Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA.
(twitter@andrewenas)
Kompleksitas lanskap bisnis yang digambar lewat survey The McKinsey Quarterly
pada bulan November 2007 memperlihatkan tiga kecenderungan global yang perlu
disikapi secara memadai oleh setiap pelaku usaha. Trend pertama adalah semakin
tajamnya persaingan perebutan talenta (baca: human capital) terbaik di dunia.
Kedua, terjadinya pergesaran pusat-pusat aktifitas ekonomi dunia. Kecenderungan
global ketiga, adalah makin maraknya lingkungan networked-business (ala Li &
Fung yang mampu mengorkestrasi puluhan bahkan ratusan anggota jaringannya secara
harmonis dan menguntungkan).
Selain itu, ada dua tema besar yang kerap muncul dan jadi concern dari hampir
setiap pelaku usaha disamping ketiga tantangan global tadi yang datang
bergulung-gulung. Pertama, bagaimana menggerakkan organisasi dengan lincah. Dan
kedua, bagaimana menyikapi dengan tepat kenyataan keanekaragaman geografis dan
regional.
Ironisnya, tatkala ditanya soal kesiapan menghadapi tantangan dan keprihatinan
global ini, lebih dari dua per tiga eksekutif mengatakan bahwa organisasinya
tidak (belum) punya pandangan jernih tentang perubahan apa yang perlu dilakukan
demi meyelaraskan diri dengan kebutuhan pelbagai pembangunan ekonomi dan sosial
yang menyeruak.
***
Pernah diprediksi oleh para pemikir di Yayasan Indonesia Forum, bahwa
Indonesia di tahun 2030 bakal menempati posisi kelima (dengan ukuran PDB sekitar
US$5.1 trilyun) setelah China ($28.2T), Amerika Serikat ($26.1T), Uni Eropa
($20.7T) dan India ($17.0T). Road-map menuju posisi 5 besar di tahun 2030 dibagi
menjadi 3 tahap.
Tahap 1, adalah perjalanan menuju tahun 2015 dengan laju pertumbuhan 5-7
persen per tahun. Ini disebut tahap Pembenahan (yang dibenahi adalah sistem dan
pola pembangunan), di mana kita belajar dengan mengadopsi teknologi luar negeri
sembari mengembangkan teknologi lokal. Tahap 2, adalah tahap Akselerasi (dengan
pertumbuhan sekitar 9-11 persen per tahun). Cirinya, pertumbuhan sektor jasa
lebih tinggi dibanding sektor industri. Tahap 3, adalah tahap Keberlanjutan, di
mana tingkat pertumbuhan dijaga pada kisaran 7-9 per sen per tahun. Sekedar
catatan bagi para professional Indonesia, di tahun 2030 perkiraannya PDB per
kapita kita sudah mencapai US$18,000 dengan jumlah penduduk berkisar 285 juta
orang. Dan perlu ingat, prestasi itu bisa tercapai jika rata-rata pertumbuhan
2006 – 2030 ada pada kisaran 8,5 persen per tahun, dengan rata-rata inflasi
sebesar 3 persen, dan laju pertambahan penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun.
***
Dengan melihat ukuran-ukuran ekonomi sebagai lag-indicators (akibat), maka
perlu dipahami betul faktor-faktor apa saja yang merupakan lead-indicators-nya
(penyebab). Kerangka balanced-scorecard membantu kita untuk melihat cause &
effect dari asumsi-asumsi pertumbuhan itu. Urut-urutan dari faktor financial
yang disebabkan faktor customer, di mana customer ini pada gilirannya hanya
terjamin kepuasannya jika internal-process kita bisa menghasilkan produk atau
jasa yang paling bernilai tambah. Dan pada analisa berikutnya, proses-proses
bisnis (dan pembangunan) hanya bisa berjalan baik jika – pada ujungnya – faktor
modal manusia bisa optimal dalam dimensi learning & growth-nya.
Ini merupakan management-toolkit sederhana namun powerful bagi setiap kita
untuk secara sadar melihat dan mulai membangun kompetensi. Perlu sikap
pembelajaran sebagai profesional sejati yang berani hidup otentik agar
kontribusinya positif dan konstruktif bagi proses pengelolaan pembangunan.
Sehingga siapa pun yang dilayani oleh produk industri maupun jasa kita dapat
terpuaskan dan akhirnya target-target ekonomi bisa tercapai demi kemaslahatan
bangsa.
***
Di abad ke-14 China adalah negara paling maju di dunia, super-power. Gavin
Menzies (dalam bukunya: 1421, Saat China Menemukan Dunia, Pustaka Alvabet,
cetakan ke-3, 2007) mencatat: “Kapal yang paling kuat di dunia pada abad
keempatbelas dan awal abad kelimabelas, dan bahkan terbesar adalah kapal layar
China. Ibnu Battuta, pengelana dan penulis dari Maroko yang juga menjelajahi
Asia di abad keempatbelas, menulis bahwa perdagangan di seluruh dunia antara
pantai Malabar di India dan China dilakukan oleh kapal-kapal China.” Kunci
kemajuan mereka adalah faktor learning & growth bangsa China dan politik pintu
terbuka. Sehingga tersedia pelataran yang lebar bagi pelbagai diskursus
peradaban intelektual, sastra dan kebudayaan pada umumnya. Jangkar pembangunan
seyogianya dilego pada eksploitasi potensi dan optimalisasi kompetensi
human-capital yang otentik. Bukan disangkutkan pada artifisialitas, yang
menggiring orang pada budaya instan dengan kecenderungan
koruptif, kolutif dan nepotis.
(twitter@andrewenas)
----------------------------------------------------
Artikel dari Majalah MARKETING edisi Mei 2008
STRATEGIC MANAGEMENT SERVICES
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Related Posts
-
Kamar mandi / toilet biasanya dilengkapi dengan perlengkapan untuk buang air kecil maupun besar. Kamar mandi yang dilengkapi dengan urina...
-
Performa Industri: Quality, Productivity, Safety, Cost. Manakah yang perlu diprioritaskan? Banyak sekali metode-metode yang dapat dipakai un...
-
Di beberapa perusahaan, divisi penyimpanan (store) untuk mengelola persediaan (inventory) sering mempunyai beberapa nama, seperti divisi...
-
Salah satu senjata ampuh para eksekutif untuk meningkatkan kariernya kini adalah dengan menempuh jalur pendidikan keprofesian bersertifi...
-
3Q6S yaitu aktivitas 6S untuk menjadikan perusahaan yang 3Q Adapun 6 S terdiri dari Seiri, Seiton, Seiso, Sheiketsu, Shitsuke, dan SAHOO. ...
No comments:
Post a Comment