerakan peti kemas telah melakukan observasi 3 lokasi obyek pengamatan (Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Emas, Semarang; dan Tanjung Perak, Surabaya dengan 209 sampel.
Terkait dengan jarak perjalanan rata-rata diperoleh hasil jarak perjalanan terbesar didominasi oleh jarak perjalanan dibawah 50 km dengan prosentase 50%, 51-100 km sebesar 35%, 101-150 km sebesar 7%, 151-200 dan 201-250 km masing-masing sebesar 4%. Denny menjelaskan, apabila keunggulan kereta api adalah dalam jarak di atas 200 km, berarti peti kemas belum tergarap oleh kereta api.
Sumber:
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia (Web: http://www.dephub.go.id)
URL: http://www.dephub.go.id/read/berita/badan-penelitian-dan-pengembangan/2275
Kepala Badan Litbang Perhubungan Ir. L. Denny Siahaan, menyatakan sejauh ini keberadaan Dry Port di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal, padahal sistem Dry Port yang didukung angkutan barang melalui kereta api apabila terkelola dengan baik akan mampu memperkuat sistem logistik nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Denny Siahaan manakala membuka acara Round Table Discussion (RTD) dengan tema “Peranan Transportasi Kereta Api Barang dari Dry Port/Kawasan Industri Menuju ke Pelabuhan di Pulau Jawa dalam Rangka Menunjang Sistem Logistik Nasional” di ruang rapat kantor Badan Litbang Jakarta, Kamis (29/4).
Denny menjelaskan bahwa saat ini Indonesia mempunyai 5 dry port, yaitu Terminal Peti Kemas (TPK) Tebing Tinggi di Sumut, TPK Kertapati di SUmsel, TPK Gedebage di Jabar, TPK Solo Jebres di Jateng, dan TPK Rambipuji di Jatim. Meskipun demikian, yang dapat beroperasi adalah TKP Gedebage dengan kondisi yang mengalami penurunan.
Salah satu penyebabnya menurut Denny menjelaskan karena kereta api kalah bersaing dengan moda angkutan jalan. Lebih lanjut menurut Denny, Badan Litbang Perhubungan terkait dengan pola pergerakan peti kemas telah melakukan observasi 3 lokasi obyek pengamatan (Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Emas, Semarang; dan Tanjung Perak, Surabaya dengan 209 sampel.
Terkait dengan jarak perjalanan rata-rata diperoleh hasil jarak perjalanan terbesar didominasi oleh jarak perjalanan dibawah 50 km dengan prosentase 50%, 51-100 km sebesar 35%, 101-150 km sebesar 7%, 151-200 dan 201-250 km masing-masing sebesar 4%. Denny menjelaskan, apabila keunggulan kereta api adalah dalam jarak di atas 200 km, berarti peti kemas belum tergarap oleh kereta api.
Sumber:
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia (Web: http://www.dephub.go.id)
URL: http://www.dephub.go.id/read/berita/badan-penelitian-dan-pengembangan/2275
Thursday, April 2, 2015
Biaya Operasional Kendaraan
Sebagai informasi, berikut adalah data perincian biaya operasional
kendaraan dengan model RUCKS dan hasil survei perusahaan:
MODEL RUCKS:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.093/truk/km
- BBM: 28% (dari total)
- Pelumas: 2%
- Ban: 1%
- Suku cadang: 18%
- Montir: 1%
- Upah awak truk: 10%
- Penyusutan: 27%
- Pembayaran bunga: 10%
- Overhead: 2%
SURVEI PERUSAHAAN:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.514/truk/km
- BBM: 39% (dari total)
- Pelumas, ban: 13%
- Biaya pemeliharaan: 4%
- Upah montir: 3%
- Upah supir: 11%
- Penyusutan: 5%
- Pembayaran bunga: 10%
Logistics & Supply Chain Center (LOGIC)
Widyatama University
kendaraan dengan model RUCKS dan hasil survei perusahaan:
MODEL RUCKS:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.093/truk/km
- BBM: 28% (dari total)
- Pelumas: 2%
- Ban: 1%
- Suku cadang: 18%
- Montir: 1%
- Upah awak truk: 10%
- Penyusutan: 27%
- Pembayaran bunga: 10%
- Overhead: 2%
SURVEI PERUSAHAAN:
Rata-rata untuk semua rute:
Biaya operasional kendaraan Rp 3.514/truk/km
- BBM: 39% (dari total)
- Pelumas, ban: 13%
- Biaya pemeliharaan: 4%
- Upah montir: 3%
- Upah supir: 11%
- Penyusutan: 5%
- Pembayaran bunga: 10%
Logistics & Supply Chain Center (LOGIC)
Widyatama University
Why Is Sales & Operations Planning So Hot?
With Businesses Becoming Ever More Complex, S&OP is a Necessity
Expert Insight: The S&OP Report
By Tom Wallace
“Tom, S&OP is the hottest strategic issue I’ve seen in years,” stated
Dave Caruso, a Vice President at business research firm AMR. That
agrees with how lots of people see it. Many, many companies today are
jumping on the Sales & Operations Planning (S&OP) bandwagon.
Why? After all, S&OP has been around for quite a while: about 20
years. What’s causing this sudden surge in interest?
Well, there are several reasons:One is the very fact that it has been
around for 20 years or so. Thus its current popularity conforms to
what I call the process adoption curve. This says that there is a 15
to 25-year lag between the development of major new processes and
their widespread adoption.
Think about it. MRP was invented shortly after 1960, but didn’t really
gain momentum until the early ‘80s. Total Quality also got its start
in the ‘60s and didn’t get big until the mid- to late-80s. Just-in-
Time came over from Japan in the late 1970s but it’s taken until
recently for it to become very popular as Lean Manufacturing. Ditto
for Six Sigma.
