Friday, April 17, 2015

Dry Port

POTENSI DRY PORT DI INDONESIA BELUM DIKEMBANGKAN SECARA OPTIMAL

Kepala Badan Litbang Perhubungan Ir. L. Denny Siahaan, menyatakan sejauh ini keberadaan Dry Port di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal, padahal sistem Dry Port yang didukung angkutan barang melalui kereta api apabila terkelola dengan baik akan mampu memperkuat sistem logistik nasional.

Pernyataan tersebut disampaikan Denny Siahaan manakala membuka acara Round Table Discussion (RTD) dengan tema “Peranan Transportasi Kereta Api Barang dari Dry Port/Kawasan Industri Menuju ke Pelabuhan di Pulau Jawa dalam Rangka Menunjang Sistem Logistik Nasional” di ruang rapat kantor Badan Litbang Jakarta, Kamis (29/4).

Denny menjelaskan bahwa saat ini Indonesia mempunyai 5 dry port, yaitu Terminal Peti Kemas (TPK) Tebing Tinggi di Sumut, TPK Kertapati di SUmsel, TPK Gedebage di Jabar, TPK Solo Jebres di Jateng, dan TPK Rambipuji di Jatim. Meskipun demikian, yang dapat beroperasi adalah TKP Gedebage dengan kondisi yang mengalami penurunan.  

Salah satu penyebabnya menurut Denny menjelaskan karena kereta api kalah bersaing dengan moda angkutan jalan. Lebih lanjut menurut Denny, Badan Litbang Perhubungan terkait dengan pola pergerakan peti kemas telah melakukan observasi  3 lokasi obyek pengamatan (Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Emas, Semarang; dan Tanjung Perak, Surabaya dengan 209 sampel.

Terkait dengan jarak perjalanan rata-rata diperoleh hasil jarak perjalanan terbesar didominasi oleh jarak perjalanan dibawah 50 km dengan prosentase 50%, 51-100 km sebesar 35%, 101-150 km sebesar 7%, 151-200 dan 201-250 km masing-masing sebesar 4%. Denny menjelaskan, apabila keunggulan kereta api adalah dalam jarak di atas 200 km, berarti peti kemas belum tergarap oleh kereta api.

Sumber:
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia (Web: http://www.dephub.go.id)
URL: http://www.dephub.go.id/read/berita/badan-penelitian-dan-pengembangan/2275

No comments:

Post a Comment

Related Posts