Ingat Skandal Theranos? Ini Akhir Perjalanan Si Cantik Penipu
Elizabeth Holmes, pendiri perusahaan teknologi kesehatan Theranos, resmi dihukum karena menipu investor. Dakwaan ini muncul setelah berjalannya persidangan selama lebih dari empat bulan di California, Amerika Serikat (AS).
Jaksa mengatakan Holmes secara sadar berbohong tentang teknologi perusahaannya, yang digaung-gaungkan bisa mendeteksi penyakit hanya dengan beberapa tetes darah.
"Holmes memilih penipuan daripada kegagalan bisnis. Dia memilih untuk tidak jujur dengan investor dan pasien," kata jaksa Jeff Schenk dalam argumen penutup, dikutip dari BBC International, Selasa (4/1/2022). "Pilihan itu tidak hanya tidak berperasaan, tetapi juga kriminal."
Juri juga memutuskan Holmes bersalah atas empat tuduhan, termasuk konspirasi untuk melakukan penipuan terhadap investor dan tiga tuduhan wire fraud. Namun ia membantah tuduhan tersebut, yang masing-masing berisi hukuman penjara maksimum 20 tahun.
Bersaksi dalam pembelaannya sendiri, Holmes mengakui kesalahan dalam operasi Theranos, tetapi mempertahankan bahwa dia tidak pernah dengan sengaja menipu pasien atau investor.
Pembela juga menyalahkan Ramesh "Sunny" Balwani, mantan mitra bisnis Holmes dan pacarnya. Di persidangan, Holmes menuduh Balwani, yang 19 tahun lebih tua darinya, melakukan pelecehan emosional dan seksual. Tuduhan ini kemudian dibantah Balwani.
Holmes sendiri menghadapi total 11 dakwaan dan dinyatakan tidak bersalah atas empat dakwaan terkait penipuan publik. Meski sudah ada dakwaan, Holmes tidak ditahan. Belum ada tanggal yang dikonfirmasi untuk hukuman, dan sidang lebih lanjut akan dijadwalkan minggu depan.
Beberapa tahun sebelumnya, perempuan kelahiran 3 Februari 1984 ini digadang-gadang menjadi "The Next Steve Jobs" melalui revolusi industri perawatan kesehatan dengan perusahaannya, Theranos.
Pada 2014, Holmes membangun perusahaan dengan valuasi mencapai US$ 9 miliar atau setara dengan Rp 128,7 triliun (asumsi US$ 14.300/US$) yang digadang-gadang akan membawa revolusi dalam diagnosis penyakit.
Theranos merupakan startup yang menawarkan teknologi tes darah revolusioner. Startup bidang biotek yang bermarkas di Silicon Valley, California ini mencoba mendisrupsi industri tes darah AS yang bernilai miliaran dolar.
Startup ini mengklaim mampu melakukan ratusan tes (lebih dari 240) mulai dari kadar kolesterol hingga analisis genetik yang kompleks, hanya dengan satu tusukan jarum untuk mengambil darah.
Teknologi ini diproyeksikan akan menghancurkan industri yang semula membutuhkan satu botol darah untuk setiap tes diagnostik yang dilakukan.
Menawarkan kecepatan dan harga murah, Theranos tampaknya siap merevolusi industri kesehatan dan kedokteran untuk menyelamatkan banyak nyawa di seluruh dunia. Sayangnya ini tidak berjalan mulus karena skandal penipuan mulai muncul ke permukaan.
John Carreyrou, jurnalis The Wall Street Journal membuka skandal ini ke publik berawal dari kecurigaan dan rasa penasaran atas kemampuan Holmes untuk menciptakan terobosan teknologi medis, padahal Holmes hanya dua semester belajar di kelas teknik kimia di Stanford.
Kasus ini pun akhirnya masuk persidangan. Dalam persidangan, beberapa direktur laboratorium bersaksi bahwa mereka memberi tahu Holmes tentang kelemahan dalam teknologi Theranos. Namun mereka diperintahkan untuk tidak membicarakan hal itu. Pada saat yang sama, kata mereka, Holmes memberi tahu investor bahwa teknologi itu beroperasi sesuai rencana.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220104165054-4-304555/ingat-skandal-theranos-ini-akhir-perjalanan-si-cantik-penipu
Menipu Investor Theranos, Elizabeth Holmes Divonis 11 Tahun Penjara
Ahli Bioteknologi Amerika Serikat (AS) Elizabeth Holmes dijatuhi hukuman lebih dari 11 tahun penjara akibat kasus penipuan yang dilakukannya. Hukuman itu dijatuhkan oleh Majelis Hakim, Jumat (18/11).