Another reason S&OP is so hot is its power as a coordination tool. As
such, it’s very different from tools to increase reliability (Total
Quality, Six Sigma, and so on). Further, it’s different from tools to
reduce waste and time (Just-in-Time, Lean Manufacturing, and the
like.) S&OP’s job is to help people deal with complexity and change.
Here are two questions for you: If a business is very simple, and if
things rarely change, does it need S&OP? I doubt it. Whatever
coordination and forward planning is required can probably be done on
the back of an envelope.The second question: have you seen many
companies like that lately? I haven’t. This is the 21st century;
change is a way of life. Further, despite the wonderful simplicity
that Lean provides, most businesses are becoming more complex, not
less.
S&OP can help greatly to manage in a complex, rapidly changing
environment. Complexity is increasing – due in part to global
sourcing, off shoring, and extensive use of contract manufacturers.
Change is accelerating, due in part to demanding customers such as you
and I who want quicker response, more product variety, and the next
big thing sooner not later. Companies are turning to the powerful
coordination tool known as S&OP to help them cope with this complexity
and change.
Source:
http://www.scdigest.com/Assets/Experts/Wallace_06-10-10.php?cid=1262
Expert Insight: The S&OP Report
By Tom Wallace
“Tom, S&OP is the hottest strategic issue I’ve seen in years,” stated
Dave Caruso, a Vice President at business research firm AMR. That
agrees with how lots of people see it. Many, many companies today are
jumping on the Sales & Operations Planning (S&OP) bandwagon.
Why? After all, S&OP has been around for quite a while: about 20
years. What’s causing this sudden surge in interest?
Well, there are several reasons:One is the very fact that it has been
around for 20 years or so. Thus its current popularity conforms to
what I call the process adoption curve. This says that there is a 15
to 25-year lag between the development of major new processes and
their widespread adoption.
Think about it. MRP was invented shortly after 1960, but didn’t really
gain momentum until the early ‘80s. Total Quality also got its start
in the ‘60s and didn’t get big until the mid- to late-80s. Just-in-
Time came over from Japan in the late 1970s but it’s taken until
recently for it to become very popular as Lean Manufacturing. Ditto
for Six Sigma.
Another reason S&OP is so hot is its power as a coordination tool. As
such, it’s very different from tools to increase reliability (Total
Quality, Six Sigma, and so on). Further, it’s different from tools to
reduce waste and time (Just-in-Time, Lean Manufacturing, and the
like.) S&OP’s job is to help people deal with complexity and change.
Here are two questions for you: If a business is very simple, and if
things rarely change, does it need S&OP? I doubt it. Whatever
coordination and forward planning is required can probably be done on
the back of an envelope.The second question: have you seen many
companies like that lately? I haven’t. This is the 21st century;
change is a way of life. Further, despite the wonderful simplicity
that Lean provides, most businesses are becoming more complex, not
less.
S&OP can help greatly to manage in a complex, rapidly changing
environment. Complexity is increasing – due in part to global
sourcing, off shoring, and extensive use of contract manufacturers.
Change is accelerating, due in part to demanding customers such as you
and I who want quicker response, more product variety, and the next
big thing sooner not later. Companies are turning to the powerful
coordination tool known as S&OP to help them cope with this complexity
and change.
Source:
http://www.scdigest.com/Assets/Experts/Wallace_06-10-10.php?cid=1262
5 Pprinciples of Financial Planning
Do you want to achieve financial freedom as early as possible?
You want to but don't know how to do it?
Do you know the principles that make up for successful financial planning?
Do you save a decent part of your salary and want to invest it in good mutual funds?
How much saving is enough for you to begin investing in mutual funds for the long term?
What are the returns that you can expect?
You have bought more than half a dozen mutual funds and want to pare your exposure so that you can focus only on a few?
Which are the best mutual funds to invest in for the long term?
Financial planning expert Vetapalem Sridhar
answered these and several other queries related to financial planning and freedom for you and your family.
For those of you who missed the chat, here is the transcript.
Suresh asked,
GoodAfternoon Sridhar.
I have Rs.10000 every month after all my monthy expenditures are done.
Could you tell me what principles should i keep in mind while financial planning?
Could you provide a basic plan also?
Vetapalem Sridhar answers,
Hi Suresh, There r simple rules that u should keep in mind regarding Financial Planning.
1. Have clear defined objectives in life.
2. Never mix Insurance and Investments.
3. Ur risk profile does not depend only on ur feeling of fear. It primarily depends on the horizon of investing. The longer the horizon, the more is the risk taking ability.
4. A suitable Asset Allocation Plan (Debt/Equity/ Real Estate) is the key to long term success of a Financial Plan.
5. Be aware of wat is happening to ur money, even if u r taking external help. Unless u put persomal effort the money will not grow to the best of its potential.
'Financial freedom is all about discipline'
http://www.rediff. com/getahead/ 2007/dec/ 06trans.htm
Re-Born, Belajar dari Elang
Elang, eagle, tentunya sudah sangat familiar bagi kita. Ya, hewan karnivora yang termasuk kelas unggas. Unggas yang mampu terbang sangat tinggi ini, memiliki cakar yang tajam, paruh yang pendek lancip dengan ujung sedikit melengkung tajam, sayap yang kuat dan lebar, sungguh gagah perkasa. Elang adalah salah satu jenis unggas yang dapat hidup dalam usia yang cukup panjang, bahkan bias mencapai usia 70 tahun.
