Monday, September 2, 2013

Tantangan Supply Chain Management di Indonesia: an overview



BY Niniet Indah Arvitrida

Tulisan ini berusaha merespon user google yang masih awam dengan istilah supply chain management (SCM): apa itu dan apa contoh aplikasinya di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari hits statistik pembaca blog saya yang kebanyakan berasal dari search engine (google) yang berusaha mencari tahu apa itu SCM.

Mungkin gambaran secara umum tentang SCM telah saya posting pada tulisan saya sebelumnya. Ruang lingkup SCM itu sebenarnya luas, mulai dari hulu (yaitu supplier yang menyediakan bahan baku atau bahan mentah yang belum diolah) hingga hilir (konsumen pengguna produk). Istilah SCM sebenarnya sudah mulai ada sejak pertengahan tahun delapan puluhan, namun popularitasnya mulai menanjak sekitar pertengahan sembilan puluhan dan semakin populer hingga kini.

Sebagaimana yang telah saya tuliskan pada post sebelumnya, aplikasi SCM meliputi PPIC (Production Planning and Inventory Control), pengadaan (procurement), logistik, distribusi, marketing, perencanaan finansial, hingga keputusan outsorcing dan kebijakan pelayanan konsumen. Mungkin di luar negeri banyak sekali contoh-contoh perusahaan yang sukses dalam mengelola supply chainnya, misalnya Walmart, Hewlett Packard, Benetton, dan Nabisco. Di Indonesia juga sebenarnya terdapat beberapa contoh kasus yang telah sukses dalam mengelola supply chainnya. Namun perlu dicatat disini, mengelola supply chain di Indonesia memang tidak sama dengan mengelola supply chain di negara-negara lain yang populer dengan best practicesnya. Tantangan supply chain di Indonesia bisa dikatakan lebih kompleks bila dibandingkan dengan di negara maju.

Adapun mungkin beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memanajemen supply chain di Indonesia adalah: faktor budaya lokal (yang mungkin terkait dengan karakteristik supplier), faktor ketersediaan infrastruktur (misal, keputusan distribusi intermoda bisa menjadi tidak feasible untuk beberapa lokasi), faktor kesiapan SDM (karena dibutuhkan pengetahuan yang baik dalam melakukan proses kolaborasi dan koordinasi dalam supply chain), serta faktor geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Dalam mengatasi hambatan ini, perlu kesadaran bersama antara pemerintah dengan pelaku bisnis dalam meningkatkan daya saing bisnis Indonesia melalui pengelolaan supply chain yang lebih baik.

Sayangnya, beberapa perusahaan multinasional di Indonesia tidak pernah mendapatkan esensi SCM dengan baik dari headquarter mereka yang berada di luar negeri. Hal tersebut juga bisa dianggap sebagai penghambat dalam konteks transfer knowledge SCM dari best practices yang telah diterapkan di negara asal mereka yang tidak akan pernah "diajarkan" ke Indonesia. Disamping itu, jika kita berbicara tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tantangan SCM tentunya akan lebih besar lagi mengingat bargaining position UMKM seringkali lebih kecil dibandingkan supplier atau distributor mereka.

Hal tersebut tidak dapat saya bahas satu per satu secara detil disini. Namun, paling tidak tulisan saya bisa memberikan manfaat bagi anda yang masih benar-benar awam dengan SCM.

Mari kita tingkatkan daya saing bangsa Indonesia secara konsisten, dengan terus menuntut ilmu dan berusaha mengaplikasikan dengan cara yang terbaik :) .

Sumber:
http://arvietrida.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment

Related Posts