Holmes terbukti menipu para investor melalui start-up miliknya, Theranos. Perusahaan itu mengeluarkan alat tes yang mampu mendeteksi ratusan penyakit hanya dengan tetesan darah.
Melansir AFP, dengan kondisi Holmes yang sedang hamil, hakim Distrik AS Edward Davila tidak memerintahkan penahanan Holmes hingga April 2023.
Fakta Theranos, Sisi Kelam Startup Bodong Cuma Jual Janji
Holmes dihukum atas empat dakwaan pada bulan Januari karena membujuk investor selama 15 tahun dengan iming-iming dia telah mengembangkan perangkat medis revolusioner. Theranos akhirnya bangkrut usai investigasi yang dilakukan The Wall Street Journal mengungkap kebohongan alat tes bernama Edison itu.
Akibat kasus itu, Jaksa federal AS menuntut hukuman penjara 15 tahun untuk Holmes. Sedangkan, vonis yang diberikan adalah hukuman 135 bulan.
Sebelum dijatuhi vonis itu, Holmes menangis di ruang sidang dan berkata, "Saya berdiri di hadapan Anda untuk bertanggung jawab atas Theranos. Theranos adalah karya dalam hidup saya."
"Saya hancur oleh kegagalan saya. Setiap hari selama beberapa tahun terakhir saya merasa terluka karena saya mengecewakan orang lain," sambung Holmes.
Sementara, pengacara AS Stephanie Hinds berpendapat bahwa Holmes dibutakan oleh ambisi.
Sidang Pendiri Start-Up Bodong Theranos Digelar September
Usai dijatuhi hukuman itu, pengacara Holmes mempertimbangkan pengajuan banding untuk kliennya. Ia juga mengajukan keringanan hukuman sebab Holmes memiliki anak berusia 15 bulan dan sedang mengandung.
Pengajuan ini didukung 140 surat untuk Holmes yang diajukan ke pengadilan, termasuk dari keluarga, teman, dan seorang senator AS.
"Saya yakin di sisi lain, Elizabeth akan melakukan hal-hal luar biasa untuk masyarakat dengan bakat dan hasratnya yang tak terbatas untuk mengubah dunia menjadi lebih baik," kata salah satu surat.
Itu sangat kontras dengan deskripsi yang diberikan pada persidangannya yang menggambarkannya sebagai penipu ambisius yang melecehkan pekerjanya.
Dalam sebuah surat, bibi Holmes, yang merupakan investor awal di Theranos, meminta pengadilan untuk memberinya hukuman yang berat.
Theranos, Satu Kisah Sisi Gelap Startup Teknologi
Jaksa menuntut Holmes membayar US$800 juta atau Rp12,5 triliun sebagai ganti rugi kepada investor yang termasuk keluarga Walton dari Walmart dan maestro media Rupert Murdoch.
Sidang restitusi akan dijadwalkan, meskipun Holmes mengatakan dia tidak punya uang untuk membayar.
Mulanya, Holmes menjadi bintang Silicon Valley usai ia mengaku Theranos sedang menyempurnakan alat tes untuk memudahkan diagnosa medis hanya dengan beberapa tes darah.
Ia pun mulai menjual gagasan bahwa penemuannya akan menggantikan tes laboratorium yang mahal kepada para investor.
Klaim itu membantu Theranos mengumpulkan hampir US$1 miliar atau Rp15,6 triliun (asumsi kurs Rp15.688) tanpa pernah mendapat keuntungan berarti selama berdirinya perusahaan itu.
Sejumlah buku, film, dan serial TV yang memuat kisahnya telah diluncurkan. Hal ini menjadi peringatan tentang ekses industri teknologi yang secara masif bergantung pada citra karismatik pendirinya.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20221119084127-185-875810/menipu-investor-theranos-elizabeth-holmes-divonis-11-tahun-penjara.
Theranos, Cerita Penipuan Miliarder Wanita Muda Elizabeth Holmes
Elizabeth Holmes kembali jadi pembicaraan setelah pengadilan di California menyatakan ia bersalah atas empat dari 11 tuntutan terkait penipuan teknologi kesehatan, yang membawanya pada ancaman hukuman 20 tahun penjara.