Ketika elang berumur 40 tahun, maka kondisinya tidak lagi sama dengan ketika di masih menjadi pemuda/pemudi elang sepuluh/belasan tahun sebelumnya. Cakarnya yang dulunya tajam sekarang sudah semakin panjang, rapuh dan tumpul. Paruhnya yang dulunya kokoh melancip yag sanggup mencabik mangsanya sangat dalam namun kini paruh itu semakin tua dan panjang sehingga ujung paruhnya yang melengkung nyaris mencekik lehernya sendiri.
Begitu pula dengan sayapnya yang dulu kokoh kini suda semakin lemah dan berat karena bulu-bulunya sudah terlalu panjang dan lebat. Ia sudah semakin sulit untuk terbang, hunting mencari makan, bertarung dan berjuang menghadapi seleksi alam. Keperkasaannya mulai sirna padahal ia masih ingin tetap bertahan hidup puluhan tahun lagi.
Ia dihadapkan pada dua pilihan, mati diusia 40 tahun atau… atau… bagaimana?
Apakah yang dilakukan sang elang selanjutnya? ?? Apakah dia berkeluh kesah atas semua itu? Atau berputus asa, pasrah dengan keadaan dirinya? Menerima saja bahwa ia ditaqdirkan hanya hidup selama 40 tahun…?
Ternyata elang bukanlah makhluk lemah yang mudah patah arang. Ia mencari cara untuk mengembalikan kekuatannya. Yaitu ia harus terbang ke tempat yang sangat tinggi untuk beristirahat total selama berbulan-bulan. Apa yang dilakukannya ketika itu. Ia harus merekonstruksi senjata-senjata tubuhnya. Ia mematuk-matuk dengan paruhnya sekuat tenaga, hingga parus tuanya itu terlepas dan tumbuh paruh yang baru. Lalu berdiam diri menunggu paruhnya yang baru tumbuh sempurna.
Kemudian paruh yang baru itu digunakan untuk mencabut kuku-kukunya yang telah lemah. Ia mencakar-cakar dengan sangat kasar agar kuku-kukunya lepas dan berganti dengan kuku-kuku yang baru. Tidak sampai di situ, ia pun kemudian mencabuti bulu-bulunya terutama di bagian sayap. Itu semua dilakukannya tentu bukanlah dengan kemudahan. Selanjutnya ia berdiam diri hingga lima bulan kemudian bulu-bulunya yang baru tumbuh dan ia bias kembali terbang. Sungguh merupakan proses yang sangat panjang dan menyakitkan.
Kesuksesan butuh pengorbanan. Kiranya itulah salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari sang elang. Meski harus dengan sengaja membuat dirinya merasakan sakit yang teramat sangat, tapi untuk kejayaannya dia tahan uji. Walaupun dengan mengerahkan segenap sisa-sisa tenaga di usia separuh baya, namun tak menyurutkan langkahnya untuk menduduki kembali singgasana kebesaran kerajaannya.
Banyak manusia yang ingin sukses. Mungkin hampir seluruhnya. Ingin seperti ini dan itu, ingin miliki ini dan itu, ingin begini ingin begitu, impian yang sekain tinggi tak berbatas. Timbul pertanyaannya, apa yang akan kita lakukan untuk mewujudkan impian itu? Lalu kapan kita akan mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan?
Sang Elang bukan sosok yang berkeluh kesah, pasrah dan gampang menyerah. Maka belajarlah dari elang. Di usia 40 tahun yang sudah tidak produktif ia ingin lahir kembali (re-born) sebagai elang yang baru, yang segar yang kuat, jaya, perkasa. Siapa pun kita yang saat ini sedang gagal, baru saja gagal, atau belum tau akan berhasilkah atau gagalkah, mari belajar dari elang. Kita koreksi-evaluasi diri kita. Mungkin banyak yang harus diperbaiki, jasmani dan rohani.
Sumber :
Milist manajemen@yahoogroups.com
Mary Kay Ash
Pernah mendengar nama Mary Kay, lengkapnya Mary Kay Ash.
Mary Kay adalah nama besar dalam industri kosmetik wanita. Namun, adakah yang tahu bahwa ibu rumah tangga yang sebelumnya hidup pas-pasan secara tidak sengaja memulai karir cemerlangnya sebagai sales buku.
Ketika saya masih menjadi seorang ibu rumah tangga muda, pada suatu Jumat sore bel pintu rumah saya berdering. Ida Blake, seorang yang belum pernah saya kenal, berdiri di pintu meminta agar dapat masuk dan menjelaskan apa gunanya memiliki satu set buku yang perlu dibacakan oleh orang tua untuk anak-anaknya. Saya menyuruhnya masuk, dan sebelum saya mengetahui isinya, dia telah membuat saya sangat tertarik untuk membeli buku tersebut, Child Psychology Bookshelf, yang diterbitkan oleh Grolier’s Society.
Seorang ibu dapat mencari setiap masalah dari indeks, dan menemukan ceritayang berhubungan dengan moral yang baik untuk dibacakan bagi putra-putrinya.
Misalnya, suatu kisah tentang seorang anak yang bercerita dengan kebohongan—yang biasa dilakukan anak-anak pada umur sekitar empat atau lima tahun. Sebagaiseorang ibu muda yang berusaha untuk mengajarkan kepada anak-anak saya tentang baik dan buruk, saya menganggap buku-buku tersebut adalah yang terbaik yang pernah saya lihat.
Ketika Ida mengatakan kepada saya bahwa buku-buku tersebut berharga $50, saya merasa sedih. “Maaf, saya kira saya lebih mungkin terbang ke bulan daripada membeli buku tersebut,” kata saya kepadanya. “Itu di luar kemampuan saya.”
Ini adalah sepenggal kasus yang diceritakan langsung oleh Mary Kay dalam buku "52 Kisah Penjualan Spektakuler, Penuturan Penjual Terhebat Dunia".
