Wednesday, June 27, 2012

KAIZEN and GEMBAKAIZEN

Re: KAIZEN and GEMBAKAIZEN

Bung Syarwani, dan rekan milis IPOMS lainnya. Almarhum Noercholish
Madjid pernah berujar bahwa yang dinamakan pembaharuan atau transformasi
sosial itu adalah mengambil yang baik-baik dari luar dan mengawinkannya
dengan yang baik-baik dari dalam kita sendiri. Menolak yang buruk-buruk dari
luar dan sekaligus juga membuang yang buruk-buruk dari diri kita sendiri.
Sederhana dan normatif memang. namun pada kenyataannya sangatlah sukar
melakukannya. Karena kita sering gagal mengidentifikasi yang baik-baik dari
luar itu apa. Serta kita juga sering gagal menggali yang baik-baik dari
kita itu apa. Spirit Just in Time dan on time delivery misalnya. Konon jauh
beberapa abad silam (tahun 1222) Ken Arok Raja Singosari sudah mengenal dan
melakukannya. Kita ingat bagaimana Marahnya Ken Arok kepada Mpu Gandring
manakala wan prestasi, gagal menyerahkan senjata (keris ?) pesanan Ken Arok
tepat waktu. Akibatnya dengan keris yang belum selesai itu dibunuhlah Mpu
Gandring oleh Ken Arok. Menjelang sakratul maut, dengan nafas tinggal satu
dua Mpu Gandring masih sempat mengeluarkan kutukannya yang melegenda itu
terhadap Ken Arok. Bahwa sang pembunuh dan tujuh turunannya akan mati pula
dengan keris tersebut. Mengapa Ken Arok bisa semarah itu terhadap tidak
tepat waktunya Mpu Gandring ? tidak lain karena hal ini akan merusak skedul
yang yang telah rapi disusunnya untuk melakukan kudeta terhadap Akuwu
Tumapel, Tunggul Ametung.
Jika kita kaitkan dengan perusahaan, maka kegagalan perusahaan
untuk tepat waktu delivery customer (yang diakibatkan juga dari produksi
yang tidak Just in Time) maka akan merusak planning customer. Ini adalah
salah satu bentuk customer satisfaction yang gagal. Sebab ketidak tepatan
waktu itu akan menyebakan naiknya biaya. Dan ini adalah bentuk pemborosan
(Muda). Muda adalah peningkatan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
Pada tahun 1629 Sultan Agung Raja Mataram sudah berfikir tentang
Supply Chain Management. Belajar dari kegagalan serangan pertama (tahun
1628) terhadap VOC di Batavia, Sultan Agung lalu mendirikan lumbung-lumbung
padi di sepanjang jalur perjalanan Prajurit Mataram dari Kotagede
(Yogyakarta) ke Batavia. Melewati Wates, Purworejo, Kebumen, Purwokerto,
Cirebon, Indramayu, Karawang, Bekasi. Sebab kekalahan serangan pertama
disebabkan oleh pasokan logistik yang terbatas. Dengan adanya
lumbung-lumbung padi tersebut, kebutuhan logistik perang dapat setiap saat
dipenuhi, tanpa harus menunggu kiriman dari Kutaraja (Kotagede), atau tanpa
sedari awal membawa persedian makanan dalam jumlah besar dari Kotagede yang
tentu saja menguras tenaga (pemborosan) . Ini jelas senafas dengan
distribusion management dalam konsep SCM. Namun sayang rencana ini tercium
oleh VOC. Pada saat Sultan Agung melakukan serangan kedua, VOC membakar
lumbung-lumbung padi tersebut. Serangan kedua pun gagal. Serangan ketiga
lalu dipersiapkan. Namun Sultan Agung keburu mangkat. Dan penerusnya
Amangkurat I tidak pernah melanjutkan apa yang sudah dirintis ayahnya.
Jika penerapan TPS atau Lean manufacturing di Indonesia tidak
begitu menggembirakan, maka stereotif orang Indonesia itu malas, lelet,
suka ngaret, dan lain-lain bukanlah alasannya. Karena budaya bangsa kita
pun tidak mengajarkan demikian. Banyak faktor penyebabnya diantaranya
masalah ekonomi, sosial dan politik. Faktor ekonomi misalnya sangat
timpangnya kesejahteraan buruh di Indonesia dan Jepang. Sehingga asupan
gizi tak memadai. Bagaimana mungkin buruh pabrik-pabrik tekstil itu akan
sangat produktif dan masuk pasca istirahat tepat waktu jika mereka makan
siang saja harus harus antri panjang dan nongkrong di pinggi-pinggi jalan
yang tentu saja tak bisa dipertanggungjawabk an higienitasnya. Dan
management hanya menutup mata saja dengan hal ini. Faktor sosial politik
misalnya, bangsa ini seringkali gagal menerapkan azas meritokrasi dengan
fair. Masih banyak karyawan yang mengalami diskriminasi gaji dan
remunerasi/karir hanya karena berbeda ras/suku dengan pemimpin atau pemilik
perusahaannya. Manajemen jika bicara produktivitas selalu mengacu pada
perusahaan kelas dunia semacam Toyota, Microsoft, dll. Namun ketika bicara
benefit bagi karyawannya selalu mengacu pada UMR yang sangt tipis sekali
dengan kebutuhan hidup layak minimum. Apakah ini bukan standard ganda ?
Jadi ketika akan menerapkan TPS/Lean Manufacturing atau konsep
apapun yang memumpuni dari negara lain untuk diterapkan di kantor, jangan
pernah bermimpi kita akan menyamai Toyota Jepang atau Motorolla Amerika
misalnya. Akan lebih bijak misalnya dalam menerapkan konsep-konsep
management dari luar tadi diiringi perkawinan dengan penggalian kearifan
nilai-nilai lokal. Sehingga konsep-konsep tersebut menjadi membumi. Jika
kita silau dengan performance Toyota saat ini, sadarilah bahwa itu
memerlukan proses yang bertahun-tahun dan berdarah-darah. Tahun limapuluhan
Toyota dihinggapi krisis finansial dan perburuhan yang hebat. Yang
menyebabkan lengsernya Pemimpin generasi kedua Toyota, Kiichiro Toyoda.
Bahkan pada awal-awal pasca perang Dunia II, performance karyawan Toyota
lebih rendah 9 kali dari karyawan perusahaan Amerika. Kalau sekarang mereka
bisa seperti ini, itu karena mereka sudah melakukan perbaikan ribuan hingga
jutaan kali. baik itu perbaikan kecil, hingga perbaikan yang besar. Dan itu
memakan waktu puluhan tahun.
Jadi janganlah berkecil hati jika dalam dua atau tiga tahun
menerapkan TPS, perusahaan tak juga kunjung mengkilap performancenya. TPS
bukan sekedar tools, tapi dia juga sebagai kultur dan konsep manajemen
total. Lebih dari itu TPS bukanlah sebuah sistem/alat untuk menjiplak
kesuksesan suatu company ke company lainnya, kesuksesan sebuah negara ke
negara lainnya. Di dalam TPS membutuhkan komitmen sepenuh hati terutama
dari level management tertinggi, dan partisipasi aktif dari keseluruhan
karyawan. TPS adalah sebuah evolusi (perbaikan terus menerus), dan bukanlah
Revolusi (Proses sekali jadi). Ia bukanlah sebuah hasil kerja setahun dua
tahun. Ataupun buah kerja semalam. TPS membutuhkan management yang sabar,
bukan management yang tempramental.

Tabik,
Agus Hendri - Buruh Pabrik di Bogor


Sumber : milis IPOMS

No comments:

Post a Comment

Related Posts