Secara garis besar, tuntutan tersebut dilayangkan ke Holmes sebagai buntut dari tindakan penipuannya kepada investor, terkait startup teknologi kesehatan Theranos yang digarap Holmes sejak 19 tahun lalu. Putusan bersalah ini tentu menjadi sandungan bagi ide masa muda Holmes di industri teknologi.
Namun, sebenarnya siapakah sosok Elizabeth Holmes ini? bagaimana perjalanannya hingga ia diputus bersalah? Awal mula ide Theranos Elizabeth Holmes lahir pada 3 Februari 1984, ia mengeyam pendidikan tinggi di Stanford University, Amerika Serikat (AS), dengan jurusan teknik kimia.
Saat masih kuliah di tahun 2002, ia memiliki ide untuk menciptakan alat tes yang bisa mendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Ide ini disampaikan pada profesornya di Standford University, Phyllis Gardner.
Namun, Gardner menyebut bahwa ide Holmes itu mustahil diwujudkan. Pendapat Gardner tampaknya tidak diindahkan oleh Holmes. Kemudian pada 2003, Holmes tidak melanjutkan kuliahnya di Standford University.
Bebarengan dengan itu, Holmes mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bidang teknologi kesehatan, yang diberi nama Theranos dan berlokasi di Palo Alto, California. Dengan Theranos, Holmes menggarap ide yang ia cetuskan saat kuliah.
Theranos merupakan perusahaan yang menciptakan alat pendeteksi segala penyakit, hanya dengan setetes darah. Untuk mewujudkan ide ini, Holmes menggandeng Ian Gibbons, ahli kimia asal Inggris yang jadi kepala lab Theranos.
Miliarder termuda Saat mendirikan Theranos pada 2003, Holmes masih berusia 19 tahun, dan berani mengaku telah memiliki paten alat yang diklaim dapat mendeteksi berbagai jenis penyakit dengan setetes darah.
Klaim itu sontak menjadi harapan baru bagi dunia kesehatan, karena alat yang digaungkan Theranos, membuat tes darah bisa berjalan dengan biaya yang murah dalam waktu yang singkat. Banyak pemodal ventura dari kalangan konglomerat Amerika Serikat yang menanamkan investasi pada Theranos kala itu, sebut saja seperti mantan Menteri luar Negeri AS, Henry Kisinger dan pendiri perusahaan teknologi Oracle, Larry Ellison.
Dibantu oleh Larry Ellison dan Don Lucas, seorang pemodal ventura di Sillicon Valley, Holmes berhasil mengumpulkan banyak modal. Puncaknya di tahun 2014, Theranos berhasil memiliki total nilai aset sebesar 9 miliar dollar AS (Rp 128 triliun).
Dengan capaian tersebut, Theranos menyandang status sebagai perusahaan Unicorn yang disejajarkan dengan perusahaan teknologi yang tumbuh besar di Silicon Valley, seperti Google, Apple, NetFlix, dan sebagainya.
Tidak hanya Theranos yang mendapat nama, melainkan juga Holmes selaku pendiri dan CEO-nya. Holmes mendapat predikat sebagai perempuan miliarder termuda di dunia oleh majalah Forbes pada 2014, di mana usianya saat itu menginjak 30 tahun.
Holmes kala itu juga berhasil mencatatkan kekayaan pribadi bersih sekitar 4,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 64 triliun jika menggunakan kurs saat ini). Selain itu, Holmes juga mendapat predikat "The next Steve Jobs" dari majalah bisnis, Inc.
Dengan cara berpakaian seperti Steve Jobs yang mengenakan baju model turtle neck, popularitas Holmes kala itu memang di atas angin. Namun, popularitas Holmes berangsur anjlok pada 2015, akibat laporan investigasi dari The Wall Street Journal.
Kedok penipuan terungkap Adalah John Carreyrou yang membuat laporan investigasi atas penipuan yang dilakukan Holmes melalui Theranos. Temuan Carreyrou seakan menggugat klaim alat Theranos yang mampu mendeteksi 240 jenis penyakit dengan setetes darah.