Apa yang membuat buku ini istimewa adalah karena masing-masing kisah dalam buku ini dituturkan langsung oleh pelakunya sendiri, dan pelaku yang saya maksudkan disini bukan orang biasa-biasa. Selain Mary Kay Ash, disini ada banyak nama besar seperti Jack A. Sullivan, Joe Girard, Tom Hopkins, Ross Perot, Zig Ziglar dan masih banyak lagi. Bagusnya, kisah-kisah penjualan dari nama-nama besar ini dikelompokkan menjadi:
Sikap Mental.
Setiap penjualan dimulai dari benak seorang wiraniaga. Sebelum dapat menjual sesuatu kepada seseorang, pertama-tama Anda harus percaya bahwa Anda akan mampu melakukannya. Jika Anda tidak percaya pada diri sendiri, perusahaan Anda, produk Anda, tidak mungkin Anda dapat meyakinkan orang lain untuk percaya juga. Pada bagian ini, Anda akan mengenal betapa pentingnya sikap mental positif dalam proses menjual.
Pendekatan Awal.
Setiap orang yang pernah menjual sesuatu tentu tahu bahwa menapak kan kaki di muka pintu rumah prospek merupakan langkah awal dari suatu penjualan. Secara umum, bila kita menggunakan analogi permainan baseball, Anda tidak akan bisa memukul bola jika Anda tidak pernah mendapat kesempatan memukul.
Ada banyak wiraniaga yang “mengetuk pintu” melalui telepon, jadi tidaklah heran apabila banyak prospek enggan dengan kehadiran wiraniaga. Kadang-kadang bukan prospek langsung nya yang menolak, tetapi malahan “penjaga pintunya.” Mereka adalah orang yang mempunyai tugas untuk menyensor para wiraniaga—dan hanya mengizinkan segelintir orang yang layak untuk bertemu dengan bos!
Umumnya, mereka adalah resepsionis, sekretaris, atau asisten. Tentu saja, setiap wiraniaga akan berusaha lolos dari saringan si penjaga pintu tersebut. Dengan membaca bagian ini, Anda akan tahu bahwa keberhasilan untuk bertemu dengan prospek hanya sedikit tergantung pada perusahaan yang Anda wakili atau, dalam hal ini, bahkan dengan produk yang Anda jual. Sebaliknya, sangat tergantung pada kemampuan Anda untuk memberikan kesan pertama yang tepat.
Menjual Diri Sendiri.
Karena tidak sedikit wiraniaga yang menawarkan produk sama atau sejenis dengan yang Anda jual, maka penting sekali untuk ‘menjual’ diri Anda sendiri. Singkat kata, bila orang tidak tertarik dengan Anda, dia tidak akan tertarik dengan produk Anda. Tidak seperti masa-masa lalu di mana penjualan tergantung pada hadiah atau pun jamuan yang diberikan kepada pelanggan, saat ini dibutuhkan lebih dari itu untuk memuaskan pelanggan. Sikap-sikap seperti antusiasme dan keyakinan diri sangat menentukan dalam melakukan penjualan dan dalam mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Pada bagian ini, Anda akan mengetahui bagaimana beberapa wiraniaga profesional melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam ‘menjual’ diri mereka.
Inovasi.
Menariknya, ketika Anda diminta untuk memikirkan tentang orang yang paling kreatif, jarang sekali Anda akan menempatkan seorang wiraniaga dalam deretan paling atas pada daftar. Namun demikian, selama bertahun-tahun saya telah mengobservasi betapa wiraniaga yang baik berada di antara orang yang paling kreatif dan inovatif yang pernah saya jumpai.
Berapa banyakkah mereka?
Dengan membaca bagian ini, Anda akan menemukan betapa inovatifnya sebagian di antara mereka. Mereka begitu inovatif, sehingga saya yakin bahwa inilah kualitas utama yang membuat sebagian besar wiraniaga paling elit berada di kelasnya. Unsur inovasi inilah yang, sesungguhnya, menambahkan suatu dimensi baru bagi keunggulan mereka. Saat membacanya, ingatlah untuk mencari gagasan yang dapat Anda terapkan bagi diri sendiri.
Menjual Solusi.
Menemukan solusi bagi masalah pelanggan Anda adalah cara yang sangat persuasif untuk membuat penjualan. Seperti yang akan Anda amati, ancangan ini khususnya efektif untuk menjual hal-hal yang besar seperti polis asuransi jiwa yang besar, sistem komputer, atau real estate dalam bentuk besar. Kisah-kisah dalam bagian ini menggambarkan bagaimana memecahkan masalah pelanggan akan menghasilkan komisi yang amat sangat besar.
Menciptakan Rasa Urgensi.
Ketika tiba saatnya membuat keputusan pembelian, banyak orang melakukan penangguhan. Salah satu sebab orang lebih suka menunda keputusan pembelian karena mereka di program untuk “berpikir ulang” ketimbang memberikan persetujuannya kepada seorang wiraniaga. Mereka tidak ingin mengeluarkan uangnya karena tidak yakin akan nilai barang yang dibeli, atau ragu-ragu membeli karena takut membuat keputusan yang salah.
Jadi dengan menghindari membuat sebuah keputusan secara keseluruhan, mereka dapat mencegah membuat keputusan pembelian yang salah. Untuk mengatasi hambatan penjualan yang demikian, seorang wiraniaga harus menciptakan rasa urgensi agar prospek menyadari bahwa dia mempunyai sesuatu yang pasti diperoleh dengan bertindak saat itu juga—atau menderita kerugian dengan menundanya! Kisah pada bagian ini memperlihatkan bagaimana para pelanggan bereaksi ketika rasa urgensi diciptakan.
Menutup Penjualan.
Tidak terjadi apa pun sampai penjualan ditutup. Tidak peduli seberapa baik melakukan presentasi penjualan, bila Anda keluar tanpa sebuah order, Anda gagal menjalankan pekerjaan! Tempatkan segala sesuatunya pada perspektifnya yang tepat, maka sasaran utama Anda sebagai wiraniaga adalah menutup penjualan. Tanpa menutup penjualan, baik Anda maupun calon pelanggan tidak akan mendapatkan manfaat.
Jadi, dengan alasan yang sangat jelas, menjadi seorang penutup yang baik penting bagi karier Anda sebagai wiraniaga. Meskipun menutup penjualan merupakan bagian terpenting dari proses penjualan, di bidang inilah para wiraniaga berkemungkinan kecil untuk saling mengungguli. Jadi, dapat dimengerti, bila para wiraniaga terus-menerus berupaya mencari teknik untuk membuatnya makin ahli. dalam menutup penjualan. Bagian ini berisikan kisah tentang betapa sulitnya penjualan ditutup. Setiap teknik penutupan telah diujikan di lapangan—dan berhasil. Tidak ada yang hipotetis. Bacalah dan cobalah sendiri!
Melayani Pelanggan.
Pada awal karier, saya pernah mendengar seorang wiraniaga berkata, “Penjualan tidak dimulai sampai pasca penjualan.” Saat itu, saya tidak memahami maksud katakatanya. Bertahun-tahun kemudian, saya baru memahami apa yang dimaksudkannya. Kedua kata penjualan dan servis harus selalu bersamaan. Anda tidak dapat memisahkannya karena Anda tidak dapat memiliki hanya salah satunya saja.
Keberhasilan yang sesungguhnya dalam penjualan hanya datang dari pesanan kembali dan pengakuan dari para pelanggan yang merasa puas. Pada pasar yang sangat kompetitif seperti saat ini, saya rasa tidak mungkin dapat dikatakan cukup berhasil tanpa memberikan servis yang baik kepada para pelanggan. Pada bagian akhir buku ini, Anda akan menemukan bagaimana servis yang baik memberikan hasil dividen yang besar—bagaimana melayani pelanggan menjadi penentu keberhasilan dalam bidang penjualan. Setiap kisah pada bagian ini menegaskan pesan tersebut.
Sumber :
Milist manajemen@yahoogroups.com
Mary Kay adalah nama besar dalam industri kosmetik wanita. Namun, adakah yang tahu bahwa ibu rumah tangga yang sebelumnya hidup pas-pasan secara tidak sengaja memulai karir cemerlangnya sebagai sales buku.
Ketika saya masih menjadi seorang ibu rumah tangga muda, pada suatu Jumat sore bel pintu rumah saya berdering. Ida Blake, seorang yang belum pernah saya kenal, berdiri di pintu meminta agar dapat masuk dan menjelaskan apa gunanya memiliki satu set buku yang perlu dibacakan oleh orang tua untuk anak-anaknya. Saya menyuruhnya masuk, dan sebelum saya mengetahui isinya, dia telah membuat saya sangat tertarik untuk membeli buku tersebut, Child Psychology Bookshelf, yang diterbitkan oleh Grolier’s Society.
Seorang ibu dapat mencari setiap masalah dari indeks, dan menemukan ceritayang berhubungan dengan moral yang baik untuk dibacakan bagi putra-putrinya.
Misalnya, suatu kisah tentang seorang anak yang bercerita dengan kebohongan—yang biasa dilakukan anak-anak pada umur sekitar empat atau lima tahun. Sebagaiseorang ibu muda yang berusaha untuk mengajarkan kepada anak-anak saya tentang baik dan buruk, saya menganggap buku-buku tersebut adalah yang terbaik yang pernah saya lihat.
Ketika Ida mengatakan kepada saya bahwa buku-buku tersebut berharga $50, saya merasa sedih. “Maaf, saya kira saya lebih mungkin terbang ke bulan daripada membeli buku tersebut,” kata saya kepadanya. “Itu di luar kemampuan saya.”
Ini adalah sepenggal kasus yang diceritakan langsung oleh Mary Kay dalam buku "52 Kisah Penjualan Spektakuler, Penuturan Penjual Terhebat Dunia".
Apa yang membuat buku ini istimewa adalah karena masing-masing kisah dalam buku ini dituturkan langsung oleh pelakunya sendiri, dan pelaku yang saya maksudkan disini bukan orang biasa-biasa. Selain Mary Kay Ash, disini ada banyak nama besar seperti Jack A. Sullivan, Joe Girard, Tom Hopkins, Ross Perot, Zig Ziglar dan masih banyak lagi. Bagusnya, kisah-kisah penjualan dari nama-nama besar ini dikelompokkan menjadi:
Sikap Mental.
Setiap penjualan dimulai dari benak seorang wiraniaga. Sebelum dapat menjual sesuatu kepada seseorang, pertama-tama Anda harus percaya bahwa Anda akan mampu melakukannya. Jika Anda tidak percaya pada diri sendiri, perusahaan Anda, produk Anda, tidak mungkin Anda dapat meyakinkan orang lain untuk percaya juga. Pada bagian ini, Anda akan mengenal betapa pentingnya sikap mental positif dalam proses menjual.
Pendekatan Awal.
Setiap orang yang pernah menjual sesuatu tentu tahu bahwa menapak kan kaki di muka pintu rumah prospek merupakan langkah awal dari suatu penjualan. Secara umum, bila kita menggunakan analogi permainan baseball, Anda tidak akan bisa memukul bola jika Anda tidak pernah mendapat kesempatan memukul.