Carreyrou menyimpulkan bahwa hasil tes darah dari alat buatan Theranos tidak akurat, setelah membandingkan hasil tes darah dari beberapa alat tes umum dengan alat milik Theranos. Alat pendeteksi darah Theranos menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil dari sebagian besar alat yang sudah beredar umum.
Selain itu, klaim soal paten alat pendeteksi darah oleh yang dibuat Holmes juga terbantahkan. Alat yang digunakan untuk sebagian besar tes darah Theranos ternyata bukan hasil dari alat buatan perusahaan yang bernama Edison seperti yang diklaim sebelumnya.
Theranos ternyata menggunakan alat tes darah dari perusahaan lain, yang bisa dibeli secara bebas. Jadi, paten dari Theranos itu masih berupa ide. Sedangkan, alat yang dapat menguji seluruh penyakit hanya dengan setetes darah merupakan bualan dari Holmes saja.
Dengan kata lain, Theranos tidak pernah menciptakan alat yang secara praktik bisa digunakan untuk tes darah sesuai dengan ide Holmes. Saat itu, Holmes masih tenang-tenang saja, Ia menanggapi hasil temuan dari Carreyrou sebagai omong kosong belaka, dari orang yang iri atas inovasi teknologinya.
"Inilah yang terjadi jika pekerjaan Anda bakal mengubah banyak hal, pertama-tama mereka akan mengira Anda gila, kemudian mereka menentang Anda," kata Holmes dalam wawancaranya bersama CNBC TV.
Setelah laporan Carreyrou mencuat ke publik, gugatan terus berdatangan pada Theranos yang akhirnya membuat Holmes tak lagi dapat menutupi kedok penipuannya. Akhir kisah Holmes dengan Theranos Pada 2016, badan regulator kesehatan AS secara resmi melarang Holmes untuk mengedarkan dan mengoperasikan layanan tes darah selama dua tahun, karena ditemukan kesalahan prosedur pengujian darah pada lab milik Theranos.
Bersamaan dengan pengumuman pelarangan beroperasi itu, salah satu mitra Theranos, Walgreens, perusahaan farmasi di AS, juga menghentikan kerja samanya dengan Holmes. Walgreens menarik seluruh kantong tes darah milik Theranos di semua gerainya.
Gugatan juga datang dari negara bagian Arizona pada 2017, Jaksa Agung di Arizona mengumumkan bahwa Theranos harus mengembalikan semua dana pembelian alat tes darah dari warga Arizona, termasuk membayar denda.
Apabila ditotal, seluruh tanggungan Theranos sebesar 4,65 juta dollar AS (sekitar Rp 66 miliar jika menggunakan kurs saat ini). Theranos menyetujui pembayaran tersebut tanpa ada negosiasi. Tahun 2018 menjadi tahun terberat bagi Theranos dan Holmes.
Regulator finasial AS menyeret nama Ramesh Balwani, mantan kepala Theranos sekaligus mantan pacar Holmes, karena telah melakukan tindakan penipuan pada investor dengan mengiklankan produk palsu.
Penipuan Theranos ini didasarkan atas klaim palsu tentang Departemen Pertahanan AS yang menggunakan teknologinya. Kemudian, perusahaan juga berbohong ketika mengklaim memiliki pendapatan 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) pada 2014.
Dengan kebohongan tersebut, hak suara Holmes di Theranos dicabut. Kemudian, Holmes juga dilarang memegang posisi sebagai pemangku kebijakan di Theranos, serta ia harus membayar denda sebesar 500.000 dollar AS (Rp 7,1 miliar).
Bebarengan dengan banyak gugatan yang masuk ke Theranos, Holmes akhirnya menutup perusahaan yang telah dirintisnya selama 15 tahun itu pada 4 September 2018. Tak hanya mendapat gugatan perdata, Holmes juga memperoleh gugatan pidana.
Di tahun 2018 juga, Holmes bersama Ramesh Balwani dituduh telah melakukan penipuan pada investor oleh Kejaksaan California. Gugatan pidana yang berlangsung di tahun 2018 itu baru menemui titik terang pada awal 2022 ini. Setelah kurang lebih dua tahun, Holmes akhirnya diputus bersalah atas empat dari 11 tuntutan terkait tindakan penipuan pada investor.
https://tekno.kompas.com/read/2022/01/08/10030067/theranos-cerita-penipuan-miliarder-wanita-muda-elizabeth-holmes?page=all.
No comments:
Post a Comment