Ada banyak wiraniaga yang “mengetuk pintu” melalui telepon, jadi tidaklah heran apabila banyak prospek enggan dengan kehadiran wiraniaga. Kadang-kadang bukan prospek langsung nya yang menolak, tetapi malahan “penjaga pintunya.” Mereka adalah orang yang mempunyai tugas untuk menyensor para wiraniaga—dan hanya mengizinkan segelintir orang yang layak untuk bertemu dengan bos!
Umumnya, mereka adalah resepsionis, sekretaris, atau asisten. Tentu saja, setiap wiraniaga akan berusaha lolos dari saringan si penjaga pintu tersebut. Dengan membaca bagian ini, Anda akan tahu bahwa keberhasilan untuk bertemu dengan prospek hanya sedikit tergantung pada perusahaan yang Anda wakili atau, dalam hal ini, bahkan dengan produk yang Anda jual. Sebaliknya, sangat tergantung pada kemampuan Anda untuk memberikan kesan pertama yang tepat.
Menjual Diri Sendiri.
Karena tidak sedikit wiraniaga yang menawarkan produk sama atau sejenis dengan yang Anda jual, maka penting sekali untuk ‘menjual’ diri Anda sendiri. Singkat kata, bila orang tidak tertarik dengan Anda, dia tidak akan tertarik dengan produk Anda. Tidak seperti masa-masa lalu di mana penjualan tergantung pada hadiah atau pun jamuan yang diberikan kepada pelanggan, saat ini dibutuhkan lebih dari itu untuk memuaskan pelanggan. Sikap-sikap seperti antusiasme dan keyakinan diri sangat menentukan dalam melakukan penjualan dan dalam mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Pada bagian ini, Anda akan mengetahui bagaimana beberapa wiraniaga profesional melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam ‘menjual’ diri mereka.
Inovasi.
Menariknya, ketika Anda diminta untuk memikirkan tentang orang yang paling kreatif, jarang sekali Anda akan menempatkan seorang wiraniaga dalam deretan paling atas pada daftar. Namun demikian, selama bertahun-tahun saya telah mengobservasi betapa wiraniaga yang baik berada di antara orang yang paling kreatif dan inovatif yang pernah saya jumpai.
Berapa banyakkah mereka?
Dengan membaca bagian ini, Anda akan menemukan betapa inovatifnya sebagian di antara mereka. Mereka begitu inovatif, sehingga saya yakin bahwa inilah kualitas utama yang membuat sebagian besar wiraniaga paling elit berada di kelasnya. Unsur inovasi inilah yang, sesungguhnya, menambahkan suatu dimensi baru bagi keunggulan mereka. Saat membacanya, ingatlah untuk mencari gagasan yang dapat Anda terapkan bagi diri sendiri.
Menjual Solusi.
Menemukan solusi bagi masalah pelanggan Anda adalah cara yang sangat persuasif untuk membuat penjualan. Seperti yang akan Anda amati, ancangan ini khususnya efektif untuk menjual hal-hal yang besar seperti polis asuransi jiwa yang besar, sistem komputer, atau real estate dalam bentuk besar. Kisah-kisah dalam bagian ini menggambarkan bagaimana memecahkan masalah pelanggan akan menghasilkan komisi yang amat sangat besar.
Menciptakan Rasa Urgensi.
Ketika tiba saatnya membuat keputusan pembelian, banyak orang melakukan penangguhan. Salah satu sebab orang lebih suka menunda keputusan pembelian karena mereka di program untuk “berpikir ulang” ketimbang memberikan persetujuannya kepada seorang wiraniaga. Mereka tidak ingin mengeluarkan uangnya karena tidak yakin akan nilai barang yang dibeli, atau ragu-ragu membeli karena takut membuat keputusan yang salah.
Jadi dengan menghindari membuat sebuah keputusan secara keseluruhan, mereka dapat mencegah membuat keputusan pembelian yang salah. Untuk mengatasi hambatan penjualan yang demikian, seorang wiraniaga harus menciptakan rasa urgensi agar prospek menyadari bahwa dia mempunyai sesuatu yang pasti diperoleh dengan bertindak saat itu juga—atau menderita kerugian dengan menundanya! Kisah pada bagian ini memperlihatkan bagaimana para pelanggan bereaksi ketika rasa urgensi diciptakan.
Menutup Penjualan.
Tidak terjadi apa pun sampai penjualan ditutup. Tidak peduli seberapa baik melakukan presentasi penjualan, bila Anda keluar tanpa sebuah order, Anda gagal menjalankan pekerjaan! Tempatkan segala sesuatunya pada perspektifnya yang tepat, maka sasaran utama Anda sebagai wiraniaga adalah menutup penjualan. Tanpa menutup penjualan, baik Anda maupun calon pelanggan tidak akan mendapatkan manfaat.
Jadi, dengan alasan yang sangat jelas, menjadi seorang penutup yang baik penting bagi karier Anda sebagai wiraniaga. Meskipun menutup penjualan merupakan bagian terpenting dari proses penjualan, di bidang inilah para wiraniaga berkemungkinan kecil untuk saling mengungguli. Jadi, dapat dimengerti, bila para wiraniaga terus-menerus berupaya mencari teknik untuk membuatnya makin ahli. dalam menutup penjualan. Bagian ini berisikan kisah tentang betapa sulitnya penjualan ditutup. Setiap teknik penutupan telah diujikan di lapangan—dan berhasil. Tidak ada yang hipotetis. Bacalah dan cobalah sendiri!
Melayani Pelanggan.
Pada awal karier, saya pernah mendengar seorang wiraniaga berkata, “Penjualan tidak dimulai sampai pasca penjualan.” Saat itu, saya tidak memahami maksud katakatanya. Bertahun-tahun kemudian, saya baru memahami apa yang dimaksudkannya. Kedua kata penjualan dan servis harus selalu bersamaan. Anda tidak dapat memisahkannya karena Anda tidak dapat memiliki hanya salah satunya saja.
Keberhasilan yang sesungguhnya dalam penjualan hanya datang dari pesanan kembali dan pengakuan dari para pelanggan yang merasa puas. Pada pasar yang sangat kompetitif seperti saat ini, saya rasa tidak mungkin dapat dikatakan cukup berhasil tanpa memberikan servis yang baik kepada para pelanggan. Pada bagian akhir buku ini, Anda akan menemukan bagaimana servis yang baik memberikan hasil dividen yang besar—bagaimana melayani pelanggan menjadi penentu keberhasilan dalam bidang penjualan. Setiap kisah pada bagian ini menegaskan pesan tersebut.
Sumber :
Milist manajemen@yahoogroups.com
Monday, March 30, 2015
MRP is Just Planning Process
MRP basically is just Planning Process define. with good biz process define for MRP. System need to be customized as per biz process define. System will be a TOOL for management to control all the biz process going well. yes not order things for us. But can be a lot of automated process done for approval. and etc. and for this process going well, we should have a auditor to make sure all the process done. Talk always easier than implement. The management need to give full support if they really want to change.
Without MRP, Manufacturing Company can work. But not efficient. a lot of problem will occur along the way. and point to take note also when old guy out, and new guy in.
Every Manufacturing some will have same MRP biz process and some need more improvement based on its need.
Those things will be investment for Company to grow better and efficient.
MRP never old. it's the process that should be improved and make more adjustment based on the biz needed.
We'll never rely on software. Software just a tool to help ppl for better work and more efficiency, Old System if cannot support need to change to new system.
Sumber :
Milist APICS ID
Without MRP, Manufacturing Company can work. But not efficient. a lot of problem will occur along the way. and point to take note also when old guy out, and new guy in.
Every Manufacturing some will have same MRP biz process and some need more improvement based on its need.
Those things will be investment for Company to grow better and efficient.
MRP never old. it's the process that should be improved and make more adjustment based on the biz needed.
We'll never rely on software. Software just a tool to help ppl for better work and more efficiency, Old System if cannot support need to change to new system.
Sumber :
Milist APICS ID
Kecerdasan Bisnis (Business Intelligence)
Business Intelligence (atau dalam tatanan Bahasa Indonesia bisa diartikan Kecerdasan Bisnis [secara umum dikenal dengan istilah BI]) diartikan secara umum sebagai suatu kumpulan teori, metode, proses, arsitektur dan teknologi yang mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat dan berarti untuk kepentingan bisnis. BI dapat digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang berjumlah sangat banyak untuk kepentingan pengembangan peluang-peluang bisnis baru. Dengan menemukan peluang-peluang bisnis baru dan mengimplementasikan strategi yang efektif, maka sebuah perusahan dapat mendapatkan keuntungan dari sisi daya saing dan stabilitas jangka panjang.
Teknologi BI menyediakan data masa lalu, data masa kini dan prediksi dari sebuah operasi bisnis. Fungsi umum yang terdapat dalam teknologi BI adalah pelaporan, proses analitis online, data mining, process mining, proses event yang complex, business performance management, text mining, analisa prediksi dan preskriptif, dan lain-lain.
Dalam sejarah analisa data, data sebagai obyek yang atomik memiliki nilai yang dapat dihubungkan dengan data yang lain. Sebagai contoh, data pembelian barang di supermarket. Apabila kita sebuah nota pembelian, data itu mungkin tampak kurang bermakna. Namun, apabila kita mengumpulkan beberapa nota pembelian, maka kita bisa membandingkan dan mencari keselarasan antara produk-produk yang tercantum dalam nota pembelian tersebut. Hal itulah yang menjadi obyek penelitian di bidang data mining.
Kini, analisa data bisa dilihat bukan hanya dari sisi atomik, tapi bisa dilihat dari sisi proses. Process-Aware Information system adalah sebuah terminologi yang menggambarkan bahwa sistem informasi perlu memetakan sebuah proses yang terjadi. Proses yang dimaksud adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam catatan data yang terekam dalam database. Proses ini bisa berarti proses pencatatan dan bisa juga bermakna proses yang sedang terjadi dalam realitas. Apabila kita kembali ke contoh data dari nota pembelian barang di supermarket, kita akan kesusahan meneliti tentang proses yang terjadi ketika seseorang melakukan pembelian. Tetapi, kita bisa mengamati proses antrean di kasir dan berapa lama seseorang antre atau menunggu proses pembayaran di kasir, termasuk jumlah barang yang dibeli. Lebih detail lagi, kita bisa menghitung berapa waktu rata-rata yang dibutuhkan seorang kasir untuk melakukan proses penghitungan barang yang dibeli oleh konsumen.
Hal yang menarik pada saat ini adalah process mining. Process mining adalah sebuah teknologi untuk menemukan, memverifikasi dan mengembangkan sebuah bisnis proses dari data yang terekam dalam database. Data yang dibutuhkan dalam process mining adalah data aktivitas dan rekaman waktu untuk menunjukkan alur kejadian dari setiap aktivitas yang terjadi. Data lain yang diperlukan adalah unique ID (identification) yang menandakan bahwa sebuah aktivitas berjalan untuk sebuah kasus.
E-Mart, sebuah toko grosir di Korea Selatan, mencoba memetakan rute berjalan konsumen di supermarket dengan menggunakan teknologi yang digabungkan antara smartphone dan location-aware system. Dengan mengetahui lokasi sebuah produk, maka smartphone bisa mendeteksi rute terdekat dari lokasi konsumen saat ini dan menampilkan produk diskon tersebut kepada konsumen yang bersangkutan. Fungsi smartphone yang awalnya sebagai alat komunikasi beralih menjadi marketing dan route planning untuk konsumen yang bersangkutan.
Alhasil?
http://www.youtube.com/watch?v=Qch3kNUF0fE
Tingkat kenyamanan konsumen dalam berbelanja menjadi meningkat, tingkat penjualan juga meningkat dan pihak retailer bisa meneliti rute yang dijalani oleh konsumen sebagai peta historis untuk menata ulang lokasi dari produk-produk yang dijual.
Perusahaan cenderung berkeinginan untuk meneliti dan mengevaluasi proses. Namun, evaluasi proses yang terjadi seringkali dilakukan secara manual dan hanya berdasarkan pengamatan yang singkat. Process mining, sebuah metode mencari proses dari data jejak rekam historis, telah memberikan sebuah solusi untuk membantu tata letak produk di supermarket. Dalam aplikasinya, process mining juga berguna untuk optimasi proses baik yang berhubungan dengan nilai bisnis (produksi, rute, dll.) maupun virtual (data networking, etc.). Dengan meneliti data historis yang terekam dalam database, kita bisa menghimpun kumpulan data tersebut menjadi informasi yang berguna dari perspektif sebuah proses untuk efisiensi dan efektivitas bisnis kita.
Penulis :
Bernardo
Peneliti di bidang process mining
Sumber :
Milist APICS ID
Sunday, January 25, 2015
Menjadi Berbeda
Tiru dan Buat Lebih Sexy
“Menjadi berbeda” adalah seolah sudah menjadi hukum wajib bagi seseorang yang ingin memilih sebuah usaha. Dengan anggapan, seorang pebisnis harus mampu menciptakan produk atau jasa sesuatu yang benar-benar baru. Ketika Anda menciptakan sebuah bisnis perintis, maka Anda adalah leadernya, demikian kutipan dari sebuah buku bisnis.
Faktanya, tidak selalu demikian. Produk yang benar-benar baru seringkali membutuhkan waktu untuk berhasil. Minuman kemasaran seperti aqua, butuh puluhan tahun untuk mencapai market leader seperti saat ini. Sebuah restoran yang menawarkan makanan organik dan tidak menggunakan bahan baku berasal dari daging, di Jakarta, cukup sepi pengunjung, meskipun sudah beroperasi lebih dari 1 tahun.
Menawarkan sesuatu yang “benar-benar baru” bukan jaminan usaha Anda bakal sukses. Seperti halnya jika Anda menawarkan kursus tari makarena di Jakarta, maka perlu waktu untuk mengedukasi calon klien. Perlu ongkos promosi yang cukup besar. Jika Anda berhasil, bisa dipastikan, Anda bakal menjadi leader segmen pasar pengemar tari eksotik tersebut. Namun sekiranya Anda gagal maka bisnis Anda bakal bangkrut.
Jadi kalaupun Anda ingin memulai sesuatu yang benar-benar, maka syaratnya Anda harus memiliki passion yang luar biasa. Setidaknya Anda memiliki sebuah visi, dan tidak semata-mata untuk kepentingan mengejar profit.
Sumber:
Milis manajemen@yahoogroups.com
“Menjadi berbeda” adalah seolah sudah menjadi hukum wajib bagi seseorang yang ingin memilih sebuah usaha. Dengan anggapan, seorang pebisnis harus mampu menciptakan produk atau jasa sesuatu yang benar-benar baru. Ketika Anda menciptakan sebuah bisnis perintis, maka Anda adalah leadernya, demikian kutipan dari sebuah buku bisnis.
Faktanya, tidak selalu demikian. Produk yang benar-benar baru seringkali membutuhkan waktu untuk berhasil. Minuman kemasaran seperti aqua, butuh puluhan tahun untuk mencapai market leader seperti saat ini. Sebuah restoran yang menawarkan makanan organik dan tidak menggunakan bahan baku berasal dari daging, di Jakarta, cukup sepi pengunjung, meskipun sudah beroperasi lebih dari 1 tahun.
Menawarkan sesuatu yang “benar-benar baru” bukan jaminan usaha Anda bakal sukses. Seperti halnya jika Anda menawarkan kursus tari makarena di Jakarta, maka perlu waktu untuk mengedukasi calon klien. Perlu ongkos promosi yang cukup besar. Jika Anda berhasil, bisa dipastikan, Anda bakal menjadi leader segmen pasar pengemar tari eksotik tersebut. Namun sekiranya Anda gagal maka bisnis Anda bakal bangkrut.
Jadi kalaupun Anda ingin memulai sesuatu yang benar-benar, maka syaratnya Anda harus memiliki passion yang luar biasa. Setidaknya Anda memiliki sebuah visi, dan tidak semata-mata untuk kepentingan mengejar profit.
Sumber:
Milis manajemen@yahoogroups.com
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. (twitter@andrewenas) Bisnis berkembang, organisasi bertumbuh alias karyawan tambah banyak, terjadi p...
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Salah satu senjata ampuh para eksekutif untuk meningkatkan kariernya kini adalah dengan menempuh jalur pendidikan keprofesian bersertifi...
-
Performa Industri: Quality, Productivity, Safety, Cost. Manakah yang perlu diprioritaskan? Banyak sekali metode-metode yang dapat dipakai un...
-
Akurasi inventory atau akurasi pada bagian warehouse salah satu kuncinya terletak pada sistem WMS yang dipakai. Terutama benturannya dengan...